SISTEM KOMUNIKASI IDR
4.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, maka
masyarakat pengguna jasa telekomunikasi pun menginginkan layanan dalam bentuk
beragam. Sistem telekomunikasi radio yang telah lebih dahulu dikenal memiliki
banyak kekurangan-kekurangan sehingga
keberadaan Sistem Komunikasi Satelit
sangatlah penting untuk menutup kekurangan sistem terrestrial. Dengan
berkembangnya Sistem Komunikasi Satelit daerah-daerah terpencil yang tidak
dijangkau sistem terrestrial, dapat melangsungkan hubungan komunikasi.
Perkembangan teknologi dari Sistem Komunikasi Satelit sangat pesat mulai
dari sistem analog menjadi sistem digital. PT Telkom pada awal beroperasinya
Sistem Komunikasi Satelit menggunakan sistem analog yaitu SCPC dan sistem
digital yaitu FDM-FM. Terakhir pada tahun 1992 PT Telkom mengimplementasikan
sistem baru pada komunikasi satelit yaitu sistem Intermediate Data Rate (IDR),
dan pada tahun 1996 sistem tersebut diaplikasikan sebagai pengganti dari sistem
digital FDM-FM. Sistem IDR ini digunakan untuk menyalurkan informasi suara
(telepon), gambar (televise), data, dan aplikasi lainnya seperti informasi
cuaca, informasi pertambangan, maritim, militer dan sebagainya.
Sistem IDR pada suatu stasiun bumi terdiri atas susunan peralatan
(perangkat) yang saling menunjang satu sama lain. Salah satu perangkat penting
dalam sistem tersebut adalah modem IDR. Modem IDR merupakan tempat terjadinya
proses pengubahan sinyal digital dengan format HDB-3 (High Density Bipolar-3)
menjadi sinyal IF dengan modulasi QPSK dan sebaliknya. Untuk menjaga
performansi modem IDR guna menghasilkan operasi poerangkat yang berkelanjutan
dengan tingkat kehandalan yang tinggi dibutuhkan teknik pengoperasian yang
baik.. Teknik pengoperasian modem IDR
tersebut harus terprogram dengan jelas dan mengacu kepada standar pemeliharaan
yang baku sehingga kondisi perangkat
tetap bagus.
4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari teknik pengoperasian
Modem IDR yaitu :
·
Dapat mengoperasikan Modem IDR SDH 308 melalui pengaturan
parameter pada panel depan.
·
Dapat melakukan pengukuran level daya bandwidth serta
melokalisir gangguan pada modem IDR melalui panel status.
·
Dapat menjelaskan sistem transmisi IDR dan parameter IDR yang
perlu diketahui.
4.3 Umum
Sistem komunikasi IDR (Intermediate Data Rate) Digital Carrier adalah
sistem komunikasi digital melalui media satelit yang sangat menunjang
perkembangan telekomunikasi menuju ISDN dengan menggabungkan kanal-kanal-kanal
percakapan dan kanal data ke dalam sistem yang terpadu.
Dengan sistem
IDR ini, maka hubungan antara sentral digital dapat dibangun tanpa dibutuhkan
lagi pengubahan signal dari analog ke digital atau sebaliknya. Hal ini masih
ditambah lagi dengan keunggulan lain dari sistem digital, antara lain
kestabilan kualitas karena kemampuan untuk koreksi kesalahan dan ketahanannya
terhadap gangguan.
Sistem IDR
pada operasi singel carrier adalah sebuah digital MCPC (Multi Carrier per
Channel) yang dapat digunakan untuk transmisi digital melalui satelit dengan
bit rate tetap maupun variabel. Pengaturan operasi IDR dapat dilakukan secara
lokal atau remore.
Masukan sistem
IDR adalah data digital berupa data yang tidak diproses ataupun data yang telah
diproses, data yang tidak diproses ini antara lain:
Ø PCM 64 Kbps (30 ch)
Ø ADPCM 32 Kbps (60 ch)
Ø Signal 2 Mbps dari STDI
Ø Data komunikasi komputer
Data digital yang telah diproses adalah pada penggunaan:
Ø Digital Circuit
Multiplication Equipment (DCME) yang meliputi: Digital Speech Interpolation
(DSI), STDMA dan jenis jenis multiplexer lainnya.
Ø Digital Signal processing
lainnya seperti: data Encryption dan
sebagainya.
