Benny
Hermawan 13294042
Dosen:
Onno W. Purbo
Benny
Hermawan 13294042
Dosen:
Onno W. Purbo
TINA
(Telecommunication Information Network Architecture) telah dikembangkan oleh Tim Konsorsium TINA
sejak 1993 dan direlease pada akhir 1997. TINA memiliki tiga domain utama
arsitektur jaringan :
·
Distributed processing environment (DPE)
·
Network resource architecture
·
Service Architecture
DPE adalah teknologi yang berplatform
object oriented. Motivasi ekonomis dari
Quality of Service (Qos) ini
adalah karena layanan jaringan yang free seperti yang kita alami di internet
tidak menjamin ketersediaan resources, sehingga tidak bisa menjamin QoS.
Ada 4
elemen QoS (kuartet QoS):
1.
Service Quality :
Kualitas
layanan yang diharapkan oleh user application dapat dipahami sebagai :
ü Kemudahan
untuk mengekspresikan dan memahami dari sudut pandang user
ü Dapat
diinterpretasikan secara kuantitatif dan dipetakan pada alokasi network
resources.
2.
Usage Control:
Usage
control adalah mekanisme untuk meningkatkan predictability dari user behaviour.
3.
Service Quality
Kualitas
service diterjemahkan ke dalam resource
requirement yang direalisasikan oleh QoS oriented connection management
protocol seperti ATM user –network
interface (ATM UNI) dan Resource Reservation Protocol (RSVP).
4.
QoS Monitoring
Suatu
jaminan QoS tidak akan mungkin dilakukan tanpa monitoring performansi jaringan.
Sistem
jaringan dapat bersifat dijamin atau tidak dijamin kualitasnya. Dijamin berarti
bila terjadi gangguan atau tidak berfungsi sebagaimana yang telah dijanjikan maka provider tidak
menarik biaya dari pelanggannya atau bahkan membayar kompensasi, sedangkan bila
tidak dijamin maka kualitas layanan yang ditawarkan juga tidak sebagus yang pertama.
Ada 4
region (kuadran) dalam menganalisa
kualitas service dalam TINA, di mana
service quality dan network monitoring diletakkan pada sumbu service
management, sementara Network control dan Usage control diletakkan di Network
resources:
·
Region I (Internet) :
Fasilitas
QoS untuk kedua sumbu (service
management dan network resources) tidak disediakan. Oleh karena itu tidak ada
korelasi antara QoS dan tagihan biaya.
·
Region II (Freeway Country):
Network resource-nya ditekankan untuk mendukung aplikasi
broadband, namun kualitas layanan,
monitoring QoS dan manajemen service-nya masih lemah. Sehingga tagihan
dapat diterapkan pada layanan, namun struktur biayanya masih sederhana.
·
Region III (Insurance Company):
Ciri
pada daerah ini adalah upgrade network resource yang tertinggal di belakang
deskripsi kualitas dan monitoring QoS. Struktur
biaya dan tagihan dapat lebih dirinci dengan memperhatikan juga
kompensasi pada kegagalan jaminan QoS.
·
Region IV (POTS):
Ketersediaan
network resource dan deskripsi kualitas layanan telah seimbang seperti pada
POTS. Dalam POTS, kedua kriteria yaitu
kualitas service dan asumsi model
traffic dibuat relatif sederhana, untuk mendukung struktur harga yang stabil
dan profitabel bagi operator telepon.
Berdasarkan pendekatan tersebut, kita bisa mengidentifikasi 3 path evolusi yang berbeda:
Path A:Service –driven path
Lintasan pada path A ini melalui region (I-III-IV). Terjadi jika investasi pada network resource tertinggal di belakang pertumbuhan aplikasi multimedia internet. Hal ini karena pengembalian biaya dari aplikasi broadband tidak dapat mengejar biaya investasi.
Path B:Balanced path
Merupakan
path yang seimbang, yang melalui region I-IV. Path evolusi ini adalah ideal,
namun sangat sulit untuk dicapai kecuali ada komitmen yang kuat oleh operator
telekom untuk meningkatkan QoS.
Path C:Network-resource-driven path
Path ini
merupakan melalui region I-II-IV. Terjadi jika pajak yang ditarik oleh
pemerintah terlalu besar.
Struktur
Harga:
Asumsikan
bahwa user memiliki hipotesis tentang Service Quality Function SQF( ).
Maka requirement dapat dinyatakan
sebagai :
("x)("y)SQF(x) £ SQF(y)
Þ Price(x) £ Price(y)
x dan y
adalah kumpulan (set) parameter-parameter QoS dan price ( ) adalah fungsi yang merepresentasikan struktur
harga. Oleh karena x dan y dinyatakan sebagai kumpulan parameter (vektor) maka
SQF juga merupakan vektor.
