Lampu indikasi dan Alarm
Prinsip kerja
Module receiver ini terdiri dari sub-blok BVA-101 yang berisi
rangkaian LNA, Demodulator, Baseband processor dan sub-blok BVK-401 yang berisi
rangkaian LO. Khusus BVK 401 akan dibahas tersendiri. Rincian prinsip kerja
dari sub blok BVA 101 dapat dilihat pada gambar berikut :
- LNA( Low Noise Amplifier)
LNA ini berfungsi untuk melakukan
penguatan awal terhadap sinyal SHF sebelum dilakukan proses demodulasi. Untuk
menjaga agar noise dari proses penguatan ini rendah, maka LNA ini dibuat dari
MMIC(Microwave Monolithic Integrated Circuit). Proses penguatan dalam MMIC ini
dibagi dalam 2 tingkat, sedangkan untuk menjaga agar output dari LNA ini tetap
stabil, maka LNA ini dilengkapi dengan control Voltage Amplifier, dimana system
control ini bekerja berdasarkan perbandingan data receive power dengan
threshold receive power level. Hasil perbandingan ini akan digunakan untuk
mengatur gain amplifier tingkat pertama pada LNA.
- DEMODULATOR
Sinyal SHF yang bersal dari LNA dibagi dalam 2 kanal yaitu kanal I dan Q dengan coupler 3 dB. Masing-masing sinyal tersebut dikirim ke sebuah phase shifter. Penguatan(control) Phase Shifter kanal I berpedoman pada tegangan referensi yang sudah tetap(Fix Voltage), sedangkan Phase Shiftter kanal Q berpedoman pada tegangan kontrol yang berasal dari equalizer regenerator. Output dari masing-masing phase shifter kemudian digabung melalui proses demodulasi dengan sinyal LO yang berasal dari BVK 401. Sinyal LO ini dibagi 2 yaitu yang digabung dengan sinyal kanal Q. Phasenya digeser 90 derajat, sedangkan sinyal LO yang digabung dengan kanal I phasenya digeser O derajat, jadi antar sinyal kanal I dan Q berselisih 90 derajat.
- BASEBAND PROCESSOR
Dua stream sinyal I dan Q yang
telah termodulasi kemudian masing-masing dimasukkan pada sebuah baseband
processor. Pada baseband processor ini terjadi proses yaitu : penguatan
awal(Preamplifier), filterisasi dan penguatan sebelum diteruskan ke modul BVA
101 equalizer regenerator.
Preamplifier ini adalah sebuah
fix gain amplifier yang impedansi inputnya sesuai dengan impedansi output
demodulator, sehingga dengan demikian akan dapat menjaga noise figurenya sesuai
yang dipersyaratkan.
Untuk menjaga spectrum
sinyal tetap baik, maka baseband processor ini dilengkapi dengan GDE(Group
Delay Equalizer), sedangkan amplifier pada baseband processor ini dilengkapi
dengan AGC yang mempunyai dynamic range sebesar 50 dB, sehingga akan mampu
mengkompensasi perubahan receive level pada J01 sehingga output level pada J03
dan J04 tetap konstan.
·
INDIKASI RECEIVE POWER
Indikasi receive power tersedia
pada TP02. Pada dasarnya tegangan yang ditampilkan pada TP02 adalah
tegangan control yang akan digunakan
untuk mengendalikan gain pada LNA. Dalam kondisi normal TP02 adalah 0 Volt s/d
5 Volt.
Pengaturan
Receive Local Osilator
Receive
local osilator BVK-401 berfungsi untuk menyediakan frekuensi carrier di sisi
penerima untuk keperluan proses demodulasi.
Receive local osilator ini terdiri dari :
·
SHF transistor yang dilengkapi
dengan dielektrik resonator.
