Intensity
Modulation (IM):
Adalah
salah satu skema transmisi yang digunakan dalam sistem transmisi serat optik
dimana intensitas cahaya dari sumber optik dimodulasi secara linier dengan
input electrical signal voltage. Hal ini tidak mempengaruhi frekuensi atau fase
dari pembawa optik, karena suatu photodetector hanya akan merespon perubahan
pada level power (intensitas) dari suatu sinyal optik dan bukan pada frekuensi
atau fase. Pada proses akhir penerimaan, satu akan menggunakan direct detection
(DD) untuk mengkonvensi ulang sinyal optik menjadi suatu sinyal elektrik. Dalam
hal ini sistem optik direct detection searah dengan jalan jalur sinyal radio
crystal pertama yang mendeteksi sinyal siaran radio.
Metode IM/DD menawarkan sistem yang sederhana dan relatif
murah, tetapi memiliki kelemahan seperti sensitifitas/kepekaan yang terbatas
dan tidak dapat menggunakan keuntungan secara maksimal dari kemampuan bandwith
yang besar dari serat optik.
Sekitar
tahun 1978, peneliti-peneliti komponen telah menemukan kemurnian warna/spektrum
& stabilitas frekuensi dari laser semikonduktor pada suatu titik dimana
skema-skema yang menggunakan deteksi heterodyne atau homodyne dari sinyal optik
mulai nampak nyata.
Sistem komunikasi optik yang menggunakan deteksi
heterodyne atau homodyne pada umumnya dalam literatur serat optik dikenal
sebagai Coherent Optical Communication System. Pada teknik ini, cahaya diperlakukan
sebagai pembawa medium yang dapat berupa amplitudo, frekuensi atau modulasi
fase yang mirip dengan metode yang digunakan dalam sistem radio mikrowave.
Ada
2 hubungan utama dari skema Coherent Optical Communication, yaitu:
1. Sensitivitas
receiver yang nyaris ideal ( mencapai 20 dB pada direct detection)
2. Selektifitas
frekuensi tingkat tinggi
Selektifitas
dari sistem koherent mengacu pada kenyataan bahwa fiber elektronik lebih sempit
daripada lebar filter optik untuk memiliki channel. Hal ini nampak pada gambar
10.1.
Tampak bahwa panjang gelombang passband
sebesar 2 mm dari suatu filter optik sama dengan frekuensi passband 240 GHz.
Bandingkan dengan lebar filter elektrik yang sebesar 2 GHz, akan nampak bahwa
filter elektrik menyediakan beberapa pilihan magnitude dengan selektifitas
frekuensi. Jadi densitas channel dari suatu sistem multi channel coherent dapat
100 x untuk direct detection. Multi channel coherent system adalah jumlah
channel per unit bandwith.
Dua
daerah transmisi fiber optik yang dapat digunakan untuk sistem coherent adalah
daerah 1270-1350 nm & 1480-1600 nm. Sebagai contoh (dapat dilihat pada
gambar 10.2) dengan jarak channel 10 GHz, secara teori, suatu sistem dapat
mempunyai minimum 1000 channels pada panjang gelombang jendela dari 1270-1350
nm & 1500 channels dari 1480-1600 nm. Karena itu deteksi optikal coherent
analog dengan super heterodyne detection pada radio modern.
Pada
kenyataannya, pembuatan sistem seperti ini sangat tergantung pada beberapa hal,
antara lain:
1. Kemungkinan
untuk mengembangkan semikonduktor coherent yang sesungguhnya yang dapat
dijalankan diatas bandwith 30.000 GHz dari suatu single mode serat optik.
2. Implementasi metode pengkodean yang tepat untuk memasukkan
data pada pembawa optik.
3. Pengembangan
metode kontrol polarisasi yang praktis untuk receiver.
