Terminal framing (BVK-301)
Prinsip Kerja
Melalui
D/A konverter sinyal digital X dan Yyang berasal dari digital filter dirubah
menjadi sinyal analog empat level untuk mendapatkan hasil modulasi modulasi 16
QAM. Sinyal analog ini kemudian dimasukkan ke dalam analog filter yang
berfungsi untuk menghaluskan bentuk spektrum dari sinyal analog tersebut.
Sebelum
dimasukkan ke modulator sinyal X dan Y masing-masing dikuatkan pada sebuah
amplifier yang bertujuan agar kedua sinyal tersebut dalm kondisi balance. Untuk
mendapatkan kondisi ini dapat dilakukan dengan mengatur R608 dan R705 yang
terdapat dipanel depan modul ini.
Sinyal
X dan Y yang telah melewati penguat
kemudian dimasukkan pada modulator SHF, sinyal X dan Y ini kemudian digunakan
untuk memodulasi secara langsung sinyal carrier dengan band 6.4 – 7.1 GHz.
Sinyal clock yang berasal dari framing unit (37MHz) digunakan sebagai
pengontrol phase dari sebuah VCXO yang akan membangkitkan sinyal clock 2 kali
dari clock inputnya (74MHz), kemudian sinyal clock ini akan digunakan untuk
melakukan kuantisasi terhadap sinyal X dan Y pada proses D/A converter.2. Transmitter
Spesifikasi elektrik
Ø Digital input rate :
37.147 Mbps
Ø Output sinyal SHF pada J01
·
Level : - 14 dBm
·
Frekuensi : 6.4 – 7.1 GHz
·
Impedansi : 50 Ohm
Ø Test point TP01 :
1.6 Volt
Prinsip kerja
Transmitter
Empat stream sinyal digital P,Q,R,S dan clock dari freaming unit
diproses melalui digital processor yang dilengkapi dengan rangkaian digital
filter. Output dari digital processor ini adalah sinyal X yang bertalian dengan
phase (inphase) dan sinyal Y yang bertalian dengan seperempat phase
(inquadrature). Kemudian sinyal X danY tersebut dimasukkan ke dalam D/A konverter. Sinyal analog ini kemudian
dimasukkan ke dalam analog processor yang dilengkapi dengan analog filter yang
berfungsi untuk menghaluskan sinyal analog tersebut. Kemudian sinyal analog
tersebut digunakan sebagai sinyal pemodulasi pada modulator yang akan
memodulasi sinyal carrier yang berasal dari lokal osilator. Adapun level output
lokal osilator yang menuju Tx adalah +14 dBm, sedangkan output Tx sendiri
sebesar -14 dBm. Level ini nantinya akan dikuatkan pada bagian Tx Power
amplifier menjadi +29 dBm sebelum dipancarkan melalui ruang bebas.Transmisi Local Oscollator BVK-402
Prinsip Kerja
BVK-402 menyediakan carrier frekuensi radio akan dipancarkan
dengan band frekuensi 6.4 - 7.1 GHz sesuai dengan rekomendasi CCIR.384. BVK-402
ini terdiri dari beberapa rangkaian yang diuaraikan sebagai berikut:
·
Konverter Tegangan
Kontrol
frekuensi Oscillator diperoleh dengan menngunakan varaktor, dimana komponen ini
berfungsi sebagai variabel kapasitor yang dicatu oleh tegangan +20 volt yang
berasal dari step-up converter yang mendapat input tegangan +8V dan -8V.
·
DRO
Osilasi
diperoleh dengan menggunakan dielektrik resonator dan transistor FET. Untuk
memenuhi kebutuhan band frekuensi 6.4 - 7.1GHz.
·
Frequency Divider
Output
frekuensi LO (SHF) dibagi beberapa tahap oleh frekuensi divider untuk
memungkinkan synthesizer melakukan kontrol dengan cermat.