4.3.1 Konfigurasi Sistem IDR
Sistem IDR yang akan dipasang pada suatu stasiun bumi
akan terdiri atas susunan peralatan sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.1. Konfigurasi Sistem IDR
Keterangan:
PCM MUX : Pulse Code Modulation Multiplexer
E/C : Digital Echo Cancellar
MX : Multiplication Equipment,
ADPCM atau PCME
HPA : High Powe Amplifier
LNA : Low Noise Amplifier
DPL : Duplexer
Fungsi masing-masing
bagian adalah sbb:
Multiplication
equipment
Adalah perangkat yang berfungsi untuk melipatkan kemampuan transmisi
peralatan tanpa memperlebar band frekuensi. Berdasarkan teknik-teknik kompresi
data, signal voice dapat diturunkan kecepatan datanya menjadi separuh atau
lebih kecil lagi.
Echo Cancellar
Untuk mengatasi gangguan yang muncul
apabila terjadi pemantulan signal percakapan di salah satu ujung terminal
kominikasi yang biasa kita kenal sebagai echo/gema, maka diperlukan suatu
perangklat yang dapat menghilangkan echo tercebut. Mengingat bahwa dengan panjangnya
jarak tempuh signal informasi tersebut setelah melalui satelit, echo yang telah
terjadi akan culup menggagu percakapan.
Perangkat ini bekerja dengan prinsip pengolahan signal
digital, dan langsung bekerja pada kanal yang terisi pada signal PCM 30 kanal.
Modem IDR
Modem IDR yang berfungsi untuk meletakkan signal
informasi digital yang berasal dari sentral pada signal pembawa (frekuensi
carrier) dengan modulasi QPSK dan sebaliknya. Signal pembawa akan berada pada daerah frekuensi 50 MHz-90 Mhz
bergantung pada pemilihan daerah operasinya.
Up/Down Converter
Karena daerah operasi satelit berada pada band
frekuensi 4 GHz/6 GHz, sedangkan modem IDR hanya menghasilkan signal frekuensi
50-9 MHz, Maka diperlukan perangkat penggeser frekuensi yang kita kenal sebagai
Up/Down Converter.
Up Converter berfungsi untuk menggeser frekuensi
signal IDR dari daerah 50-90 MHz ke daerah 6 GHz, sedangkan Down Converter
berfungsi mengeser signal 4 GHz dari satelit ke frekuensi 50-90 MHz.
HPA (High Power Amplifier)
Untuk mengatasi redaman yang timbul akibat besarnya
jarak dari bumi ke satelit, maka diperlukan adamya penguat signal yang keluar
dari Up Converter sehingga dapat mengkopensasikan kehilangan daya pancar di
dalam perjalanannya.
LNA (Low Noise
Amplifier)
Signal yang diterima dari satelit levelnya sudah jauh
berkurang, oleh karena itu diperlukan penguat di ujung penerima signal stasiun
bumi.
Antena
Untuk lebih dapat mempertajam penerimaan dan juga
mengurangi gangguan dari sateli lain, maka diperlukan adanya antena yang akan
mengarahkan pancaran gelombang dan penerimaannya ke satelit yang dikehendaki.
4.3.2
Parameter-Parameter
Transmisi IDR
Ada beberapa parameter
yang digunakan dalam sistem IDR, antara lain adalah senagai berikut:
·
Kecepatan bit data/informasi (information rate dalam satuan
bit per second disingkat dengan IR) adalah antara 64 kbps s/d 44.736 Kbps. (
pilihan IR adalah 64, 192, 384, 1544, 2048, 6312, 8448, 34368, 44736 Kbps)
·
Kecepatan bit tambahan (Overhead Datarate untuk carrier)
untuk IR 1544 Kbps adalah sebesar 96 Kbps.
·
Pengkodean FEC (Forward Error Correction Encoding) adalah ¾
Convolutional Encoding/Viterbi Decoding.
·
Energi Dispersial (Scrambling sesuai dengan CCITT V.35)
·
Sistem modulasi menggunakan QPSK Ambigity resolution yang
berupa kombinasi antara Differential Encoding (180° ) dengan FEC (90° ).
·
Penerimaan clock dari penerimaan data.
·
Alokasi Bandwidth Carrier minimum sebesar:
BWC = 0,7 R
Hz atau
BWc = 0,933
(IR + Overhead) Hz
Dimana:
R = Kecepatan bit pentransmisian dalam bit/s (bps)
R + (IR+OH) × 4/3 (untuk FEC ¾)
·
Bandwidth Noise adalah sebesar:
·
BWn = 0,6 R Hz
·
BWn = 0,8 (IR + OH)
·
Eb/No untuk kecepatan dengan FEC ¾ sesuai dengan tabel
dibawah ini:
Eb/No pada
|
BER
|
||
10 -3
|
10 -7
|
10 -8
|
|
Modem Back to back
channel
|
5.3 dB
|
8.3 dB
|
8.8 dB
|
Satelit
|
5.7 dB
|
8.7 dB
|
9.2 dB
|
Tabel
4.1. Eb/No
·
Besarnya C/T pada titik operasi nominal dirumuskan sebagai
berikut :
C/T = -219,9 + 10 log
(IR + OH) dBw/ °K
·
Besarnya C/N pada titik operasi nimonal adalah sebesar 9,7
dB.