Karena
itu, bab ini akan membahas topik-topik sebagai berikut :
1. Definisi
& klasifikasi sistem koheren
2. Syarat-syarat
laser semikonduktor
3. Sensitivitas
receiver untuk teknik modulasi yang berbeda
4. Kebutuhan
kontrol polarisasi pada sistem koheren
10.1
Definisi dan klarifikasi sistem koheren
Dalam literatur komunikasi serat optik,
istilah “Coherent” mengacu pada segala hal yang berhubungan dengan teknik
menggunakan penggabungan non linier antara 2 gelombang optik. Hal ini
bertentangan dengan literatur komunikasi radio, dimana istilah “Coherent”
mengacu pada teknik-teknik mendeteksi dimana fase absolut dari sinyal
berikutnya dikenali oleh receiver. Akibatnya, banyak teknik yang disebut
“Coheren” dalam komunikasi serat optik, dianggap “incoherent” dalam literatur
komunikasi radio.
10.1.1
Konsep Dasar
Gambar 10.3 menggambarkan konsep dasar
dalam sistem serat optik koheren. Berikut ini bentuk dari medan listrik dari
sinyal yang dibangkitkan suatu gelombang datar :
Es = As cos
[ws
t + fs
(t) ] (10.1)
Dimana : As = amplitudo dari sinyal optik medan listrik
ws
= frekuensi carrier sinyal optik
fs
= fase sinyal optik
Untuk
mengirim suatu informasi, kita dapat memodulasikan salah satu dari amplitudo,
frekuensi atau fase dari pembawa optik. Ketiga teknik modulasi ini dapat
diimplementasikan masing-masing sebagai berikut :
1. Amplitudo
shift keying (ASK) atau on-off keying (OOK)
·
fs
konstan
·
As mengambil 1 dari 2 harga
yang ada setiap periode bit, tergantung apakah harga 0 atau 1 yang dikirimkan
2. Frequency
Shift Keying (FSK)
·
As konstan
·
fs
(t) adalah salah satu dari w1t
atau w2t,
dimana frekuensi w1
& w2
mewakili harga sinyal biner.
3. Phase
shift keying (PSK)
·
Informasi dibawa oleh fase
yang berubah-rubah, tergantung dari gelombang sinusnya
fs(t)
= b
sin wm
t ,
b
= index modulasi
wm
= frekuensi modulasi
Pada sistem direct detection, sinyal
elektrik menuju level power optik dari transmitter amplitudo modulator yang
merupakan sumber cahaya. Karena itu power optik proporsional terhadap level
sinyal saat sekarang. Pada receiver, sinyal optik yang berikutnya diubah
langsung sebagai hasil output berubah menjadi elektrik yang termodulasi. Arus
yang langsung terdeteksi ini proportional terhadap intensitas IDD
dari sinyal optik
IDD = Es.Es*
= ½ As2 [1+cos (2wst
+ 2fs)] (10-2)
Bentuk yang berhubungan dengan cos(2wst
+ 2fs)
dieliminasi dengan receiver, karena frekuensinya ( yang 2 x frekuensi carrier
optik) melebihi kapasitas respon detektor. Karena itu direct detection pada
persamaan 10-2 menjadi :
IDD =
Es.Es* =1/2 As2
(10-3)
Pada proses akhir penerimaan dalam
sistem gelombang cahaya koheren, mula-mula receiver menambah suatu gelombang
optik yang dikembangkan secara lokal pada sinyal informasi yang akan datang
kemudian mendeteksi kombinasinya. Ada 4 dasar format demodulasi, tergantung
pada bagaimana sinyal optik digabung dengan oscillator lokal (yang mana
memberikan heterodyne atau homodyne detection) & bagaimana sinyal elektrik
dideteksi (synchronous atau asynchronous). Dalam kasus ini, homodyne receiver
lebih sensitif daripada heterodyne receivers & synchronous detection lebih
sensitif daripada asynchronous detection.
Penggabungan sinyal pembawa informasi
dan oscillator koheren dapat selesai pada tahap photodetector (keadaan dimana
photodetector mengambil tempat) apabila medan local oscillator (LO) mempunyai
bentuk sebagai berikut :
ELO
= ALO cos [wLO
t +fLO
(t)] (10-4)
Dimana :
ALO = amplitudo dari medan oscillator lokal
wLO = frekuensi dari medan oscillator lokal
fLO(t)
= fase dari medan oscillator lokal
Karena itu arus yang terdeteksi
proporsional terhadap kuadrat medan listrik total dari sinyal yang jatuh pada
photodetector.