·
Frekuensi Synthesizer
Frekuensi
synthesizer ini dipakai untuk membangkitkan frekuensi reference, untuk
mengontrol stabilitasnya digunakan kristal oscillator 10 MHz. Fungsi control
untuk mendapatkan kanal frekuensi RF yang dibutuhkan dilakukan dengan mengatur
Thumbwheel S1001 dan S1002.
·
Amplifier dan Loop
Filter
Rangkaian
ini berfungsi untuk membandingkan frekuensi kristal sebagai referensi dengan
frekuensi output LO setelah melalui divider. Hasil perbandingan ini digunakan
untuk mengontrol tegangan DRO. Untuk memungkinkan dilakukan pengukuran TP01
sebuah divider bridge ditempatkan pada output amplifier.
RF Power Amplifier BVK-302
BVK-302
berfungsi untuk menguatkan sinyal carrier yang telah termodulasi 16 QAM dari
BVK-301.
Gambar
blok diagram BVK-302 di bawah ini terdiri dari beberapa rangkaian, antara lain:
·
Power Supply berfungsi
untuk menyediakan tegangan DC yang dibutuhkan oleh rangkaian Amplifier. Power
supply ini bersumber dari tegangan yang dapat bervariasi dari 17 V s.d 75 V DC.
·
Amplifier terdiri dari
dua tingkat yaitu :
-
Tingkat pertama (250mW)
berfungsi sebagai pre-amplifier terhadap sinyal RF yang berasal dari BVK-301.
-
Tingkat kedua
(2.5W) berfungsi sebagai penguat utama
yang menghasilkan output power +29 dBm, disamping itu amplifier ini akan
mengirim sinyalnyal ke rangkaian AGC melalui diode detektor.
·
AGC (Automatic Gain
Control) ini dilengkapi dengan diode detector temperatur sehingga memungkinkan
variasi gain dari amplifier ini sebanding dengan perubahan FET yang terdapat
pada amplifier utama.
·
I2C (Inter Integrated
Circuit) berfungsi sebagai bus yang mengirim semua informasi alarm dan
informasi lainnya yang bertalian dengan kondisi BVK-302 ke supervisory interface.
·
Linearizer
·
Kompensasi temperatur
Normal Receiver (BVK-101)
Module
Receiver ini berfungsi untuk melakukan proses demodulasi langsung sinyal SHF
yang berasal dari antena menjadi sinyal baseband analog. Untuk melakukan fungsi
tersebut pada module ini dilengkapi 2 buah subclock yaitu :
BVK-101 :
·
Low Noise Amplifier
(LNA) berfungsi untuk melakukan penguatan awal terhadap sinyal SHF sebelum
dilakukan proses demodulasi .
·
Demodulator
·
Baseband processor
BVK-401 :
·
Local oscillator
Receiver Diversity
Receiver ini biasanya
dipasang pada stasiun yang panjang hop-nya cukup jauh atau pada daerah yang
lintasan gelombangnya melewati permukaan air atau rawa-rawa. Pada prinsipnya
diversity receiver sama dengan normal receiver, hanya saja pada diversity
receiver ini dilengkapi dengan diversity
combiner. Fungsi dari devirsity combiner adalah untuk menggabungkan dua sinyal
terima yang berasal dari antena normal dan antena diversity yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas penerimaan.
Susunan module diversity
sama pada normal diversity ditambah dengan diversity combiner pada gambar berikut
ini:
Receive Local Oscillator (BVK – 401)
Receive local oscilator
BVK – 401 berfungsi unuk menyediakan frekuensi carrier di sisi penerima untuk
keperluan proses demodulasi. Receive local oscilltor ini terdiri dari:
·
SHF transistor yang
dilengkapi dengan dielektrik resonator
·
Varactor
·
Tuning piston untuk
mengatur besarnya frekuensi yang diinginkan.