·
Varactor
·
Tuning piston untuk mengatur
besarnya frekuensi yang diinginkan
Blok diagram dari receive local
osilator BVK-401 ini ditunjukkan seperti gambar berikut :
Sebuah Low Pass Filter pada
Varactor Kontrol digunakan untuk mengatur perubahan tegangan control dalam
MHz/V. perubahan tegangan control inilah yang akan menentukan besarnya
frekuensi output dari BVK-401 ini. Pembangkitan alokasi frekuensi dari BVK-401
ini dibagi ke dalam 4 sub band dengan masing-masing mempunyai subband 140 MHz.
Keempat sub band tersebut adalah sebagai berikut :
·
Sub-Band A : 6440 - 6580MHz
·
Sub-Band B : 6600 - 6740MHz
·
Sub-Band C : 6780 - 6920MHz
·
Sub-Band D : 6940 - 7080MHz
Untuk menjaga agar output frekuensi
dari BVK-401 ini tetap stabil, maka frekuensi osilator ini dikontrol oleh Costa
Loop yang tegangan kontrolnya dihasilkan dari modul equalizer regenerator
(BVA-101). Untuk mendapatkan frekuensi sesuai kebutuhan dapat dilakukan dengan
mengatur piston yang terdapat pada penutup BVA-101 ini.
·
Spesifikasi Elektrik
v Band Frekuensi :
6.4 -
7.1 GHz
v Stabilitas Frekuensi :
Slave to transmission
v Output Power Level :
+14 dBm
v Stabilitas Power :
±1dB
Receiver Diversity
(BVK-102)
Receive ini biasa dipasang pada stasiun yang panjang loopnya cukup
jauh atau pada daerah yang lintasan gelombangnya melewati permukaan air atau
rawa-rawa. Pada prinsipnya diversity receiver sama dengan normal receiver hanya
saja diversity receiver ini dilengkapi dengan diversity combiner. Fungsi dari
diversity combiner adalah untuk menggabungkan 2 buah sinyal terima yang bersal
dari antena normal dan antenna diversity yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas penerimaan.
Susunan modul diversity sama pada normal diversity ditambah dengan
diversity combiner seperti pada gambar berikut. Karena diversity receiver sama
dengan normal receiver ditambah dengan diversity combiner, maka yang akan
dibahas disini diversity combiner.
·
Spesifikasi Elektrik
v Sinyal SHF
v Output Baseband
Kanal I(J03) dan kanal Q(J04)
- Level Automatis : -6 dBm
- Impedansi : 75 Ohm
v Test Point
TP01 (E805,RxLO control voltage)
- Level : 1.6
Volt
- Impedansi : 1 K Ohm
·
Lampu Indikasi dan Alarm
·
Prinsip Kerja Diversity
Combiner
Pada link atau hop yang panjang akan
terjadi lintasan sinyal yang sangat banyak (multiple path) khususnya pada
daerah datar atau pada daerah yang berpermukaan air.
Gambar di bawah ini memberikan
ilustrasi sebuah hop dengan 2 lintasan sinyal yaitu sinyal langsung dan sinyal
pantul, dengan demikian akan terjadi perbedaan jarak lintasan antara sinyal langsung
dengan sinyal pantul. Perbedaan jarak lintasan ini akan mengakibatkan sinyal
pantul mengalami keterlambatan (delay) sebesar Ï„ .
Prinsip space diversity adalah
berdasarkan pada penerimaan sinyal melalui dua buah antenna dan
mengkombinasikan kedua sinyal tersebut secara optimal seperti pada gambar
berikut.
Antena pertama menerima sinyal
langsung A1 cos t dan sinyal pantul B1
cos ω(t-τ1), sedangkan antenna kedua menerima sinyal langsung A2 cos ωt dan
sinyal pantul B2 cos ω(t-τ2).
Perhatikan gambar, baha
penerimaan antenna pertama memperlihatkan bahwa A1 dan B1 adalah amplitudo
masing-masing sinyal langsung dan sinyal pantul dengan beda phase φ2.