Icoh (t) = (Es + ELO)2
=
½ As2 +1/2 ALO2 + AsALO cos [(ws-wLO)t
+ f(t)]
cos q(t) (10-5)
dimana
:
f(t) = fs(t) - fLO(t) dan
Melambangkan polarisasi tak beraturan antara gelombang
sinyal dan gelombang local oscillator. Hal ini hanya berlaku untuk keadaan
dimana photodetector tidak merespon pada proses osilasi dekat frekuensi 2 ws.
Karena power optik proporsional terhadap
intensitas, maka pada photodetector di peroleh :
P(t)
= Ps + PLO + 2Ö(Ps
PLO) cos [(ws-wLO)t
+f(t)]
cos q(t) (10-6)
- Ps
= power sinyal
PLO = power local oscillator
Dengan syarat : PLO > Ps
-
wIF
= ws-wLO
wIF
adalah frekuensi intermediate
Biasanya
berada pada range frekuensi radio dari puluhan hingga ratusan megahertz.
- f(t)
berharga beda fase untuk waktu yang berbeda antara sinyal dan local oscillator.
10.1.2
Homodyne detection
Homodyne detection adalah keadaan dimana sinyal carrier dan frekuensi oscillator lokal sebanding atau w IF = 0 dengan persamaan :
Untuk pengiriman informasi dapat digunakan OOK (sinyal
level Ps berubah ketika f(t)
konstan) atau PSK (fase sinyal fs(t)
berubah dan Ps konstan). Bila PLO > Ps dan PLO konstan
maka ruas kanan dari persamaan di atas akan berisi informasi yang dikirim, bila
persamaan diatas bertambah dengan adanya penambahan daya laser maka oscillator
lokal akan berfungsi sebagai sinyal amplifier yang memberikan sensitivitas
penerimaan besar daripada pendeteksian langsung dan tidak ada demodulasi
listrik.
Penerima homodyne menghasilkan sistem koheren yang paling
sensitif tapi juga paling sulit dibuat dan oscillator lokal harus dikontrol
oleh perulangan fase optik tertutup
serta frekuensi sinyal dan oscillator lokal harus sama.
10.1.3
Heterodyne detection
Pada
heterodyne detection frekuensi intermediate w IF
/
0 dan perulangan fase optik tertutup tidak diperlukan. Penerima heterodyne jauh
lebih mudah diimplementasikan daripada penerima homodyne dan teknik modulasi
OOK, FSK atau PSK dapat digunakan, arus dc difilter pada output penerima serta
arus IF dikuatkan lalu dikembalikan ke sinyal informasi menggunakan demodulasi
RF. Jika Ps < PLO nilai pertama ruaskanan persamaan 10-6 dapat
dihiraukan dan arus output penerima
berisi persamaan dc :
Dan
perubahan waktu IF :
10.2 Kebutuhan
dari laser semikonduktor
Untuk
sistem transmisi fiber optic koheren diperlukan laser semikonduktor single mode
dengan lebar gelombang sempit, frekuensi stabil dan kemampuan tuning dari
panjang gelombang.
10.2.1 Lebar
baris source
Garis emisi dari spektrum laser semikonduktor
konvensional Fabry Perot berjarak 0.1-1.0 nm dengan panjang gelombang optik 1-5
nm seperti pada Fig. 10.4. Persamaan
lebar baris adalah :
Jadi
panjang gelombang 1-5 nm sesuai dengan
lebar garis optik pada range 175-880 GHz.