Block Diagram dari
Receive local oscillator BVK – 401 ini ditunjukan seperti gambar berikut:
Sebuah Low Pass Filter
pada varactor control digunakan untuk mengatur perubahan tegangan kontrol dalam
MHz/V. Perubahan tegangan control inilah yang akan menentukan besarnya
frekuensi output dari BVK – 401 ini. Pembangkitan alokasi frekuensi dari BVK –
401 ini dibagi ke dalam 4 subband dengan masing-masing mempunyai band 140 MHz.
Keempat subband tersebut adalah sebagai berikut :
·
Sub-band A : 6440 – 6580 MHz
·
Sub-band B : 6600 – 6740 MHz
·
Sub-band C : 6780 – 6920 Mhz
·
Sub-band D : 6940 – 7080 Mhz
Untuk
menjaga agar output frekuensi dari BVK – 401 ini tetap stabil, maka frekuensi
oscilator ini dikontrol oleh Costa Loop yang tegangan kontrolnya dihasilkan
dari module Equalizer – Regenerator BVA – 101. untuk mendapatkan frekuensi
sesuai kebutuhan dapat dilakukan dengan mengatur piston yang terdapat pada
penutup BVK – 401 ini.
Spesifikasi
elektrik :
·
Band frekuensi : 6.4 – 7.1 GHz
·
Stabilitas frekuensi : slave to transmision
·
Output power level : +14 dBm
Stabilitas power : ±1 dB
Equalizer
– Regenerator (BVK-101)
BVA-101 berfungsi untuk
mengembalikan kualitas sinyal digital
empat stream,sama seperti kualitas waktu pengiriman di sisi transmit, demikian
juga clock yang di bangkitkan pada modul BVA -101 ini harus sinkron dengan
kecepatan data yang di kirim.BVA 101 mendapat input dari modul receiver dan
outputnya di teruskan ke modul deframing unit.
Blok diagram BVA -101
diperlihatkan seperti gambar dibawah ini:
Prinsip kerja
BVA-101 melakukan semua
fungsi equalisasi dan regenerasi terhadap dua input sinyal baseband yang
berasal dari receiver. Untuk melakukan fungsi ini, BVA-101 terdiri dari
beberapa rangkaian :
·
AGC Amplifier
Masing-masing sinyal input J01 dan J02 dimasukkan kedalam
amplifier secara terpisah. Amplifier ini dipakai untuk memperoleh level sinyal
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh A/D Converter. Untuk mendapatkan level yang
sesuai, amplifier ini dilengkapi dengan AGC, dimana AGC ini mendapat kontrol
dari output digital equalizer.
·
Gating control
Gating control dimungkinkan untuk melakukan sampling
terhadap sinyal baseband sehingga diperoleh eye aperture maksimum, fungsi ini
dilakukan oleh rangkaian voltage control phase shifter.
·
Clock Recovery
Untuk mendapatkan sinyal clock yang sama dengan
sinyal clock di sisi pengirim, maka pada rangkaian clock recovery ini
dilakukan proses deteksi terhadap sinyal
baseband 37.147 Mbps. Sinyal baseband ini akan digunakan sebagai sinyal
kontrol, dengan demikian sinyal clock yang dibangkitkan pada module BVA-101
akan sinkron dengan sinyal clock disisi pengirim.
·
Amplitude & Offset Control
Untuk menjamin agar proses regenerasi dapat berlangsung
dengan akurat,maka pada rangkaian A/D converter disisipkan tegangan
offset.Tegangan offset ini akan disuperposisikan dengan tegangan referensi yang
tedapat pada A/D converter untuk bersama-sama melakukan proses sampling.
·
A/D Converter
A/D converter ini berfungsi untuk merubah sinyal baseband
analog menjadi sinyal digital dengan menggunakan 8 bit converter.
·
Digital Equalizer
Digital equalizer ini menggunakan dua buah gate array.
Equalizer ini berfungsi untuk:
-
Mengkompensasi atau
melakukan koreksi terhadap gangguan interference yang disebabkan oleh hubungan
multi hop.
-
Meningkatkan kualitas
dan availability dari suatu sistem microwive link.