·
Besarnya Bit Error Rate (BER) titik nominal adalah 1 × 10 -7
·
Besarnya C/N pada titik ambang (thershold) adalah sebesar 6,7
dB.
·
Besarnya Bit Error Rate (BER) pada titik ambang adalah 1 × 10
-3
4.4 Modem IDR
Modem IDR adalah perangkat yang berfungsi mengubah sinyal
digital base band dari perangkat tail link ke dalam bentuk sinyal IF yang dapat
ditransmisikan melalui transmisi satelit, serta mengubah kembali sinyal IF dari
transmisi satelit ke dalam bentuk sinyal digital baseband untuk dikirim ke
perangkat tail link.
Sinyal digital
baseband dari dan ke peralatan tail link pada umumnya mempunyai format HDB-3
(High Density Bipolar 3), sedangkan sinyal IF dari dan ke perangkat transmisi
satelit adalah sinyal 70 MHz dengan modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift
Keying).
4.4.1 Standart-Standart yang Digunakan dalam
Sistem Telekomunikasi IDR.
Di dalam operasinya, sistem telekomunikasi IDR menggunakan standart yang
telah digunakan oleh banyak negara yaitu IESS (Intelsat Eart Station Standards)
dokumen IESS -308.
Di dalam dokumen IESS-308 tersebut dijelaskan persyaratan-persyaratan
yang diperlukan untuk perangkat-perangkat stasiun bumi yang beroperasi dalam
sistem transmisi IDR digital carrier .
Berikut ini, akan dijelaskan secara singkat standar-standar dalam dokumen
IESS-308 yang behubungan dengan Modem IDR.
·
Jenis Modulasi yang digunakan adalah QPSK koheren dengan menggunakan FEC (Forward Error Correction ) rate ¾ . FEC
yang digunakan adalah Convolution Enconding dengan Viterbi Decoding.
·
Kecepatan informasi (information rate) yang ditranmisikan
mulai dari 64 Kbps sampai dengan 44.376 Mbps.
·
Pada kecepatan informasi 1.544, 2.048, 6.132, 8.448, 32.064,
34.368 dan 44.376 Mbps, INTELSAT telah mendefinisikan suatu Overhead Framing yang akan memberikan fasilitas ESC
(Engineering SeService Circuit) dan Maintanacce Alarm.
Overhead Framing akan menambah kecepatan data sebesar 96 Kbps dari
kecepatan informasi yang ditransmisikan (dokumen IESS-308 Rev.4)
·
Spektrum keluaran modulator QPSK harus berada dalam mask.
·
Demodulatsi QPSK yang digunakan pada demodulator adalah jenis
modulasi koheren dengan karakteristik filter demodulator masuk ke dalam mask.
·
FEC coding pada rate ¾ adalah dari jenis Puncture Type
convolutional Encoder.
·
FEC decoding yang digunakan adalah dari jenis Soft Decision
Viterbi Deconding yang harus mempunyai coding gain cukup besar untuk Eb/No yang
dipersyaratkan.
·
Untuk mengurangi maximum power flux density dalam transmisi,
digunakan teknik scrambling sebagaimana dipersyaratkan dalam CCITT Rec.V.35. Jenis scrambling yang dipergunakan adalah
jenis Self Synchronizing Scrambler.
·
Demodulator yang digunakan dipersyaratkan harus memenuhi
kriteria BER (Bit Error Rate) sebagai berikut:
BER lebih baik dari: Pada Eb/No (dB)
10 -3 5.3
10 -7 8.3
10 -8 8.8
4.4.2 Besaran-Besaran
Penting dalam Operasi Modem IDR
§ C/N
Adalah perbandingan antara daya carrier dan daya noise. Besaran ini
menunjukkan kualitas dari sinya RF/ IF yang diterima oleh modem.
§
Eb/No
Adalah perbandingan antara energi per bit (Watt.detik) denagn rapat daya
noise (Watt/Hz). Besaran ini juga menunjukkan kualitas dari sinyal RF/IF yang
diterima oleh modem, tetapi ada unsur lain yang mempengaruhi besaran Eb/No ini
yaitu :
1.
Kecepatan transmisi data
2. Noise Bandwidth dari
modulator
§ Coding Gain
Adalah ukuran performansi FEC coding decoding yang akan menghasilkan
besaran BER yang setara dengan sistem tanpa FEC coding decoding tetapi
dinaikkan C/N nya sebesar coding gain tersebut.