Error perubahan random pada fase ini disebut phase errors
dan berhubungan dengan waktu koheren dari laser. Waktu koheren dari source
hampir sama dengan waktu yang dibutuhkan pada fase signifikan untuk terjadi
error satu radian atau 600. Bila waktu koheren berkebalikan dengan
lebar spektrum output laser maka waktu koheren yang panjang sesuai dengan panjang
gelombang spektrum yang sempit. Lebar
baris tergantung dari bentuk modulasi pada pemancar, bit rate yang dikirimkan
dan teknik demodulasi pada penerima. Source yang rendah mempunyai frekuensi
lorentz, lebar baris dari sinyal IF tanpa modulasi sama dengan jumlah source
dan lebar baris oscillator lokal serta menggunakan synchronous detection.
Sebagai contoh 1 Gb/s pada sistem PSK heterodyne membutuhkan lebar baris sinyal
IF sebesar 0.2 % dari bit rate untuk mencapai sensitivitas penerima sebesar 1
dB. Pada PSK homodyne sistem yang dipancarkan pada lebar baris 1 Gb/s
membutuhkan 0.02 % dari bit rate.
Untuk ASK dan beberapa bentuk FSK dapat digunakan asynchronous detection dimana untuk
pengiriman sebesar 1 Gb/s menggunakan lebar baris sekitar 40 MHz. Hal ini
mungkin dengan menggunakan lase berpasangan distributed-feedback (DFB) untuk
source informasi dan oscillator lokal pada baris atas horisontal.
10.2.2.
Pengaturan lebar gelombang
Seperti
yang dapat kita lihat pada persamaan 10-9 frekuensi menengah tetap Wif dibutuhkan untuk menjaga derajat dari
bit error rate. Jadi disamping dibutuhkan narrow line width beberapa dari
pengaturan lebar gelombang (atau persamaannya, seleksi frekuensi) dibutuhkan
untuk meluruskan pengiriman dan oscillator laser setempat.
Untuk pendeteksi heterodyne atau homodyne :
Contoh : 10.2. Pada prinsip dasar hubungan C=lV, kita dapat lihat bahwa operasi dari lebar gelombang 1500 nm sama dengan frekuensi pembawa optikal adalah :
Untuk data rate dalam jarak 200 Mb/s sangat dibutuhkan untuk laser untuk mendapat frekuensi stabil 1 Mhz atau kurang. Jika kita menginginkan stabiliti dari Df = 1 Mhz, maka :
Dimana secara tidak langsung sedikit stabilitas adalah 2
x 108
Untuk menjaga derajat bit error rate,
pendisainer dapat mengembangkan beberapa macam optikal dan IF frekuensi control
teknik. Gambar 10-6 menunjukkan secara garis besar skema untuk mencapai
stabilitas frekuensi dalam sistem coherent. Pada transmitter perputaran
feedback biasanya digunakan untuk mengunci frekuensi dari sumber ke frekuensi
standard optikal seperti habry Perot inter Peronuter, fiber optik resonator
atau atomic or molecul absorption line.
Sejak frekuensi emisi berdasarkan single
mode laser bergantung pada beberapa faktor seperti suhu, arus bias, optikal feedback
dan modulasi; salah satu dapat digunakan untuk mengatur frekuensi laser.
Pada
penerima dapat diuji frekuensi dari heterodyne detektor. IF signal dan kemudian
menggunakan baik suhu atau teknik kontrol arus injeksi untuk mempertahankan
frekuensi tengah konstan dari laser local oscillator.
Harga khusus dari suhu dan arus
bergantung dari laser berturut-turut adalah 10 s/d 20 GHz/°c dan 1 s/d 5
GHz/mA. Jadi stabilisasi dari frekuensi tengah dari laser dapat dicapai baik
dengan arus injeksi atau dengan mengubah suhu. Untuk arus injeksi ini adalah
persamaan untuk mengatur lebar gelombang dari 0,75x10-2 sampai
3,8x10-2 nm/mA. Sebagai contoh untuk 3 elektrode pengaturan lebar
gelombang laser DBR dapat dilihat dalam gambar 10-7. Pengaturan berlanjutan
jarak 2 nm (240GHz) memiliki karakteristik seperti dalam gambar 10-7 dapat
dicapai.
10.3.