-
Mengkompensasi group
delay yang diakibatkan oleh sistem wavegiude dan sirkulator.
·
pada perangkat receiver,
maka diperlukan sinyal kontrol yang dibangkitkan oleh equalizer – regenerator.
Carier Recovery
Frekuensi carrier penerima yang diakibatkan oleh Rx local
oscilator di kontrol oleh tegangan yang dibangkitkan oleh equalizer – regenerator.
Untuk menjaga akurasi dari tegangan kontrol ini, sistem kontrol ini dilengkapi
dengan phase estimator, loop filter dan hunting oscilator.
·
Quadrature Control
Untuk menjaga agar diperoleh akurasi quadrature
demodulasi
2.3.9. Deframing
Terminal Deframing Unit
(BVK-102)
Pada module ini terjadi
beberapa proses antara lain :
·
Gray coder
·
Sama seperti halnya pada
Gray coder, Gray Decoder juga berfungsi untuk mereduksi bit error probability
yang berdasarkan atas prinsip bahwa : status simbol konstelasi yang bersebelahan
hanya boleh berbeda 1bit,hanya saja prosesnya berlawanan dengan prosesb yang
terjadi pada Gray Coder.
·
Forward Error Correction
·
Disisi penerima
(Terminal deframing unit)dengan menggunakan Wyner –Ash decoder FEC berfungsi
untuk membaca dan mencari serta menganalisis lokasi error dari sinyal yang
diterima.
·
Differential coder
·
Defrensial decoder
adalah suatu proses yang berlawanan dengan proses yang terjadi pada defrensial
coder.
·
Descrambling
·
Proses yang terjadi pada
descrambler persis sama dengan proses yang terjadi pada scrambler di teminal
framin unit. Demikian juga fungsinya
adalah untuk memperbaiki spektrum satu sinyal
·
Extra bit Demultiplexer
·
Extra bit demultixplexer
befungsi untuk megeluarkan semua sinyal extra bit dari empat stream utama.
Sinyal extra bit tersebut antara lain : Order wire, service channel dan
auxiliary channel.
·
Buffer memory
·
Sinkronisasi dan VXO
·
Konverter paralel/serial
·
Juction
·
AIS(Alarm Indication
Signal )
·
Konversi paralel ke
serial
·
Konversi NRZ ke CMI
2.4 SOP dan SMP
pada SKRGM
2.4.1. Jenis Pemeliharaan Berkala
Untuk menghasilkan operasi perangkat yang berkelanjutan dengan tingkat kehandalan
dan kualitas yang tinggi tentunya tidak terlepas dari bagaimana cara kita
memelihara dan menjaga kesinambungan.
Pemeliharaan perangkat yang terencana dengan baik artinya
adalah pemeliharaan perangkat yang dilaksanakan secara terjadwal, terprogram
dengan jelas dan mengacu kepada standar pemeliharaan yang baku sehingga apabila terlaksana
dengan baik akan otomatis kondisi diatas akan terpenuhi.
Pemeliharaan perangkat secara berkala intuk sistem GMD
Alcatel DM46U6 terdiri dari :
Pemeliharaan Harian
Pemeliharaan harian adalah seluruh aktifitas atau kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan secara harian yang berkaitan dengan pemeriksaan
visual perangkat dan aktifitas rutin untuk deteksi status perangkat.
Yang meliputi
pemeliharaan harian yaitu antara lain:
·
Pembersihan perangkat
·
Pemeriksaan lampu
indikator
·
Pemeriksaan alarm
indikator
·
Pemeriksaan suhu dan
kelembaban ruangan
Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharan mingguan adalah seluruh aktifitas atau kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan secara mingguan yang berkaitan dengan
pemeriksaan visual dan pengukuran meter perangkat. Disamping itu kegiatan
pemeliharaan mingguan ini meliputi kebersihan, keindahan, dan kerapihan
material sehabis instalasi (kabel dll) dan menata setiap kelengkapan perangkat
(data-data, buku manual dll) agar selalu dalam kondisi siap pakai dan mudah
untuk ditemukan.