§ FEC Rate/Code Rate
Adalah perbandingan antara jumlah bit informasi dengan jumlah bit yang
ditransmisikan sebagai contoh : FEC rate = ¾, berarti dalam 4 bit yang
ditransmisikan mengandung 3 bit informasi.
§ BER ( Bit Error Rate)
Adalah perbandingan antara banyaknya data salah yang diterima dengan
jumlah data yang diterima seluruhnya. Sebagai contoh: BER 10-3
berarti terdapat 1 bit data yang salah dalam 1000 bit data yang
diterima.
§ Information Rate
Adalah banyaknya bit informasi yang ditransmisikan dalam satu detik.
Sebagai contoh : Information Rate dari satu sistem PCM orde I (30 kanal PCM)
adalah 2.048 Bit per detik.
§ Transmision Rate
Adalah banyaknya bit yang ditransmisikan dalam satu detik. Bit yang
ditransmisikan dalam hal ini adalah (bit informasi + bit overhead) × 1/FEC.
Sebagai contoh : jika digunakan transmisi IDR Rev.4, information Rate = 2.048
Mbps =2.048 Kbps, FEC = ¾ maka :
TR = (2048 Kbps + 96 Kbps ) ×
4/3 = 2858.667 Kbps.
§ Symbol Rate
Adalah banyaknya simbol keluaran modulator per detik. Pada jenis
moddulasi QPSK, 1 simbol mewakili 2 bit yang ditransmisikan, sehingga simbol
rate QPSK = ½ × transmision rate.
§ Noise Bandwidth
Adalah bandwidth dari sebuah filter ideal yang akan menghasilkan daya
noise equivalen dengan daya noise keluaran filter pada demodulator.
§ Buffer Size
Adalah besarnya kapasitas doppler buffer untuk mengantisipasi perubahan
jarak satelit ke bumi. Besaran ini dinyatakan dalam satuan milisecond.
4.5 Teori Kerja Modem IDR
4.5.1 Modulasi Digital
Sebelum suatu sinyal digital ditransmisikan melalui transmisi satelit,
maka terlebih dahulu disisi pengirim sinyal digital tersebut harus diubah
dahulu menjadi sinyal yang sesuai untuk ditransmisikan ke arah satelit.
Sedangkan di sisi penerima sinyal dari transmisi satelit tersebut diubah
kembali menjadi sinyal digital.
Proses pengubahan dari sinyal digital menjadi sinyal transmisi disebut
proses modulasi digital, sedangkan proses pengubahan sinyal transmisi menjadi
sinyal digital disebut peroses demodulasi digital.
Salah satu proses modulasi atau demodulasi digital yang berkaitan dengan
sistem IDR yaitu modulasi QPSK. Modulasi QPSK dilakukan dengan mengubah-ubah
phase gelombang pembawa (carrier) dalam empat yang masing-masing berselisih
fasa 90° . Dengan demikian, pada suatu saat tertentu gelombang pembawa tersebut
akan memiliki empat kemungkinan harga fasa yaitu 0° ,90° , 180° atau 270°.
Setiap kemungkinan fasa akan mewakili data dua bit.
Setiap kemingkinan fasa yang mewakili dua bit data tersebut disebut
simbol keluaran modulator (2 bit = 1 simbol). Jika kedua bit data yang akan
ditransmisikan tersebut dunyatakan dalam bentuk data P dan data Q. Data P dan
data Q dalam hal ini bersifat paralel. Hubungan antara data P, data Q, dan fasa
gelombang pembawa diperlihatkan pada tabel berikut ini.
Bit yang akan dikirimkan
|
Simbol keluaran
modulator (fasa carrier)
|
|
P
|
Q
|
|
1
|
1
|
0°
|
0
|
1
|
90°
|
0
|
0
|
180°
|
1
|
0
|
270°
|
Tabel 4.2. Hubungan antara
data P, data Q & fasa gelombang pembawa
4.5.2 FEC Coding dan
Teknik Scrambling
Pada transmisi, satelit ada pembatasan daya yang dipancarkan dari satu
stasiun bumi ke satelit agar tidak terjadi saturasi di transponder satelit.
Oleh karena itu daya masing-masing carrier dibatasi sedemikian rupa sehingga
transmisi IDR akan bekerja pada rasio C/N yang rendah. Konsekuensi logis dari
C/N yang rendah tersebut adalah BER (bit error rate) data yang diterima
dipenerima akan tinggi.
Untuk mengatasi kesalahan tersebut dugunakan suatu teknik untuk
mengurangi kesalahan data dalam transmisi. Teknik tersebut dinamakan Forward
Error Correction (FEC).
Dalam transmisi satelit, disamping adanya pembatasan daya ada juga
pembatasan rapat daya fluksi maksimum yang boleh dipancarkan ke satelit.