Teknik modulasi
Dalam bagian 10-1 kita lihat
ada 3 cara dasar dimana informasi dapat kita kirim dalam sistem optikal
coherent transmisi, yaitu Phase Shift Keying (PSK), frekuensi shift keying
(FSK) atau Amplitude Shift Keying (ASK). Dalam Binery digital sistem perintah
teknik Ask adalah on-off keying (OOK) untuk membetulkan informasi pada
penerima, salah satu dapat digunakan homodyne atau heterodyne optikal detektor teknik
bersama dengan salah satu syncron atau asinkron detektor elektrik. Pilihan
khusus dari modulasi dan demodulasi metode menentukan sensitivitas penerimaan
secara pasti.
Secara umum satu
karakteristik penampilan dari komunikasi digital sistem berhubungan dengan Bit
Error Rate. BER bergantung pada Signal to raise Rasio (S/N) dan fungsi
kemungkinan density (PDF) pada output penerima (dari input sampai comparator).
Sejak local oscillator power tinggi, PDF.
Untuk kedua baik heterodyne atau homodyne teknik, BER
hanya tergantung pada signal to noise rasio. Juga satu dapat dijelaskan
sensitivitas penerima berhubungan dengan S/N berpengaruh pada output. Penerima
dimana secara langsung ke signal power penerima optik. Biasanya sensitivitas
penerima untuk macam lain coherent optikal teknik penerimaan telah dijelaskan
berhubungan dengan jumlah rata-rata photons dibutuhkan untuk mencapai 10-9
BER.
10.3.1.
Pendeteksi langsung OOK
Untuk membuat perbandingan antara beberapa teknik deteksi. Pertama-tama kita lihat pendeteksi langsung OOK sistem. Misalnya kita kirim rangkaian OOK dari 1 dan 0 pulsa yang mana terjadi sama kemungkinannya. Sejak Data OOK dikirim hanya membutuhkan ½ waktu rata-rata, jumlah photons dibutuhkan per bit dari informasi adalah ½ jumlah yang dibutuhkan per pulsa. Juga jika N dan O pasangan hole elektron akan terbentuk sebelum pulsa 1 dan 0, berturut-turut, kemudian jumlah rata-rata photons per bit Np untuk kesatuan efisiensi quantum (h=1) adalah
Atau, N=2. Np dari
persamaan (7-26) kita dapat kesempatan mengubah kesalahan
½ Pr (0)=1/2 e-2Np (10.12)
Persamaan 10.12 secara tidak langsung
kira-kira 10 photons per bit dibutuhkan untuk mendapat BER 10-9
untuk sistem OOK detektor langsung.
Secara
praktis limit quantum dasar sangat sulit untuk dicapai pada detektor penerima
langsung. Penguat elektron diikuti photo detektor ditambah thermal noise dan
shot noise maka dibutuhkan tingkat tenaga penerima sekitar 13-20 dB diatas
quantum limit.
10.3.2
OOK Homodyne sistem
Menurut
catatan pada bagian 10.1 baik homodyne atau heterodyne pada penerima dapat
digunakan dengan OOK modulasi. Mari kita lihat pertama homodyne. Ketika pulsa 0
dengan durasi T diterima, rata-rata jumlah No dari pasangan elektrik hole
dibentuk sama sederhana dengan jumlah yang dihasilkan oleh osilasi lokal yaitu
:
N0 = ALO2 T
Untuk pulsa 1,
rata-rata jumlah pasangan elektron hole
N1 adalah :
N1 = (ALO + A3)2T
= (ALO2 + 2 ALO A3)T …. 10.14
Dimana perkiraan berdasarkan dari
kondisi A210 >A23 . Sejak
oscillator lokal, tenaga output lebih tinggi dibanding tingkat signal penerima,
tegangan V dapat dilihat pada decoder dalam penerima sebelum pulsa 1 adalah :
V =N1- N0 = 2 ALO
A3T … 10.15
Dan pendekatan rms noise s adalah
s
= ÖN1
= ÖN0
…. 10.16
Dari persamaan 23 kita mendapat BER
Pe=BER= ½ [1-erf(V/(2Ö2s)]
= ½ erfc (V/(2Ö2s))
= ½ erfc ((A3T1/2)/Ö2)..