Yang meliputi
pemeliharaan mingguan yaitu antara lain:
·
Pembersihan perangkat
·
Pemeriksaan lampu
indikator
·
Pemeriksaan alarm
indikator
·
Pemeriksaan suhu dan
kelembaban ruangan
·
Meter Reading
·
Pembacaan alarm
indikator
Pemeliharaan Bulanan
Pemeliharaan bulanan aktifitas dilaksanakan setiap bulan
(setiap awal bulan) dengan melakukan pembacaan meter (Meter Reading) melalui
alat bantu pembaca yang disebut dengan Mikroterminal (BNA 701).
Kegiatan pemeliharaan
bulanan meliputi pekerjaan pembacaan meter (Meter Reading) antara lain:
·
Alarm yang terjadi pada
seluruh kanal Radio untuk kedua arah (O/E dan E/O)
·
Tegangan Power Supply
seluruh kanal Radio untuk kedua arah (O/E dan E/O)
·
Kualitas seluruh kanal
Radio (X,1,2..N)
Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan
adalah pemeliharaan yang melakukan aktifitas pemeliharaan dilaksanakan tahunan
yang terdiri dari:
·
Pengukuran Lokal yang
terdiri dari:
Ø Meter Reading
Ø Pengukuran TLO dan tegangan VCXO TLO
Ø Pengukuran Level Output Transmitter
Ø Pengukuran SHF Power Output
Ø Pengukuran Spectrum Bandwith Amplifier
Ø Pengukuran Level Power Receive Tanpa Diversity
Ø Pengukuran Level Power Receive dengan Diversity
Ø Pengukuran Automatic Gain Control
·
Pengukuran Hop
Ø BER VS Rx Receive Level
·
Pengukuran Section
Ø Pengukuran BER Section
Ø Pengetesan Fungsi Switching
Ø Pengetesan Fungsi Orde Wire
Pemeliharaan Dadakan
(Corrective)
Pemeliharaan dadakan atau corrective maintanance dimaksudkan
untuk mengatasi gangguan yang terjadi dalam waktu seminimal mungkin. Pelaksana pemeliharaan dadakan ini dapat
dilakukan oleh petugas teknik dengan kualifikasi tertentu atau yang telah memiliki
pengetahuan / pengalaman menangani gangguan perangkat radio. Biasanya untuk
pemeliharaan ini, hanya diperlukan penggantian modul yang rusak dengan modul
cadangan (spare) dan sedikit pengaturan straping ataupun pengaturan level.
2.4.2.
Prosedur Pengukuran Perangkat GMD Type DM46U6
Meter Reading
Tujuan:
·
Untuk mengetahui besaran
/ level / tegangan titik point pengukuran perangkat menggunakan Mikroterminal
·
Alat ukur:
·
Tool Kit set (jika
diperlukan)
·
Alat-alat pemeliharaan
mingguan
·
Prosedur:
·
Sebelum melaksanakan
pemeliharaan bulanan, terlebih dahulu lakukan pemeliharaan harian dan mingguan
terhadap perangkat.
·
Tancapkan konektor (RS
232) Mikroterminal pada soker J01 yang terletak dibagian bawah handset orde
wire.
·
Putar switch yang ada dibagian
atasnya untuk memilih kanal yang akan diukur (X,1,2,3 .....dst)
·
Untuk masing-masing
kanal Radio, catat hasilnya pada format laporan bulanan.
·
Perhatikan, bahwa
pemeliharaan dilakukan pada kondisi perangkat bekrja / operasi normal, oleh
karenanya tidak dibenarkan melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terputusnya
hubungan (perpu).
·
Setelah selesai,
pastikan sekali lagi bahwa pekerjaan yang telah dilakukan tidak menimbulkan
alarm apapun pada perangkat.