Service
Quality:
Ada tiga issue utama dalam masalah kualitas
layanan yaitu :
1.
Service Quality Function
SQF
haruslah sederhana, dapat dipahami, dan cukup untuk menggambarkan perbedaan
kualitas layanan yang direfleksikan dengan perbedaan harga. SQF adalah fungsi
multidimensional yang masing-masing dimensi berhubungan dengan suatu feature kualitas layananseperti audio,
video, dan bernilai antara 0 s/d 1. Berikut ini adalah contoh dari SQF dan
dimensinya:
·
Audio: memetakan beberapa kualitas audio(CD,
FM radio,8K codec) ke skala sistem
·
Video: memetakan kualitas video (NTSC, VCR
SP, MPEG2, HDTV) ke skala sistem
·
Response time : ukuran yang penting untuk
game interactive, yang berguna juga untuk mengukur performansi interface
operasional.
·
Throughput: ukuran ini berguna untuk layanan
semacam FTP
2.
QoS Schemma Mapping
Skala SQF dipilih oleh user untuk
dipetakan ke skema QoS yang dapat diterima oleh network control protocol atau
internetworking layered network domain (LND). Traffik descriptor dan parameter QoS haruslah membedakan faktor-faktor berikut :
·
Traffic
Parameter :
Traffic
parameter mengkarakterisasi suatu aspek
tertentu dari aliran data pada satu single point. Sebagai contoh Peak Cell Rate
(PCR) dan Sustainable Cell Rate (SCR) dari suatu koneksi ATM dapat dimonitor
dan dikendalikan pada suatu UPC.
·
QoS
Parameter :
QoS
parameter mengkarakterisasi kualitas
transfer yang diberikan oleh suatu koneksi ayng diperoleh dengan membandingkan
unit data pada sisi masukan dan keluaran interface. Ini adalah pengukuran dua
titik seperti : Cell Loss Rate (CLR), Peak to Peak Cell Delay Variation (CDV),
dan Maximmum Celll Transfer Delay (CTD).
·
Network
Configuration Management
Karena
mapping melibatkan dukungan encoding/decoding pada terminal dan protocol dalam
jaringan, maka stack yang dipilih harus
dikonfirmasikan kepada kedua terminal dan jaringan.
·
QoS
Monitoring
Ketika
SQF dipetakan ke suatu set skema QoS, kondisi monitoring QoS (mis: bit error
rate, packet loss rate) dapat diturunkan. Karena kebanyakan algoritma
encoding mengasumsikan suatu level
transport QoS, penurunan kondisi monitoring QoS kebanyakan otomatis.
3.
Price –QOS Matching: Plug and Play QoS
Dari
sudut pandang user, adalah penting untuk
mengetahui apakah harga yang harus dibayar
sesuai dengan kualitas yang ditawarkan. Jika SQF dan struktur harga untuk penarikan tagihan
skema QoS telah diketahui, maka user dapat menegosiasikan list requirement yang
sesuai dengan kebutuhannya. Untuk
menganalisanya, kita formulasikan ke dalam rumus matematika sebagai berikut:
Asumsikan
suatu SQFi(x) sebagai suatu nilai SQF
dair ukuran I untuk skema QOS x yang diberikan. Formula service Quality kemudian dapat
dinyatakan sebagai :
Minimize Price (x)
SQFi(x) ³ Qi
Di
mana variabel I meliputi seluruh ukuran SQF yang berbeda, dan Qi adalah minimum requirement
pada ukuran i. Wi adalah weight yang nilainya antara 0 s/d 1. Formula harga
kemudian dapat dinyatakan sebagai:
maximizeSWi.SQFi(x)
SQFi(x) ³ Qi
Price(x) £ Po
Pada
kasus lain proses matching struktur harga dan
dan suatu skema QoS dapat secara otomatis dilakukan (plug and play) saat
formula matematikanya diberikan. Perhatikan gambar di bawah ini yang
menggambarkan aspek matematika dari matching QoS dan harga. Pada gambar
ini oktan pada segmen kualitas layanan
tiga dimensi memiliki origin (Q0, Q1,
Q2); maka kendala konstrain pada SQF
secara otomatis dipenuhi dalam oktan. Titik operasional yang ditunjukkan oleh
OPA yang terletak di antara konstrain harga dan konstrain stepwise
yang disebabkan oleh Dom(x); yang merupakan kumpulan dari skema QoS. Konstrain
stepwise ini terlihat karena beberapa option encoding hanya melewatkan nilai diskret tertentu.
SQ-matching akan menggerakkan operational point
ke user preference, yang direpresentasikan oleh weight vector (W0, W1,W2),
sampai ia menyentuh konstrain harga (OPB). Formula harga akan menggerakkan titik operasi melalui origin sampai ia menyentuh kerutan konstrain yang dipaksa oleh Dom(x)(OPc).
0 komentar:
Posting Komentar