10.17
dimana erfc (x)=1-erfc(x) adalah fungsi pengimbang error
Dari persamaan 7-1 kita mengulang untuk mencapai BER 10-9
kita membutuhkan V/g
= 12 menggunakan persamaan 10-15 dan 10-16.
Ag2 T
= 36 … (10.18)
Yang mana dibutuhkan jumlah signal
photon terbentuk per pulsa. Juga untuk OOK homodyne detektor. Energi rata-rata
pada setiap pulsa yang harus dihasilkan 36 pasang elektron hole. Dalam kasus ideal
ketika efisiensi quantum.
10-9 BER dapat dicapai dengan
energi rata-rata penerimaan optikal sebesar 36 photons per pulsa. Sekali lagi
seperti bagian 10.3.1. Jika kita memperkirakan rangkaian OOK pulsa 1 dan 0
terjadi dengan kemungkinan yang sama, maka rata-rata jumlah penerimaan photon
per bit informasi, Np adalah 10.
(1/2 jumlah yang dibutuhkan per pulsa)
Jadi untuk OOK homodyne detektor memberikan BER
BER=
½ erfc (ÖhNp)
Untuk penyederhanaan ini kita tulis dengan pendekatan ke
erfc (Öx) untuk x ³ 5 adalah
maka
Untuk hNp ³
5 untuk OOK homodyne detector.
10.3.3
PSK Homodyne System
Penemuan modulasi PSK
oleh Homodyne memperlihatkan sensitivitas penerima yang terbaik secara teori,
tetapi hal itu juga merupakan metode yang paling sulit untuk alat. Gb 10-8
menunjukkan set up dasar / pokok untuk penerima homodyne. Signal optikal yang
sedang naik / termasuk pertama kali dikombinasikan dengan gelombang optikal
yang kuat yang dipancarkan dari oscillator lokal. Ini diselesaikan dengan
menggunakan “fiber directional coupler” atau “Reflecting plate” sebagian yang
disebut “beam splitter” ketika “beam splitter” digunakan, ini dibuat hampir
transparan seluruhnya, karena signal yang baru masuk jauh lebih lemah daripada
output oscillator lokal.
Seperti yang terlihat pada Eq (10-7), informasi dikirim
dengan mengubah fase gelombang transmisi. Untuk “pulsa 0” signal dan oscillator
lokal keluar dari fase, sehingga jumlah yang dihasilkan dari pasangan-pasangan
lubang elektron adalah :
N0
= (ALO - As)2T (10-22)
Sama
halnya untuk “pulsa1”, signal-signal ada dalam fase, sehingga :
N1 = (A LO) +As)2T ( l0-23)
Akibatnya,
voltase yang terlihat oleh alat pembaca sandi dalam penerima adalah:
V = N1
- N0 = ( ALO + As)2T
- ( ALO - As)2T = 4ALOAsT (10-24)
dan
“associated rms noise” adalah:
s
= ÖALO2T (10-25)
Seperti
dalam kasus homodyne OOK detection kondisi V/s =12 untuk BER dari 10-9
menghasilkan:
ALO2T = 9 (10-26)
Hal ini berarti untuk deteksi homodyne PSK yang ideal (h=1),
rata-rata dari 9 photons per bit dibutuhkan untuk mencapai 10-9 BER.
Sebagai catatan, disini kita tidak perlu memperhitungkan perbedaan antara
photons per pulsa dan photons per bit seperti dalam kasus OOK, karena signal
optik PSK ada dalam setiap waktu.Dengan mengunakan Eq(7-23), BER = 1/2 erfc Ö2hNp (10-27); untuk deteksi homodyne PSK.