Prosedur Pengukuran
Frekuensi TLO dan Tegangan VCXO TLO
Tujuan:
·
Mengukur frekuensi
Transmitter Local Oscillator (BVK-402)
·
Mengukur tegangan VCXO
TLO (tegangan bias resistor R-01)
Alat yang digunakan:
·
Spectrum Analyzer /
Microwave Frequency Counter
·
Multimeter Digital
·
Extender Unit
Transmitter
·
Coaxial Cable 50 Ohm
Prosedur Pengukuran
Frequency TLO
·
Keluarkan module
terminal / repeater framing dari slim rack.
·
Lepaskan coaxial cable
semi rigid antara J02 dan SHF Tx filter.
·
Hubungkan terminal J02
dengan spectrum analyzer / Micro. Freq Counter.
·
Set kongfigurasi spec.
Analyzer / MF counter sesuai frekuensi yang diukur.
·
Bila terjadi pergeseran
nilai nilai frek dari spec. nominal, atur TLO Tuning.
·
Amati penunjukan
tegangan pada test point TP.01 (Tx) dengan menggunakan multimeter digital.
·
Amati penunjukan
tegangan varactor diode TLO.VV pada display mikroterminal.
·
Catat hasil pengukuran
sebelum dan sesudah pengaturan.
·
Normalkan kembali
setelah selesai pengukuran.
Prosedur Pengukuran
Tegangan VCXO TLO
·
Cabut unit transmitter
dari slim rack, kemudian pasang kembali dengan menggunakan Extender Unit.
·
Ukur tegangan bias pada
R01 dengan multimeter digital.
·
Catat hasil pengukuran
sebelum dan sesudah pengaturan.
Catatan:
Disarankan untuk pengukuran Tx Local Oscillator (BVK-402) dan pengukuran
Tegangan VCXO TLO (Resistor R01) dilakukan secara bersamaan, sebab apabila
hasil pengukuran frekuensi TLO hasilnya sudah sesuai dengan nominalnya ada
kemungkinan Tegangan VCXO nya bergeser atau sebaliknya.
Nilai
Batas Pengukuran:
Toleransi
pergeseran frekuensi : (F – Fo) / Fo ≤ (± 2.E – 5)
Dimana, F =
nilai nominal frekuensi yang diukur
Fo = nilai hasil pengukuran
Spesifikasi:
Range
Tegangan bias VCXO TLO (R01) = 10 ~ 20 mVolt.
Range
Tegangan pada Test Point TP.01 (Tx) = 1.6 V ± 0.2 Volt.
Range
Tegangan Varactor Diode TLO.VV = 0.0 Volt.
Prosedur Pengukuran
Level Output Transmitter
Alat yang digunakan:
·
Power Meter
·
Sensitive Sensor type LP
(Low Power)
·
Adapter Connector dari
sma type to N-type.
·
Coaxial Cable 50 Ohm
Prosedur Pengukuran
Level Output Transmitter:
·
Lakukan kalibrasi Power
Meter sesuai dengan frekuensi TLO (gunakan sensor Low Power).
·
Lepaskan coaxial cable semi
rigid antara unit Transmitter dan terminal J01.
·
Sambungkan terminal J01
dengan Power Meter.
·
Catat hasil pengukuran
yang diperoleh.
·
Normalkan kembali
setelah selesai pengukuran.
Nilai Batas Pengukuran:
Nilai referensi level
Output Transmitter = -14 ± 2 dBm.
Prosedur Pengukuran Level Output SHF Amplifier
Alat yang digunakan:
·
Power Meter
·
Multimeter Digital
·
Power Sensor (High
Power)
·
RF Attenuator 20 ~ 30
dB.
·
Connector adapter sma
type N-type
·
Coaxial Cable 50 Ohm.
Prosedur Pengukuran
Level Output SHF Amp. :
·
Kalibrasi Power Meter
sesuai frekuensi Transmitt (gunakan power sensor dan RF Attenuator yang
sesuai).
·
Hubungkan Multitester
(voltmeter) pada tes point (+ 4 Volt) di panel depan SHF Amplifier dan chek
penunjukan tegangannya.