Pembatasan rapat daya fluksi maksimum ini dimaksudkan untuk mengurangi efek
intermodulasi antara beberapa carrier yang ada dalam satu transponder.
Untuk memenuhi pembatasan rapat daya fluksi maksimum ini maka digunakan teknik
disperial (scrambling) yang akan mengacak data sebelum ditransmisikan.
Pengacakan data ini akan membuat data yang ditransmisikan mempunyai
karakteristik pseode random, sehingga spectrum keluaran modulator menjadi lebih
merata.
q Forward Error Corection
(FEC)
Teknik Forward
Error Corection dilakukan di dua sisi pengirim dan sisi penerima. Pada sisi
penerima, data yang akan dikirimkan diproses oleh encoder untuk disisipi
bit-bit koreksi. Kemudian setelah ditransmisikan, data yang diterimaakan
diproses oleh decoder untuk dikoreksi kesalahan-kesalahan bit akibat
transmisinya.
Pemprosesan
oleh decoder dilakukan dengan menggunakan Algaritma Viterbi yang
bekerjanya berdasarkan bit – bit koreksi yang telah disisipkan di encoder, sehingga
disebut Viterbi Decoder.
Kesalahan-kesalahan
data yang diterima sebelum dikoreksi oleh decoder menghasilkan parameter BER
yang disebut “Raw BER”. Sedangkan kesalahan-kesalahan data yang sudah diproses
dengan menggunakan Soft Decision Viterbi Decoding akan menghasilkan
parameter BER yang disebut “Corrected BER”. Besaran Corrected BER ini memiliki
harga yang lebih rendah daripada Raw BER karena proses decoding dapat
mengoreksi sebagian kesalahan-kesalahan bit yang diterima dari transmisi.
Sudah tentu keuntungan
yang diperoleh dari penggunaan FEC akan diimbangi dengan kerugian di sisi lain
yaitu penambahan kecepatan transmisi. Dengan kata lain, bandwidth transmisi
akan menjadi lebih besar.
Penambahan
kecepatan transmisi ini disebabkan oleh adanya penyisipan bit-bit koreksi yang
dilakukan oleh encoder. Kerugian dalam hal penambahan bandwidth transmisi ini
dapat diterima mengingat keterbatasan daya pada trnamsisi satelit lebih
dominan, sehingga teknik FEC telah menjadi standar di INTELSAT dengan rate ½ dan
¾.
q
Scrambling
Jenis
scrambling yang digunakan adalah jenis “Self Synchronizing Scrambler”. Kelebihan
dari scrambel jenis ini adalah bahwa tidak perlu mensinkronkan descramble di
sisi penerima dengan scrambler di sisi pengirim. Secara otomatis descrambler
akan mensinkronkan dirinya seiring dengan masuknya data.
Kelemahan
Scrambler/Descrambler jenis ini adalah bahwa suatu bit yang diterima sala akan
menghasilkan tiga bit salah sepanjang interval20 bit. Oleh karena itu scrambler
pada sisi oenerima harus diletakkan setela Viterbi Decoder, hal ini dimaksudkan
agar pasangan Scrambler-Descrambler akan bekerja pada BER yang rendah.
4.5.3 Kecepatan Transmisi Data dan Transmission
Level framing
INTELSAT memberikan
standar bermacam-macam kecepatan data untuk transmisi IDR, dimana standar
kecepatan data yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan transmisi dan
alokasi bandwidth yang tersedia.
q
Kecepatan Transmisi Data
Kecepatan data yang masuk ke modem disebut Information Rate (IR). Setelah
disisipi dengan Overhead bit untuk fasilitas Engineering Service Circuit
(ESC), maka akan diperoleh kecepatan data yang disebut Composite Rate (CR).
Data yang telah disisipi overhead bit tersebut kemudian diproses oleh scrambler
dengan kecepatan tetap (tidak beribah dari CR). Selanjutnya data diproses oleh
FEC encoder menghasilkan data dengan kecepatan:
CR ´ 1/Code Rate = Transmission Rate (R)
Data dengan kecepatan R bit/det tersebut kemudian oleh
modulator diproses menjadi sinyal QPSK dengan satuan kecepatan Syimbol Rate
(SR) yang besarnya adalah R/2 bit/det.
Lebar spectrum sinyal QPSK keluaran modulator
menduduki lebar pita transponder kira-kira sebesar:
0.6 ´ R Hz
Lebar spectrum yang diduduki tersebut dinamakan Occupid Bandwidth
(BW).
Setelah melalui perangkat Up Converter, HPA, antenna, dan ditransmisikan
ke satelit, kemudian diterima kembali di sis penerima di Antena, LNA, down
converter, dan modem IDR. Pada sisi penerima perubahan kecepatan yang terjadi
berlangsung dengan urutan yang berlawanan dengan perubahan data di sisi pengirim.