10.3.4
Pola deteksi Heterodyne
Analisa untuk penerima
heterodyne lebih rumit daripada homodyne, karena output photodetector muncul
dalam frekuensi lanjutan / menengah. Bentuk atraktif penerima heterodyne adalah
bahwa mereka dapat menggunakan detektor synchronous atau asynchronous. Gb 10-9
menunjukkan konfigurasi penerima umum. Mari kita lihat hal tsb untuk PSK. Dalam
deteksi PSK Synchronous (10-9a), menggunakan sirkuit “carrier recovery”, yang
biasanya merupakan “a microwave phase – locked loop” (PLL), untuk menghasilkan
/ membangkitkan yang berkaitan dengan fase lokal. Frekuensi Carrier lanjutan
diperoleh dengan mencampur output PLL dengan signal frekuensi lanjutan, yang
kemudian menggunakan “filter – lowpass” untuk menghasilkan signal “baseband”.
BER untuk “heterodyne PSK Synchronous” diberikan dengan:
BER = ½ erfc ÖhNp (10-28)
Dalam hal ini, penerima PSK yang ideal membutuhkan 18
photons per photons per bit untuk 10-9 BER. Sebagai catatan, hal tsb
sama dengan untuk deteksi homodyne OOK.
Teknik yang lebih mudah
tapi kuat yang tidak menggunakan PLL adalah deteksi asynchronous, seperti
digambarkan dalam gambar 10-9b. Teknik ini dinamakan PSK yang berbeda atau
DPSK. Disini, sirkuit “carrier-recovery” digantikan oleh “1 bit delay line”
yang sederhana. Karena dengan metode PSK, informasi ditulis dalam sandi dengan
perubahan dalam fase optikal, alat pencampur tersebut akan menghasilkan output
+ atau – tergantung apakah fase signal yang telah diterima telah berubah dari
bit yang sebelumnya atau tidak. Informasi yang ditransmisi adalah yang
dihasilkan dari output tersebut. Teknik DPSK ini mempunyai sensitivitas hampir
sama dengan deteksi PSK heterodyne synchronous, dengan sedikit kesalahan nilai
BER =1/2 exp(-hNp) (10-29)
Untuk BER dari 10-9 , kita membutuhkan 20
photons per bit, yaitu 0,5 dB (penalti) berkenaan dengan deteksi heterodyne
synchronous dari PSK. Analog kasus psk, deteksi heterodyne OOK synchronous = 3
dB kurang sensitive daripada homodyne OOK. BER tersebut dihasilkan dengan :
BER = ½
erfc Ö1/2
hNp (10-30)
Disini
1 memerlukan minimum 36 photons per bit untuk 1 10-9 bit kesalahan
nilai. Dalam hal deteksi heterodyne OOK asynchronous, kesalahan nilai bit
dihitung dengan :
BER
= ½ exp(-1/2 hNp) (10-31)
Deteksi heterodyne OOK asynchronous tersebut membutuhkan
40 photons per bits untuk 10-9 BER, yang 3 dB kurang sensitif dari
DSPK.
Sensitivitas
penerima untuk teknik 10-1 memberi probabilitas kesalahan sebagai jumlah
photons yang diterima per bit, Np, dan tabel 10-2 menunjukkan banyaknya photons
yang diperlukan untuk 10-9 BER oleh penerima ideal yang mempunyai
photodetector dengan efisiensi kuantum h=1
Rangkuman
persyaratan-persyaratan kelebaran garis terhadap photons per bit untuk sistem
heterodyne PSK, FSK, dan OOK diberikan pada gb 10-10, 10-9 BER.
Seperti
yang terlihat dalam gb 10-5, PSK memberi sensitivitas terbaik untuk sumber
dengan kelebaran garis yang sangat sempit. Meskipun demikian, ketika lebar
garis lebih besar dari 0.2 % dari nilai bit, sensitivitas menurun dengan cepat.
Sebagai perbandingan, karena signal modulasi
FSK dan OOK dapat dideteksi dengan menggunakan alat ukur tenaga optikal
yang tidak sensitive terhadap fase kegaduhan dan transmisi, mereka
mempertahankan tampilan yang baik dengan sensitivitas di bawah 60 photons per
bit untuk lebar garis s/d kesatuan pendekatan nilai rasio bit.