Kedua sinyal pantul B1 dan B2
adalah sinyal distorsi yang dapat mengannggu kualitas penerimaan. Untuk
menghilangkan sinyal distorsi ini, maka phase B1 dan B2 harus dibuat berlawanan
dan amplitudonya dibuat sama.
Untuk membuat B1 berlawanan
phase dengan B2, maka phase B2 harus digeser sedemikian rupa demikian pula
amplitudonya harus dinaikkan. Pelaksanaan pengaturan phase dan amplitude ini
dilakukan pada rangkaian diversity combiner, seperti gambar di bawah ini :
Delay atau beda lintasan sinyal
yang masuk ke antena pertama (normal) dengan sinyal masuk ke antenna kedua
(diversity) dilakukan dengan mengatur panjang Δt yaitu waveguide yang
panjangnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan di lapangan, sedangkan
pengaturan phase dilakukan oleh shifter yang dikontrol oleh sinyal control yang
berasal dari modul equalizer regenerator, demikian juga dengan amplitudonya
dapat diatur melalui pad.
Dengan pengaturan phase
amplitudo sedemikian rupa, maka sinyal yang dikombinasikan secara resultan
hanyalah sinyal A1 dan A2, dengan demikian akan diperoleh kombinasi sinyal yang
optimal pada output diversity combiner. Susunan board dari modul diversity
combiner dapat dilihat pada gambar berikut :
Pengaturan yang dilakukan pada
diversity receiver sama dengan yang dilakukan pada normal receiver, hanya saja
SW801 kalau dinormal receiver harus disambung, sedangkan pada diversity
receiver harus dibuka. Perhatikan gambar berikut ini :
Equalizer-Regenerator
(BVA-101)
BVA-101 berfungsi untuk mengembalikan kualitas sinyal digital empat
stream, sama seperti kualitas waktu pengiriman di sisi transmit, demikian juga
clock yang dibangkitkan pada modul BVA-101 ini harus sinkron dengan kecepatan
data yang dikirim dari sisi transmit. BVA-101 mendapat input dari modul
receiver dan outputnya diteruskan ke
modul deframing unit. Blok diagram BVA-101 diperlihatkan seperti gambar di
bawah ini
v Spesifikasi Elektris
·
Input : Sinyal Baseband (J01 dan J02)
- Level : - 6 dBm
- Impedansi : 75 Ohm
·
Output : Test point sinyal beseband (J03 dan J04)
-
Level : -13 dBm
- Impedansi : 75 Ohm
·
Regenerated equalized signal
(J05 dan J06)
-
Level : -13 dBm
- Impedansi : 75 Ohm
·
Digital stream + clock (P102
RDSTR 1-4, RDCLK)
-
Rate : 37.147 Mbps
v Lampu Indikasi dan Alarm
·
Lampu Indikasi (panel depan)
-
Loss sinkronisasi clock atau
tidak ada sinyal input : DS201 ON
-
Loss sinkronisasi carrier : DS601 berkedip.
·
Alarm
-
Loss sinkronisasi clock (P102
AC-9)
Normal :
+ 5 V
Alarm :
0 V
-
Diversity Alarm
Normal :
+ 5 V
Alarm :
0 V
v Prinsip Kerja
BVA-101 melakukan semua fungsi
equalisasi dan regenerasi terhadap 2 input sinyal baseband yang berasal dari
receiver. Untuk melakukan fungsi ini, BVA-101 terdiri dari beberapa rangkaian
yaitu :
1.
AGC Amplifier
Masing-masing sinyal input J01 dan J02
dimasukkan ke dalam amplifier secara terpisah. Amplifier ini dipakai untuk
memperoleh level sinyal sesuai dengan yang dibutuhkan oleh A/D Converter. Untuk
mendapatkan level yang sesuai, amplifier ini dilengkapi dengan AGC, dimana AGC
ini mendapat control dari output digital equalizer.
