1 PENGANTAR
Dalam sistem direct
seguence - code division multiple access (DS-CDMA), kebutuhan
terhadap power control merupakan hal yang harus mendapat perhatian.
Masalah power control ini timbul akibat adanya interferensi multiuser. Semua
mobile station dalam sistem DS-CDMA mengirim data menggunakan bandwidth yang
sama pada waktu yang sama dan karenanya semua mobile station : aling
menginterferensi satu sama lain. Akibat mekanisme pro-pagansi, sinyal yang
diterima oleh base station dari sebuah mobile tation yang dekat dengan
base station akan jauh lebih kuat dari-pada sinyal yang diterima dari mobile
station lain yang terletak pada perbatasan sel Karenanya mobile station yang
jauh akan didominasi oleh mobile station yang dekat dengan basc station. Jika
ini terjadi, kapasitas sistem akan turun dengan signifikan.
Untuk
mencapai kapasitas yang optimum, semua sinyal tanpa tergantung pada jaralcnya
ke base station, harus diterima base station dengan mean daya yang sama. Solusi
untuk masalah ini adalah power control, yang berusaha agar mean daya yanlg
diterima base station tetap konstan untuk tiap mobile station.
Maka dari
itu, kinerja mekanisme power control merupakan salah satu faktor yang penting
dalam perencanaan sistem selular CDMA.
2 EFEK NEAR-FAR
Gambar 1 Sistem selular CDMA
dengan sumber interferensi
Efek near-far dalam
sistem seluiar CDMA seperti di atas, dijelas-kan dengan menyatakan daya
rata-rata yang diterima base station pada pusat sel sebagai
(1)
Disini, merupakan
eksponen sesuai dengan hukum path-loss untuk kanal mobile radio yang
memiliki nilai antara 2 sampai 5 dan r didefinisikan sebagai jarak
(ternormalisasi) dari mobile station ke base station:
(2)
dimana dmerupakan
jarak dari base station ke mobile station dan dmax merupakan
jari-jari sel dengan base station terletak pada pusatnya.
Untuk
menganalisis efek near-far pada sistem seliilar CDN4A, perlu diasumsikan
suatu distribusi spatial dari trafik yang di-bangkitkan, yang relevan. didefinisikan sebagai
jumlah mobile station per satuan luas pada jarak r dari base station.
Secara umum distribusi spatial yang diasumsikan harus
men-dekati model yang nyata dan mudah dianalisis. Model spatial distribusi yang
sesuai untuk analisis efek near-far pada lingkungan mobile adalah dengan
Rayleigh fading dan log-normal shadow-ing, Fungsi distribusi
spatial yang umum diasumsikan sebagai
(3)
dimana merupakan daya
rata-rata, adalah variansi
spatial logaritmik, dan merupakan total trafik
yang ditawarkan.
Gambar 2 memperlihatkan grafik terhadap r untuk
dan standar deviasi
spatial , sebagai suatu parameter dengan
menganggap (Gambar 4.2a), (Gambar 2b), dan (Gambar 2c).
Gambar 2 Distribusi spatial dari trafik: (a) ; (b) ; (c)
dengan total trafik Nt = 1
N(r) mensimulasikan suatu distribusi trafik dimana sebagian
besar sinyal dari user tiba dari jarak yang jauh sebagaimana dapat dibandingkan
untuk kasus > 6 dB.
Suatu nilai yang sesuai dapat
dipilih untuk menganalisis efek near-far pada sistem selular CDMA untuk
suatu nilai dan distribusi
spatial trafik yang tertentu. Gambar 2 memperlihatkan
bahwa meningkat dengan meningkatnya untuk distribusi
trafik yang sama. Dengan mendefinisikan suatu faktor bentuk distribusi sebagai
(4)
dan dengan menggunakan (4.1), (4.3) dapat dinyatakan sebagai
(5)
Dari persamaan di atas, suatu distribusi mobile
station yang berbeda dapat diperoleh dengan hanya mengubah 5/sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 3. Dengan demikian tidak perlu lagi
penggambaran fungsi distribusi N(r) untuk beberapa kombinasi dari dan . Oleh karena itu disebut faktor bentuk
distribusi spatial dan menentukan bentuk dari distribusi spatial. Dapat
di-lihat dari Gambar 2 dan Gambar 3 bahwa terdapat mobile station di luar batas sel (di luar r = 1). Distribusi
spatial seperti itu merupakan anggapan yang realistik sebab dalam sistem
selular CDMA ukuran kluster adalah 1, artinya tiap sel menggunakan frekuensi carrier
atau bandwith carrier yang sama. Oleh karena itu dalam sistem
selular CDMA, setiap base station tidak hanya me-nerima interferensi
dari mobile station di dalam selnya sendiri, tetapi juga dari mobile
station yang terletak pada sel-sel di sekitarya.
