Saya
termasuk yang sering memromosikan sistem operasi Linux terutama
distibusi Ubuntu jika ada kesempatan, dan salah satu hal yang sering
menjadi argumen saya adalah Linux relatif bebas virus dan stabil
digunakan. beeberapa bulan lalu, pernah saya baca di detikInet mengabari
bahwa ada virus baru yang menjangkiti Windows dan Linux sekaligus dan
menganjurkan pengguna untuk waspada. Menanggapi hal tersebut, ada
seseorang yang bereaksi dengan mengirim email kepada saya yang bernada
‘penuh kemenangan’, “Baca ini! Tidak ada OS yang 100% aman dari virus,”
atau kira-kira seperti itu.
Pengirim
email mungkin baru tahu bahwa ada virus di Linux, tetapi kenyataannya
virus di Linux bukanlah sesuatu yang baru. Wikipedia mencatat virus
pertama di Linux adalah Staog yang beredar secara singkat pada tahun
1996. Tetapi ada sumber lain yang mengatakan bahwa virus pertama di
Linux adalah Bliss, juga pada tahun yang sama.
Wikipedia
sendiri mencatat ada sekitar 14 virus Linux. Sedangkan VirusLibrary
mencatat ada 7 virus. Symantec mencatat ada 3334 hasil pencarian
terhadap kata kunci ‘Linux’, tetapi angka tersebut sudah termasuk
rootkit, crack-ware, celah keamanan, trojan, dan hal-hal lain yang bukan
virus. McAfee mencatat ada 100 virus Linux, tetapi dalam daftar
tersebut juga ada beberapa exploit, DoS dan backdoor.
Sebaliknya,
The WildList Organization dalam publikasi bulan Februari 2006 tidak
mencatat adanya peredaran virus yang menjangkiti Linux.
Virus
yang dimaksud pada artikel detikInet tersebut adalah virus
Virus.Linux.Bi.a/ Virus.Win32.Bi.a. Keistimewaan virus ini adalah
kemampuannya menginfeksi program di Linux dan Windows sekaligus.
Walaupun demikian, virus ini bukanlah virus pertama yang dapat melakukan
hal tersebut. Menurut Symantec, virus pertama yang dapat menginfeksi
Windows dan Linux sekaligus adalah W32.Peelf.2132 (atau yang lebih
dikenal dengan Win32/Linux Lindose.2132.A) yang ditemukan lima tahun
yang lalu. Selain itu virus ini bersifat proof of concept, tidak
berbahaya dan dibuat semata-mata untuk menunjukkan bahwa sebuah virus
dapat menginfeksi Windows dan Linux sekaligus. Walaupun demikian, ada
kemungkinan virus-virus ganas di masa yang akan datang akan menggunakan
teknik tersebut.
Yang
menjadi masalah adalah bahwa perusahaan anti virus dan media massa
cenderung membesar-besarkan masalah virus di Linux ini. Virus di Linux
memang sudah ada sejak dahulu kala, tetapi tidak pernah menciptakan
masalah yang besar. Dan ketika ada virus baru yang bekerja di Linux,
para vendor perangkat anti virus selalu berlomba-lomba untuk
membesar-besarkan isu ini, terlepas dari apakah virus ini berbahaya atau
tidak.
Tidak
seperti pada sistem operasi Windows, virus di Linux sulit berkembang.
Berikut adalah hal-hal yang menurut pengamatan saya mencegah Linux
berfungsi sebagai medium penyebaran virus:
Linux
adalah sistem operasi yang didesain sejak awal untuk lingkungan
multiuser. Jika dikelola dengan benar, virus bisa saja menginfeksi
berkas-berkas yang dimiliki oleh seorang pengguna, tetapi akan sulit
untuk menjalar ke berkas-berkas yang dimiliki oleh pengguna lain.
Seorang
pengguna tidak dapat memodifikasi berkas-berkas sistem. Ia dan program
yang ia jalankan (termasuk virus) hanya dapat memodifikasi berkas-berkas
yang ia miliki.
Seorang
pengguna dapat saja menginstal sebuah aplikasi pada home directory
miliknya, tetapi jarang aplikasi tersebut digunakan oleh pengguna
lainnya.