2.
Gating Control
Gating Control digunakan untuk melakukan
sampling terhadap sinyal basband sehingga diperoleh eye aperture naksimum,
fungsi ini dilakukan oleh rangkaian voltage control phase shifter.
3.
Clock Recovery
Untuk mendapatkan sinyal clock yang sama
dengan sinyal clock di sisi pengirim, maka pada rangkaian clock recovery ini
dilakukan proses deteksi terhadap sinyal baseband 37.147 Mbps. Sinyal baseband
ini akan digunakan sebagai sinyal control, dengan demikian sinyal clock yang
dibangkitkan pada modul BVA-101 akan sinkron dengan sinyal clock disisi
pengirim.
4.
Amplitude & Offset Control
Untuk menjamin agar proses regenerasi
dapat berlangsung dengan akurat, maka pada rangkaian A/D converter disisipkan
tegangan offset. Tegangan offset ini akan disuperposisikan dengan tegangan
referensi yang terdapat pada A/D converter untuk bersama-sama melakukan proses
sampling.
5.
A/D Converter
A/D converter ini berfungsi untuk mengubah
sinyal baseband analog menjadi sinyal digital dengan menggunakan 8 bit
converter.
6.
Digital Equalizer
Digital equalizer ini menggunakan 2 buah
gate array. Equalizer ini berfungsi untuk :
1)
Mengkompensasi atau melakukan
koreksi terhadap gangguan interference yang disebabkan oleh hubungan multihop.
2)
Meningkatkan kualitas dan
availability dari suatu system microwave link.
3)
Mengkompensasi group delay yang
diakibatkan oleh system waveguide dan circulator.
7.
Carrier Recovery
Frekuensi carrier penerima yang
dibangkitkan RxLO dikontrol oleh tegangan yang dibangkitkan oleh equalizer
regenerator. Untuk menjaga akurasi dari tegangan control ini, system control
ini dilengkapi dengan phase estimator, loop filter dan hunting oscillator.
8.
Quadrature Control
Untuk menjaga agar diperoleh akurasi
quadrature demodulasi pada perangkat receiver, maka diperlukan sinyal control
yang dibangkitkan oleh equalizer regenerator.
v Pengaturan
Pengaturan board BVA-101 dapat
dilakukan seperti pada tabel di bawah ini sebagai berikut :
Framing Unit
A.
Terminal Framing(BVK-301)
Prinsip Kerja :
Struktur digital filter yang rumit yang terdapat pada digital filter
tersebut dapat memberikan kompensasi terhadap distorsi group delay dan distorsi
amplitudo yang diakibatkan oleh kanal radio yang bersebelahan. Di samping itu,
dengan digital filter ini diperoleh nilai roll off yang cukup baik yaitu 0.35,
dengan demikian band frekuensi yang ditempati juga akan makin efisien. RF
bandwidth yang diduduki dapat dirumuskan sebagai berikut :
RF
(BW) = (1 + α) Ζ
α adalah
roll off filter dan Ζ adalah symbol frekuensi. Untuk system modulasi 16 QAM,
frekuensi symbol adalah ¼ dari efektif rate data yang dikirim, sedangkan
pengaturan kompensasi distorsi group delay dan distorsi amplitude dapat
dilakukan melalui switch S901 dan Thumbwheel S902 (Lihat gambar Board BVK-301).
Pengaturan ini disesuaikan dengan alokasi frekuensi RF serta jarak antara 2
kanal RF yang berurutan.
Melalui D/A Converter sinyal digital X dan Y yang berasal dari
digital filter diubah menjadi sinyal analog 4 level untuk mendapatkan hasil
modulasi 16 QAM. Sinyal analog ini kemudian dimasukkan ke dalam analog filter
yang berfungsi untuk menghaluskan bentuk spectrum dari sinyal analog tersebut.