Proses perubahan kecepatan data yang terjadi dalam modem IDR secara jelas
digambarkan dalam gambar berikut ini:
Gambar 4.2. Blok
Diagram Perubahan Kecepatan Data pada Modem IDR
Keterangan:
IR (Information Rate) : Bit rate masukan modem
CR (Composite Rate) : IR + Overhead Rate
TR (transmision Rate) : CR/C
C (Code rate) : ¾ (untuk semua jenis transmisi IDR)
SR (Symbol Rate) : R/2
BW(cc) (Occupied BW) : 0,6 ´ R
BW(all) (Allocated BW) : 0,7 ´ R
q Transmission Level Framing
Untuk
Information Rate 1.544 Mbps ke atas ditambahkan Overhead bit dengan Overhead
Rate 96 Kbps. Penambahan Overhead tersebut dimaksudkan untuk menyediakan
fasilitas Engineering Service Circuit (order wire).
Adapun
penambahan overhead tersebut dilakukan dengan cara menambahkan data dengan
kecepatan 96 Kbps secara sinkron dengan informasi yang akan dikirimkan, artinya
dalam penyisipan Overhead tidak perlu melihat isi informasi tersebut, sehingga
informasi yang akan dikirimkan dapat berupa data random. Struktur Overhead
Framing diturunkan dari penambahan 12 bit
Overhead setiap 125 ms sehingga menghasilkan
Overhead Rate 96 Kbps. Alokasi 12 Overhead tersebut adalah sbb:
q
4 bit digunakan untuk Frame dan Multiframe Aligment, Backward
Alarm dan Digital ESC data dengan kecepatan total = 4 bit/ 125 ms = 32 Kbps.
q
8 bit digunakan untuk mengirimkan 2 ´ 32 Kbps ADPCM Voice Channel, total 64 Kbps.
4.6 Operasi Modem IDR
4.6.1 Peralatan yang Digunakan dalam Pengoperasian Modem IDR
q Modul Modem IDR SDM 308 B
EF DATA
q Power Supply
q Connector
Digunakan
untuk menghubungkan modem IDR dengan coaxial cable (ketika mengadakan
pengukuran).
q
Pad
q Combiner/Devider
Digunakan untuk
menghubungkan sebuah Up converter dengan beberapa Modem IDR.
q
Grounding tangan
Digunakan
sebagai pengaman oleh teknisi ketika
memegang atau mengganti modul-modul dalam modem IDR
q Coaxial cable
Digunakan untuk
menghubungkan modem IDR dengan spektrum analyzer.
q
Spectrum Analyzer
Spectrun
Analyzer berfungsi untuk:
·
Memonitor frekuensi carrier, untuk mengukur (mengetahui) C/N
(amplitudo sinyal carrier) dan lebar band (span) carrier.
·
Mengukur output modem IDR
yang berupa sinyal IF
·
Dan lain-lain
Menghidupkan
spektrun analyzer:
·
On-kan spektrum analyzer
·
Tunggu beberapa saat sampai inisialisasi selesai
·
Setting span, level amplitudo, BW, Video BW, time sweep,
log/div, sampai muncul daerah frekuensi RF/IF.
·
Setiap selesai memasukkan nilai parameter tersebut, tekan
enter.
·
Hubungkan kabel IF dari modem ke spektrum analyzer atau kabel
RF ke spekrum analyzer.
·
Setting frekuensi RF/IF yang akan diamati lalu tekan enter.
·
Bila frekuensi yang diamati belum muncul, ubah
parameter-parameter pada point 3 dengan menekan parameter yang dimaksud, lalu
tekan tanah panah atas atau bawah
Mematikan
spektrum analyzer:
·
Cabut kabel RF/IF dari spektrum analyzer
·
Off-kan power spektrum analyzer.
4.6.2 Modul Modul Modem IDR
Gambar 4.3. Modem IDR
SDM-308B EF Data (Panel Depan Terbuka)
Modem SDM-308B
EF Data terdiri dari :
q Modul Modulator
q Modul Viterbi Decoder fan
Demodulator Processor
q Modul Demodulator
q Modul Monitor dan Control
q Drop/Insert atau Channel
Interface
q Power Supply
Gambar 4.4 Panel Depan
Modem IDR SDM-308 B EF Data
Pada bagian
panel depan (front panel) terdapat :
q LCD Display
q 6 tombol Keypad
q 4 LED indicator STATUS
q LED indicator FAULTS
q LCD Display
Berfungsi untuk
menampilkan parameter-parameter yang ada di dalam Modem IDR. LCD ini dapat
menampilkan karakter sebanyak sebanyak 2 baris yang masing-masing baris berisi
16 karakter.
q Tombol Keypad
Berfungsi
untuk melakukan perubahan atau melihat parameter-parameter Modem yang
digunakan.
q Indikator Status
Berfungsi
untuk menunjukkan kondisi operasi Modem . Indikator ini terdiri 4 buah LED (Light
Emiting Dioda) sebagai berikut :
§
POWER ON
Menunjukkan
bahwa Modem IDR dalam keadaan hidup.