·
Lepaskan Coaxial cable
CMI input (J01) pada modul framing.
·
Lepaskan Coaxial cable
semi rigid anta J02 pada unit SHF Amplfier dan SHF Tx Filter.
·
Hubungkan J02 pada unit
SHF Amplifier dengan input Power Meter.
·
Baca hasil penunjukan
(nilai pembacaan + nilai RF Att), dan lakukan pengaturan bila terdapat
penyimpangan.
·
Catat hasil pengukuran
sebelum dan sesudah pengaturan.
·
Normalkan kembali
setelah selesai pengukuran.
Batas Nilai Pengukuran:
Power Output SHF
Amplifier = + 29 dBm ± 1 dB
Tegangan + 4 Volt = + 4 Volt ± 0.1 V.
Prosedur Pengukuran
Spectrum Band Width Amplifier
Alat yang digunakan:
·
Spectrum Analyzer
·
Connector adapter sma
type N-type
·
Coaxial Cable 50 Ohm.
Prosedur Pengukuran:
·
Lepaskan Coaxial cable
semi rigid antara J02 pada unit SHF Amplifier dan SHF Tx Filter.
·
Hubungkan Terminal J02
dengan input Spectrum Analyzer.
·
Set Konfigurasi Spectrum
Analyzer sesuai frekuensi yang Transmit yang akan diukur,
·
Atur VBW dan RBW
Spectrum Analyzer sampai indikasi “Uncal”nya hilang.
·
Dari gambar yang
diperoleh pada Spectrum Analyzer, tentukan band width-nya dan chek apakah
terdapat intermodulasi atau tidak.
·
Catat hasil pengukuran
sebelum dan sesudah pengukuran
·
Normalkan kembali
setelah selesai pengukuran.
Batas Nilai Pengukuran:
Band Width = < 40 MHz.
C/N Intermodulasi = > 35 dBm.
Prosedur Pengukuran
Level Power Receive tanpa Diversity
Alat yang digunakan:
·
Power Meter
·
Power Sensor (Low Power)
·
Connector adapter sma
type N-type
·
Coaxial Cable 50 Ohm
Prosedur Pengukuran:
·
Kalibrasi Power Meter
sesuai frekuensi Receive (gunakan power sensor “low power”)
·
Lepaskan Coaxial cable
semi rigid antara SHF Rx filter dan J01
pada modul Receiver.
·
Hubungkan Output SHF Rx
Filter dengan input power meter.
·
Catat hasil pengukuran
yang diperoleh.
·
Normalkan kembali
setelah sesuai pengukuran.
Nilai Referensi dan
Toleransi:
·
Po = Power receive berdasarkan perhitungan “Hop Calculation”
·
Pr = Power receive hasil pengukuran.
·
Toleransi = Pr = Po ± 2 dB
Prosedur Pengukuran
Level Power Receive dengan Diversity
Alat yang digunakan:
·
Power Meter
·
Power Sensor (Low Power)
·
Coaxial Cable 50 Ohm
Prosedur Pengukuran:
·
Kalibrasi Power Meter
sesuai frekuensi Receive (gunakan power sensor low Power range 20 ~ 70 dBm)
·
Lepaskan Coaxial cable
semi rigid antara Normal SHF Rx filter
dan J05 pada modul Receiver Diversity.
·
Hubungkan Output SHF Rx
Filter dengan input power meter.
·
Catat hasil pengukuran
yang diperoleh.
·
Normalkan didtem (Main
sistem), kemudian lakukan hal yang sama untuk Diversity sistem dengan melepas
coaxial cable semi rigid untuk Diversity SHF Rx Filter dengan J06 pada modul receiver
Diversity.
·
Hubungkan Output
Diversity SHF Rx Filter dengan input Power Meter.
·
Catat hasil pengukuran
yang diperoleh.
·
Normalkan kembali
setelah sesuai pengukuran.