Sebelum dimasukkan ke modulator sinyal X dan Y masing-masing
dikuatkan pada sebuah amplifier yang bertujuan agar kedua sinyal tersebut dalam
kondisi balance. Untuk mendapatkan kondisi ini dapat dilakukan dengan mengatur
R608 & R705 yang terdapat dipanel depan module ini.
Sinyal X dan Y yang telah melewati penguat kemudian dimasukkan pada
modulator SHF, sinyal X dan Y ini kemudian digunakan untuk memodulasi secara
langsung sinyal carrier yang berasal dari DRO(TLO). Modulator ini dapat
memodulasi sinyal carrier dengan band 6.4 ~ 7.1 GHz.
Sinyal clock yang berasal dari framing unit (37MHz) digunakan
sebagai pengontrol phase dari sebuah VCXO yang akan membangkitkan sinyal clock
2 kali dari colock inputnya (74 MHz), kemudian sinyal clock ini akan digunakan
untuk melakukan kuantisasi terhadap sinyal X dan Y pada proses D/A converter.
Pengaturan Switch dan Kontrol
Pada module ini terjadi beberapa proses antara lain : Junction,
serial/parallel, buffer memory, multipleksing, sinyal scrambling dan
defferential coding. Semua proses ini dapat dilihat pada blok diagram berikut
ini :
a.
Fungsi Masing-masing Block
v Input Junction
Junction ini terdiri dari sebuah amplifier
yang dilengkapi dengan sebuah bridge T cable equalizer dan berfungsi untuk
mengkompensasi loss kabel yang terjadi antara perangkat multiplex dengan
perangkat radio. Kemampuan equalisasinya adalah (0 ~ 12 dB) pada Nyquist
Frequency.
Junction ini juga dilengkapi dengan
pengontrol penguatan tegangan yang dipakai untuk mendeteksi loss incoming
sinyal CMI 139.624 Mbps yang berasal dari perangkt Multiplex. Di samping itu,
junction ini juga dilengkapi dengan
sebuah rangkaian yang berfungsi sebagai clock recovery yang berasal dari sinyal
input CMI.
v Konversi CMI/Biner
Proses konversi ini bertujuan untuk
mengembalikan bentuk sinyal ke dalam bentuk aslinya yaitu sinyal biner.
Kebutuhan sinyal clocknya diambil dari recovery clock di atas.
v Konverter Serial/Paralel
Konverter Serial/Paralel ini membagi
sinyal biner 139.264 Mbps menjadi empat stream (A,B,C, dan D) sehingga
kecepatan masing-masing stream adalah 34.816 Mbps. Alasan dibagi menjadi 4
adalah karena teknik modulasi yang dipilh adalah 16 QAM.
v X-Tal Oscillator
Oscillator ini berfungsi untuk
membangkitkan sinyal clock 37.147 MHz dan time base serta justification stream
yang dibutuhkan untuk membentuk struktur frame radio.
v Buffer Memory
Buffer ini dipakai untuk meningkatkan
kecepatan dan melakukan sinkronisasi terhadap incoming stream, sehingga dapat
disisipkan sinyal extra bit.
v Extra Bit Multiplexing
Multiplexer ini berfungsi menyisipkan
sinyal extra bit ke dalam empat stream A,B,C, dan D pada slot-slot yang telah
disediakan termasuk menyisipkan bit parity yang diperoleh dari hasil
perhitungan pada masing-masing stream.
v Scrambler
Setelah melakukan proses multiplexing,
maka secara periodik sinyal tersebut diacak dengan menggunakan sinyal
Pseudo-Random 211-1. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperbaiki
spectrum sinyal tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah sinyal FAW tidak ikut
diacak.
v Defferential Coder
Fungsi defferential Coder ini adalah untuk
sinyal tertentu dalam bentuk variasi phase yang bertujuan untuk sejauh mungkin
mereduksi noise. Besarnya phase yang dikirim bergantung oleh 2 keadaan yaitu
pergeseran phase yang menjadi acuan dan besarnya phase sebelumnya.