Dengan menggunakan persamaan (5), probability density function (pdf)
dari jarak antara mobile station dan base station dapat diperoleh, yaitu:
(.6)
Menggunakan (4.1)
dan (4.6), pdf dari daya rata-rata yang diterima menjadi
(7)
Persamaan (7) memperlihatkan bahwa pdf dari daya rata-rata yang diterima
merupakan suatu distribusi log-normal dengan rata-rata logaritmik nol
dan variansi logaritmik . Nilai tergantung pada bentuk N(r) yang
disebabkan oleh faktor dan eksponen path-loss
. Alasan penggunaan
distribusi mobile station spatial yang diberikan oleh persamaan
(5) adalah sebagai ber-ikut:
1. Pdf dari daya rata-rata mempunyai distribusi iog-normal, yang menjadikan analisis relatif mudah.
2. Efek dari nilai eksponen path-loss , yang berbeda dapat dianalisis.
3. Efek dari perbedaan nilai distribusi spatial untuk semua interferer dapat diinvestigasi dengan mengubah parameter (Gambar4.3).
4. Efek near-far dapat dianalisis dalam suatu lingkungan Ray-leigh
Jfading dan log-normal fading. Distribusi tersebut realistik untuk
lingkungan CDMA.
.
.
.
berlangsung mobile
station tidak aktif sepanjang waktu, tetapi mengalami fase tidak aktif dengan
probabilitas waktu tertentu. Dalam suatu komunikasi percakapan, seorang mobile
station aktif sekitar 35% sampai 40% dari seluruh waktu komunikasi. Dengan
pengamatan aktivitas suara, interferensi multiuser dapat dikurangi.
2.1 Sistem Sel Tunggal
Suatu sel tunggal digambarkan dalam Gambar 4 dengan sebuah area lingkaran.
Base station diasumsikan menempati pusat lingkaran, dan N mobile station
bergerak mengelilingihya. Untuk keperluan analisis, diambil satu mobile station
referensi sehingga ; terdapat N-1 interferer.
Di sini na
adalah jumlah maksimum interfereryang aktif.
Pada kondisi real, suatu sistem power control mempunyai sifat tidak
sempurna. Daya rata-rata yang diterima base station dapat tidak sama
untuk tiap sinyal dari mobile station yang ber-beda. Kinerja suatu sistem power
control tergantung pada kecepatan sistem power control adaptif, dynamic
range dari pemancar, distribusi spasial mobile station, dan statistika
propagasi. Ketidaksempumaan dalam sistem power control ditentukan oleh variansi
logaritmik dari distribusi daya log-normal
sinyal yang diterima. Dalam kasus power control sempurna, variansi
logarit-mik bernilai 0 dB.
Untuk menganalisis
kinerja kanal uplink, dalam hal ini kapasitas sistem sel tunggal akibat
ketidaksempurnaan power control, dua distribusi spatial digunakan berdasarkan
persamaan (5) dengan Si.0.58 dan Si.0.69. Tabel
1 memperlihatkan standar deviasi logaritmik dari daya yang diterima untuk
kedua distribusi spatial dalam kasus y = 2 dan y = 4.
Tabel 1 Standar deviasi
logaritmik Cj untuk dua
distribusi spatial
Sj dua eskponen path-loss y
= 0,58
|
= 0,69
|
|
= 2
|
= 5 db
|
= 10 db
|
= 4
|
= 6 db
|
= 12 db
|
Dalam
Gambar5 memperlihatkan probabilitas outage sebagai fungsi dari jumlah
mobile station per sel untuk situasi tanpa power control dan dengan
power control sempurna. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kinerja akan
menurun dengan naik-nya standar deviasi logaritmik dari daya yang diterima
akibat efek near-far.
masalah adalah
menggambarkan interferensi yang dihasilkan oleh mobile station di dalam sel-sel
sekitarnya. Untuk memecahkan masalah ini, digunakan hasil yang telah dicapai Gilhausen
dkk, yaitu bahwa total interferensi dari sel-sel sekitarnya dimodelkan
sebagai suatu random variabel Gaussian dengan mean µ dan variansi
logaritmik D2. Momen linear diestimasi dengan mengguna-kan
simulasi komputer dan mengasumsikan shadowingdengari σs = 8
dB dan sektorisasi dengan tiga sektor per sel. Dengan cara tersebiit diperoleh
bahwa nilai λ = 0,247NS dan D2 0,078NS dimana
Ns merupakan jumlah mobile station per sektor.