§
TRANSMITTER ON (hijau)
Jika
LED menyala berarti bagian dalam Modem Modulator mengeluarkan sinyal IF QPSK.
§
CARRIER DATECT (hijau)
Menyatakan
kondisi sedang menerima sinyal IF QPSK. Jika LED menyala, berarti Demodulator
mendeteksi sinyal QPSK dengan format yang benar.
§
TEST MODE
Menyatakan
bahwa modem tidak berada dalam kondisi operasi jika LED menyala berkedap-kedip,
yaitu dalam kondisi “loopback”, “2047 PRG ON, dan “CW mode”.
q Indikator Fault
Berfungsi
untuk menunjukkan kondisi fault dari modem. Indikator ini terdiri dari 4 buah
LED sebagai berikut :
§
TRANSMIT (merah)
Menyatakan ada suatu
kesalahan pada bagian Modulator dan Interface Tx.
§
RECEIVE (merah)
Menyatakan ada suatu
kesalahn pada bagian Demodulator, Viterbi Decoder, atau tidak ada sinyal RF
yang diterima Interface Rx
§
COMMON (merah)
Menyatakan ada suatu
kesalahan pada perangkat Common Equipment, termasuk Battery back-up, Supply –12
VCD, +5 VCD, M&C, atau interface modul.
§
STORED (kuning)
Menyatakan adanya suatu
kesalahan yang pernah terjadi atau tersimpan dalam memory modem, ditandai
dengan LED yang menyala berkedap-kedip.
Keterangan :
IF OUT : (BNC)
dihubungkan dengan Up Converter
IF IN : (BNC)dihubungkan
dengan Down Converter
FAULT : DB9(J7)
menyatakan sinyal-sinyal Fault untuk :
MODULATOR
DEMODULATOR
COMMON
EQUIPMENT
REMOTE : DB9(J0) saluran untuk mengatur modem
secara remote.
DATA : DB50 port untuk berhubungan dengan
perangkat terestrial
Modem
IDR menerima sinyal dari perangkat terestrial misalnya Echo Cancellar atau
Multiplication Equipment, jika jarak antara modem dan perangkat terrestrial
cukup jauh, maka diperlukan repeater.
4.6.3 Mengatur Konfigurasi IDR
Seluruh pengaturan parameter-parameter operasi dilakukan
dengan tombol-tombol yang ada di panel depan, tidak ada setting yang dilakukan
dengan aligment atau pengaturan-pengaturan secara manual terhadap komponen.
Menu-menu pengaturan parameter operasi modem semua dapat
dilihat pada Display yang terletak di depan panel. Menu-menu tersebut
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu :
q Menu pengubah parameter
(programmable), yaitu:
§
Menu CONFIG
§
Menu UTILITY
q Menu-menu
yang hanya dapat dilihat saja (View Only), yaitu :
§
Menu MONITOR
§
Menu FAULTS
§
Menu STORED FAULTS
A. Mengoperasikan
Tombol Front Panel
Tombol-tombol
depan terdiri dari 6 tombol yang masing-masing memiliki fungsi sebagai berikut
:
TOMBOL ENTER
Dipergunakan untuk memilih display
menu, mengubah parameter lama dengan parameter yang tertera di display.
TOMBOL CLEAR
Dipergunakan untuk membatalkan parameter operasi
sebelum ditekan tombol ENTER,
pindah kemenu di atasnya ( induk menu dari menu yang tertera di LCD display )
TOMBOL KANAN KIRI
Untuk pindah pada bagian menu yang setingkat, dan
menggerakkan posisi Cursor untuk tujuan tertentu.
TOMBOL ATAS BAWAH
Untuk mengubah angka parameter konfigurasi, juga
untuk pindah kemenu pilihan yang lain.
B. Mode
Operasi yang Penting
q
CW MODE (Continous Wave
Mode)
CW Mode memiliki 3 Mode, yakni :
·
Center Mode
·
Dual Mode
·
Offset Mode
Center Mode
Membangkitkan
Clean Carrier di IF OUT pada frekuensi modulator yang dipilih. Mode ini dapat
dipergunakan untuk mengukur level daya keluaran modulatur dan ketetapan
frekuensinya.