v Forward Error Correction
Modul ini juga dilengkapi dengan fasilitas
korektor yang berfungsi untuk mereduksi error dengan rumus (BER)2 x
103, contoh : ketika FEC belum diaktifkan BER=10-5, maka
setelah FEC diaktifkan maka BER=10-7, proses FEC disini dilakukan
dengan Wyner-Ash Coder yaitu dengan menyisipkan bit-bit tertentu pada setiap
akhir dari suatu sector.
v Gray Coder
Gray coder berfungsi untuk mereduksi Bit
Error probability yang berdasarkan atas prinsip bahwa Status simbul konste
lasi
yang bersebelahan hanya boleh berbeda 1 bit.
v Alarm
Semua alarm yang timbul pada modul ini
akan dikirim ke Supervisory Interface Board(BNA-108) melalui bus I2C(Inter
Integrated Circuit).
v Struktur Frame
Pengaturan penggabungan antara empat stream A,B,C,dan D dengan sinyal
extra bit dapat dilihat pada struktur frame gambar 3.28. Besarnya frekuensi
frame adalah 32.245 KHz. Angka ini diperoleh dari hasil bagi antara kecepatan
tiap bit stream 37.147 Mbps (setelah ditambah dengan extra bit) dengan jumlah
bit tiap frame 1152 bit. Sedangkan susunan seluruh extra bitnya dapat dilihat
pada gambar 3-3.
Pada gambar 3.2 setiap satu frame data
ditambah 2 extra bit, dengan demikian total bit yang terkandung dalam setiap
frame adalah 1152 bit.
Pada gambar 3.28 setiap extra bit
menempati slot-slot yang telah ditentukan dan waktu penyisipannya pada
masing-masing stream diatur oleh time base, sedangkan pada gambar 3.3 masing
extra bit dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ø LP : Link Parity Bit
Link Parity Bit ini hanya dihitung sekali
pada terminal framing unit dan hasilnya dikirim ke terminal deframing unit.
Jadi deteksinya hanya di terminal.
Ø HP : Hop Parity Bit
Di terminal framing unit di samping
mengirim bit LP juga mengirim bit HP yang persis sama dengan bit LP, hanya saja
bit HP dideteksi setiap repeater.
Ø Syndrome Discrepancies Multiplex
Sinyal ini digunakan untuk mendeteksi
besarnya error di masing-masing Hop(repeater) hasil deteksi di setiap repeater
dikirim ke terminal deframing unit. Jadi pembangkitan sinyal ini terjadi di
repeater, sedangkan di terminal framing unit siyal ini direset.
Ø FAW = Frame Alignment Word, terdiri dari 12 bit.
Ø AIS Bit
Bit AIS ini adalah salah satu dari sinyal
extra bit, AIS ini aktif (bit “1”) bila sinyal input 139.264 Mbps dari
perangkat multiplex tidak diterima di terminal deframing unit. Sinyal AIS ini
dideteksi di terminal deframing unit akan membangkitkan sinyal switching
request.
Ø Justification Indication
5 bit justification disisipkan secara
otomatis di transmit buffer memory.
Ø FEC = Forward Error Corection
Bit-bit ini dibangkitkan oleh Forward
Error Corection Coder dan dipakai untuk mendeteksi error dan lokasi bit yang
mengalami error.
Ø AUX
Slot-slot ini disediakan untuk menyisipkan
Auxiliary Channel misalnya untuk penyisipan sinyal digital 2 Mbps.
Ø MIC
Slot ini disediakan untuk fasilitas dialog
antar supervisory interface.
b.