10.3.5.
Tampilan perbaikan pemakaian kata sandi / coding
Analisa di atas telah
memperkirakan kode transmisi yang sederhana. Dalam pola-pola ini persyaratan
lebar garis laser merupakan 1 dari faktor pembatas dalam tampilan sistem,
khususnya ketika fase optikal- “locked loops” diperlukan. Meskipun demikian,
dengan mengaplikasikan teknik kontrol–kesalahan yang sesuai, lebar garis laser
dapat dikurangi lebih banyak dan sensitivitas penerima akan diperbaiki secara
signifikasi. Hal ini diperhitungkan oleh Wu Wang, dan Wu menggunakan (n,k),
sepasang kode blok.
Mengingat hal tersebut, informasi bits dalam kode k blok
ditransformasikan dalam blok n bits yang lebih besar dengan menambah bit n-k
yang berlebihan yang dapat digunakan untuk mengontrol kesalahan. Dalam
pemakaian coding yang rumit, data informasi dilewatkan melalui linear shift
register dengan tahap keras. Untuk setiap k potongan informasi disimpan dalam
shift register, terdapat linear logic sirkuit yang beroperasi pada shift
register. Kode nilai R=k/n. Parameter k disebut panjang pembatas dari kode yang
rumit.
Hasil dari beberapa panjang pembatas
digambarkan dalam gb 10-11 dan 10-12. Disini poros horisontal membuat lebar
garis dinormalkan sesuai nilai data. Gb 10-11 menunjukkan bahwa untuk BER 10-9,
persyaratan lebar garis dapat dikurangi lebih dari urutan/golongan besarnya
untuk K=11. Sebagai tambahan, 10-12 menunjukkan bahwa untuk lebar garis yang
dibuat, sensitivitas penerima dapat meningkat dari 1 ke 10 dB, tergantung dari
kode panjang pembatas.
10.4
Persyaratan-persyaratan kontrol polarisasi
Seperti kita lihat dari Eq (10-6), kekuatan optikal jatuh
pada photodetector merupakan fungsi penjajaran polarisasi Cos q
(t) antara gelombang signal dan gelombang oscillator lokal. Untuk mencapai
tahap/derajat tinggi dari kebenaran dalam signal yang diperbaiki, tahap ini
seharusnya tetap konstan dan sama.
Sumber-sumber ringan semikonduktor bukan merupakan yang
perlu diperhatikan, karena output optikal secara umum dipolarisasikan dalam
bentuk garis. Problem yang dapat timbul dalam hubungan komunikasi optikal yang
koheren berhubungan dengan optikal fiber. Akibatnya, pada tahap polarisasi pada
penerima biasanya tidak hanya kliptikal tapi juga berubah sesuai waktu seperti
gerakan serabut. Fluktuasi polarisasi dapat menyebabkan kekaburan yang dalam dan
kehilangan signal.
Meskipun terdapat banyak aktifitas dalam
polarisasi yang berkembang mempertahankan “fibers” dan penyambung, sejumlah
serabut mode tunggal yang simetris (pertahanan-non polarisasi) sudah diinstall.
Para peneliti telah mengerjakan tugas yang besar dalam teknik pengujian untuk
mencocokkan waktu yang bervariasi dari polarisasi dari signal yang baru naik
dengan oscillator lokal, dan dalam polarisasi insensitive yang berkembang, atau
perbedaan polarisasi. Meskipun banyak dari metode ini telah melalui percobaan
lapangan, kerja yang lebih jauh tetap ada dalam semakin menyebarkan
implementasi dari sistem koheren.
2 komentar:
saya ingin bertaya, kalo boleh saya tau ini sumber nya berasal dari buku yg mana ya? soalnya saya sekarang sedang melakukan penelitian mengenai ini, kalo tidak keberatan bolehkah tlg lampirkan refensi mengenai dari mana. terima kasih
punten, kenapa semua gambar error?
Posting Komentar