Satu
hal yang dapat menyebabkan virus tersebar adalah celah keamanan pada
sistem. Sebagian besar virus Linux menyebarkan dirinya dengan
memanfaatkan celah-celah keamanan tersebut. Solusinya bukan dengan
menginstal aplikasi anti virus, tetapi dengan menutup celah-celah
keamanan tersebut.
Pada
Linux, sulit untuk mengeksekusi program secara tidak sengaja.
Virus-virus masa kini seringkali menyamarkan dirinya sebagai aplikasi,
folder atau dokumen. Tetapi pada Linux, hal tersebut sulit dilakukan.
Sebagian
besar pengguna Linux tidak perlu lagi mengunduh (download) aplikasi
secara manual. Kebanyakan distribusi sudah siap pakai untuk keperluan
umum. Jika perlu menginstal aplikasi baru, hal tersebut dapat dilakukan
dengan memanfaatkan repository milik distro yang dipakai dan instalasi
baru dilakukan setelah proses verifikasi yang berlangsung secara
otomatis.
Seperti
kata-kata Scott Granneman: “To mess up a Linux box, you need to work at
it; to mess up your Windows box, you just need to work on it.” Jika ada
sesuatu hal yang memungkinkan virus berkembang di Linux, maka hal
tersebut adalah tanggung jawab vendor distribusi, dan bukan tanggung
jawab vendor anti virus.
Walaupun
faktanya sudah jelas, sepertinya pendapatan para vendor anti virus
sangat tergantung pada ketakutan publik terhadap bahaya virus sehingga
merasa perlu untuk mengeluarkan penyataan-pernyataan yang ‘menakutkan’.
Sebagai contoh,Vnunet pernah memuat artikel Linux lined up as virus
target yang berisi komentar dari seorang petinggi Trend Micro:
The
onslaught of the Windows Goner worm warns us to watch for Christmas
Grinches, but next year the warning may extend to Linux users as the
operating system (OS) becomes more of a target.
“Of
course we will see more and more attacks on Windows, but Linux will be a
target because its use is becoming more widespread,” … “It is a stable
OS, but it’s not a secure OS.” … “Of course it’s possible to write a
virus for Linux,” … “But there is some prejudice amongst the virus
writing community. If you write a virus for Windows, your peers clap
their hands; write one for Linux and they’ll stone you.”
dan petinggi McAfee:
“In
fact it’s probably easier to write a virus for Linux because it’s open
source and the code is available. So we will be seeing more Linux
viruses as the OS becomes more common and popular.” … “It’s not a target
at the moment because the market isn’t there, but Li0n and Ramen have
already proved that it’s on the menu,” he explained.
Sebagai
informasi, artikel tersebut ditulis lima tahun yang lalu, dan sampai
saat ini pengguna Linux masih merasa aman-aman saja. Famous last words?
Vendor
anti virus lokal sepertinya juga tidak mau kalah dalam urusan
‘menakut-nakuti’ publik. beberapa Tahun lalu sebuah vendor antivirus
lokal Vaksincom pernah membuat pernyataan Linux Jadi Target Virus pada
masa depan.
“Virus
bukan hanya untuk Microsoft saja yang terkena virus tapi Linux juga,
Itu sudah seperti hukum alam di pasar,” … “Nanti kalau Linux sudah mulai
banyak digunakan, pembuat virus akan beralih ke Linux,” …
“70
persen web server di dunia pakai Apache. Hal itu sempat membuat
kebat-kebit admin web server,” ujar Alfons. Dengan contoh kasus seperti
itu, Alfons mengambil kesimpulan, Linux akan jadi ‘the next target’
virus apabila penggunaan Linux mulai setara dengan Windows. “Paling
cepat tiga tahun lagi,” tegas Alfons.
Apakah ini akan menjadi Famous last words? Mari kita tunggu beberapa tahun lagi.
Sampai
saat ini, aplikasi anti virus di Linux hanya berfungsi untuk
membersihkan email yang masuk sebelum email tersebut sampai ke pengguna
akhir yang menggunakan Windows. Atau untuk membersihkan file server dari
virus-virus karena sering diakses oleh komputer berbasis Windows.
Virus
memang perlu diwaspadai, tetapi tidak perlu ditakuti jika menggunakan
Linux. Dengan santai namun tetap waspada, virus tidak akan menjadi
masalah yang besar.
sumber : http://priyadi.net
0 komentar:
Posting Komentar