Dual Mode
Membangkitkan
sinyal Carrier di dua side Band yang jaraknya 1/2 Symbol Rate dari Center
Frequency. Mode ini dipergunakan untuk pengetesan keseimbangan kanal dari
carrier Null.
Offset Mode
Membangkitkan
sinyal Carrier yang jaraknya ¼ Symbol Rate frequency. Mode ini dipergunakan
untuk memeriksa ketepatan Quadrature Carrier dari modulator.
q
LOOP BACK MODE
Digunakan
untuk melakukan pengecheckan pada perangkat apabila terjadi trouble (gangguan)
yaitu dengan cara mengembalikan kembali sinyal dari sisi up link ke sisi down
link.
Loopback
mode memiliki 4 mode, yaitu:
·
Baseband Loopback
Yaitu
pengetesan yang dilakukan pada titik antara modem dan tail link. Dalam hal ini
sinyal baseband dari arah sentral dengan baseband sisi lawan.
·
Interface Loopback
Yaitu
pengetesan yang dilakukan pada perangkat modem IDR itu sendiri untuk memeriksa
ada tidaknya kerusakan pada interfacenya.
·
IF Loopback
Yaitu
pengetesan yang dilakukan pada titik antara Up Converter dan Down Coverter
dengan modem, dengan tujuan untuk melihat keadaan atau kondisi Up/Down
Converter dan modem itu sendiri, apakah terjadi ganggan atau tidak.
·
RF Loopback
Yaitu
memiliki fungsi pengetes semua yang ada di stasiun bumi dan sentral trunk
dengan mengembalikan sinyal transmit
yang dipancarkan ke stasiun bumi. Syaratnya adalah, modem memiliki frekuensi
transmit dan receive yang sama. Oleh sebab itu, harus menduduki transponder
yang sama di satelit dengan polarisasi yang sama pula.
4.6.4 Menghidupkan dan Mematikan Modem IDR SDM 308 B EF DATA
Menghidupkan
1.
On-kan power modem, tunggu beberapa saat sampai proses
inisialisasi selesai.
2.
Ubah parameter modem sesuai dengan mode operasi yang
diinginkan.
3.
Setelah seluruh parameter sudah sesuai, untuk mengaktifkan
output modem . ubah parameter RF out dari OFFmenjadi ON (Indikator
Transmitter ON menyala).
4.
Amati lenel carrier kirim, perubahan level dapat dilakukan
dengan mengubah nilai parameter Tx power.
5.
Amati level terima, jika akan melakukan perubahan
koordinasikan dengan dstasiun bumi lawan.
6.
Lakukan loopback untuk meyakinkan status perangkat siap
operasi.
Mematikan
1.
OFF-kan output modem dengan mengubah parameter RF out dari On
menjadi OFFdan Indikator Transmitter ON tidak menyala.
2.
Kemudian OFF-kan
4.6.5 Melokalisir
Gangguan Modem IDR melalui Front Depan (Indikasi Alarm/ Faults)
Indikasi ini ditandai dengan adanya lampu merah menyala di
depan Front Panel (Panel Depan). Pada dasarnya ada 3 indikasi alarm yang tampak
pada Front Panel
q TRANSMIT
Cara
mengatasinya:
1.
Cek terlebih dahulu carrier frekuensi transmit dan receive di
tingkat RF pada spektrum analyzer.
2.
Cek apakah RF out ON atau OFF yang terdapat pada Front Panel
modemnya.
3.
Cek Eb/No ada atau tidak (distandarkan 7-12 dB)
4.
Lakukan loopback IF.
5.
Apabila frekuensi transmit dengan frekuensi receive berada
pada transponder dengan polarisasi yang sama maka yang dilakukan adalah
loopback IF.
6.
Apabila indikasi alarm masih ada, lakukan loopback di DDF.
7.
Jika memang alarmnya hilang, maka kita tidak dapat inputkan 2
Mbits dari sentral.
q RECEIVE
Cara
mengatasinya :
1.
Check terlebih dahulu carrier frekuensi transmit dan receive
di tingkat RF pada spektrum analyzernya.
2.
Check apakah lampu indikasi receive (ON/OFF)
3.
Check Eb/No (ON/OFF) distandarkan 7-12 dB.
4.
Lakukan Loopback RF pada modem yang frekuensi transmit dan
receivenya berada pada transponder dan
polarisasi yang sama.
5.
Lakukan loopback IF.
6.
Bila indikasinya telah normal berarti sinyal dari lawan tidak kita terima.(Check Down
Converter khususnya IF frekuensi).
q COMMON
Cara
mengatasinya:
1.
Check status fault pada indikasi “ceq Stlfo”.
Disitu akan diketahui bahwa dimana kerusakan itu
terjadi (battery/controller/interface)
0 komentar:
Posting Komentar