Spesifikasi Elektrik
CMI input sinyal pada panel depan (J01)
o
Input Impedansi : 75 Ohm Unbalance
o
Input rate : 139.264
Mbps ± 15 x103
o
Kompensasi input loss : 0 – 12 dB pada 70 MHz
o
Input level : 1 Vp-p
o
Admissible input jitter : CCITT G823
c.
Pengaturan Switch
Pengaturan switch pada board modul
terminal framing unit gambar 3.29 dapat dilakukan seperti tabel berikut :
·
Switch S1
·
Switch S2 (FAW)
·
Switch S3
S3 di terminal framing unit harus dalam
posisi closed, pengaturan S3 hanya dilakukan di repeater.
B.
Repeater Framing Unit(BVA-302)
Pada modul ini terdapat junction dan konversi serial/paralel, karena
input sinyalnya sudah dalam bentuk NRZ empat stream 37.147 Mbps yang berasal
dari repeater deframing unit sebelumnya. Sinyal input empat stream A,B,C, dan D
yaitu 37.147 Mbps ini dibaca dengan internal clock 37.147 MHz, dengan demikian
dimungkinkan untuk menyisipkan extra bit ke dalam stream A,B,C dan D tersebut.
Sinyal extra bit tersebut terdiri dari :
1.
Tiga Omnibus Service Channel
2.
Sinyal Order Wire
3.
Auxiliary Stream
Karena kecepatan masing-masing incoming
binary stream sudah 37.147 Mbps maka buffer memorynya dibypass.
Sama seperti pada terminal framing
unit, setelah proses penyisipan(multiplexing) extra bit ke dalam stream A,B,C,
dan D tersebut untuk menbentuk frame radio, maka data tersebut berturut-turut
diproses melalui :
1.
Scrambler
2.
Differential Coder
3.
FEC
Kemudian keempat output yang telah
melalui berbagai proses(P,Q,R,S) dan sinyal clock H 37.147 MHz dikirim ke
perangkat modulator, seperti pada gambar diagram Repeater Deframing Unit di
bawah ini :
v Pengaturan Switch
Pengaturan switch pada board modul
Repeater framing unit dapat dilakukan seperti tabel berikut ini :
§ Switch S1
§ Switch S2 (FAW)
Pengaturan bit MSB (bit 10,11,12) pada
FAW dapat dilakukan dengan mengatur switch S2. Oleh karena itu dapat dipilih
kombinasi FAW dengan 8 kemungkinan, sedang di sisi penerima (deframing)
dilakukan pengaturan yang sama.
§ Switch S3
Sindrome Discrepancies bit mengandung
informasi yang dibutuhkan untuk menghitung BER dari suatu link. Bit parity
discrepancies hop sebelumnya disisipkan pada repeater framing unit yang
nantinya di terminal defraning unit digunakan untuk mengevaluasi kualitas dari
suatu link. Jumlah hop maksimum dari suatu link adalah 9 hop, sedang pengaturan
Switch S3 dapat dilakukan seperti tabel berikut ini :
Posisi 0 = S3 Closed
Posisi 1 = S3 Open
Nomor repeater tempat penyisipan
syndrome error bit lebih besar “1” dibandingkan dengan nilai biner yang
diprogram.
Deframing
Unit
A.
Terminal Deframing Unit
(BVA-102)
Pada modul ini terjadi beberapa
proses antara lain :
·
Gray Coder
·
Forward Error Corection
·
Differential Coder
·
Desrambling
·
Frame Alignment Word Search
·
Extra Bit Dropping
·
Incoming Stream Dejustification
·
Konversi Paralel to Serial
·
Konversi NRZ ke CMI
v Fungsi Masing-masing Blok
§ Gray Decoder
Sama seperti halnya pada Gray Coder, Gray Decoder juga
berfungsi untuk mereduksi bit error probability yang berdasarkan atas prinsip
bahwa : status simbul konstelasi yang bersebelahan hanya bolh berbeda 1 bit,
hanya saja.
0 komentar:
Posting Komentar