Tanpa sektorisasi diasumsikan bahwa N = 3NS Total
interferensi dari sel-sel tetangga dimodelkan disini sebagai random variable log-normal
dengan mean logaritmik ms1 dan variansi logaritmik σ2s1.
Momen ms1 dan σ2s1 dapat dinyatakan
dengan µ dan D sebagai berikut :
Dalam kasus power control tidak sempurna, total daya
inter-ferensi merupakan jumlah dari daya interferensi yang diterima dari mobile
station pada selnya sendiri dan dari mobile station dalam sel-sel
tetangganya. Probabilitas outage dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (16) setelah mensubstitusi nilai yang sesuai untuk dan . Nilai yang sesuai untuk dan diperoleh dengan
menjumlahkan N-1 sinyal interferer yang terdistribusi secara log-normal
dan sel sendiri dengan ditentukan oleh
ketidaksempurnaan power control dan gabungan sinyal interferer yang
terdistribusi log-normal dari sel-sel tetangga dengan ditentukan oleh jumlah
mobile station N.
Gambar 7 memperlihatkan probabilitas outage untuk
sebuah sistem sel jamak dengan power control sempuma dan tidak sempurma.
Sementara dalam Gambar 8 diperlihatkan kapasitas sebagai fungsi dari
ketidaksempumaan power control untuk beberapa nilai processing gain G.
Tabel 4 dan
Gambar 9 memperlihatkan suatu perbandingan antara kapasitas kanal uplink untuk
sistem sel tunggal dan sistem sel jamak. Dalam sistem sel jamak, kapasitas
berkurang akibat adanya interferensi dari mobile station dalam sel-sel
tetangga.
Tabel 4 Kapasitas kanal uplinkpada sistem CDMA untuk sel
tunggal dan sel
jamak
3. POWER CONTROL PADA KANAL DOWN LINK
Dalam sistem
selular CDMA, setiap base station mengirim sinyal ke semua mobile station yang
aktif dalam daerah layanan-nya dengan menggunakan minimal satu antena. Karena
itu setiap ,mobile station menerima sinyal gabungan dari base station terdiri
dari sinyal yang diinginkan dan N-l sinyak interferer, dengan
asumsi Afmobile station persel
3.1 Sel Tunggal
Dengan asumsi bahwa daya yang ditransmisikan oleh base station untuk
mencapai sebuah mobile station adalah sama untuk setiap mobile station,
carrier-to-interference ratio dari sinyal yang diterima oleh mobile station
referensi tanpa tergantung pada posisinya di dalam sel adalah 1/(N-1) dengan
N-1 merupakan jumlah interferer Dengan demikian jelas bahwa
dalam sistem sel tunggal forward power control tidak diperlukan. Hal ini
berarti bahwa kapasitas sistgm sekitar CDMA sel tunggal dibatasi oleh kualitas dari
powercontrolpada. kanal uplink
3.2 Sel Jamak
Dalam sebuah sistem
selular CDMA sel jamak, situasi men-jadi lebih rumit daripada sistem sel
tunggal. User yang berada dekat perbatasan dari tiga sel akan menerima
interferensi yang cukup signifikan dari base station lain. Di sini carrier-to-inter-ference
ratio dihitung untuk satu user referensi yang terletak pada titik ini
dengan mempertimbangkan 12 base station terdekat se-bagaimana
diperlihatkan Gambar 10.
Dari
persamaan (25) dapat dilihat dengan jelas bahwa y mempunyai standar deviasi logaritmik yang sama, tetapi
dengan mean logaritmik . Selanjutnya 12 random variable dapat dihitung lagi
dengan menggunakan algoritma Schwaiiz dan Yeh untuk nilai antara 4 sampai 12 dB
dan algoritma Fenton untuk nilai kurang dari 4 dB.
Dengan mengetahui pdf dari daya yang diinginkan dari total daya interferensi
yang diterima oleh mobile station referensi, maka probabilitas outage sebagai
fungsi dari jumlah mobile station N dapat diperoleh.
Dalam Gambar 11 kapasitas kanal downlink diperlihatkan sebagai
fungsi dari standar deviasi logaritmik untuk probabilitas outage
0,01 serta beberapa nilai processing gain G dan variable aktivitas
suara a = 0,375. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa kapasitas sistem selular
CDMA pada kanal downlink me-nurun secara signifikan untuk lingkungan shadowing
ketika power control pada kanal downlink tidak diterapkan.
Hal yang serupa juga ditunjukkan pada Tabel 5. Dalam tabel tersebut
diperlihatkan kapasitas kanal donwlinktanpa kanal downlinkpower
control dalam iingkungan shadowing. Dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa lingkungan shadowing, sistem CDMA perlu menerapkan
power control kanal downlink untuk mendapati kapasitas yang optimum.
0 komentar:
Posting Komentar