Nilai Referensi dan
Toleransi:
·
Po = Power receive
berdasarkan perhitungan “Hop
Calculation”
·
Pr = Power
receive hasil pengukuran.
Toleransi = Pr = Po ± 2 dB
Prosedur Pengukuran
Automatic Gain Control
Alat yang digunakan:
·
Multitester (Voltmeter)
·
Micro Terminal
Prosedur Pengukuran:
Mengukur AGC Mai, AGC Diversity dan AGC
Combine:
·
Pasang Micro Terminal
dan posisikan channal selector pada kanal yang diukur.
·
Monitor tegangan AGC
pada test poin TP02 pada modul Receiver Diversity.
·
Masuk menu “Diversity
Combiner” kemudian tekan : Valid.
·
Rubah TDE : G_RF1 =1
& TDE : G_RF2 = 0
·
Kembali ke menu
“Diversity Combiner”, kemudian pilih “phase Value” dan tekan : Valid.
·
Catat hasil penunjukan
pada voltmeter tiap phase dari 0 ~ 240 dengan step 30.
Contoh:
Phase Value
|
AGC Volt
|
00
30
60
....
....
....
240
|
3.95
3.98
3.96
....
....
....
....
|
Kembali ke Phase Value = 0, kemudian nilai AGC yang
diperoleh dirata-ratakan, misalnya = 3.96 dan merupakan nilai AGC1.
·
Kembali ke sub menu “Gain
of Path”, tekan kembali : Valid
·
Rubah TDE : G_RF1 = 0
& TDE : G_RF2 = 1.
·
Catat nilai yang terbaca
pada voltmeter sebagai nilai AGC2
·
Rubah TDE : G_RF1 = 1
& TDE : G_RF2 = 0.
·
Catat nilai yang terbaca
pada voltmeter sebagai nilai AGC (combine)
·
Tekan “Return” pada
microterminal sampai ke Menu Utama
Prosedur Pengukuran
Frekuensi RLO dan Tegangan VCXO RLO
Alat
yang digunakan :
·
Spectrum Analyzer
·
Multimeter Digital
·
Extender Unit Receiver
·
Conector / adapter
Connector
·
Coaxial cable 50 Ohm
Prosedur pengukuran :
·
Set frekuensi spektrum
analyzer atau microwave frekuensi counter sesuai nilai frekuensi unit receiver
yang akan diukur.
·
Lepaskan unit receiver /
receiver diversity dari shelf rack, kemudian pasang kembali dengan menggunakan
exrender unit.
·
Rubah posisi switch S801
ke posisi pengukuran (ke atas).
·
Hubungkan output RLO
dengan input alat ukur spectrum analyzer/micro frekuensi counter.
·
Monitor tegangan bias
RLO pada R104 dengan Multitester Digital (Voltmeter).
·
Bila terjadi pergeseran,
lakukan pengaturan pada RLO Tuning .
·
Catat hasil pengukuran
sebelum dan sesudah pengaturan.
Nilai Batas Pengukuran :
Toleransi pergeseran
frekuensi : (F-Fo) / Fo ≤ (± 2.10-5)
Ket : F = nilai nominal frekuensi yang diukur
Fo = nilai
hasil pengukuran
Range tegangan bias VCXO
RLO (R104) = 10 ~ 20 mVolt.
Range tegangan pada test
point TP.01 (Rx) = 1.6 V ± 0.2 V
Range tegangan Varactor
Diode RLO.VV = 0.0 V
Prosedur Pengukuran
Threshold vs BER
Tujuan
:
Check
sensitivitas receiver masing-masing hop. Level daya receiver merupakan fungsi
dari BER.
Perangkat
Test :
·
BER analyzer (Tx dan Rx)
·
SHF variabel attenuator
(0 ~ 70 dB)
·
2 buah kabel
coax.semirigit 50 Ω
·
2 buah kabel adaptor
“RIM Female / N Male”
·
2 buah kabel coax.”BNC
Male / 1.6 ~5.6” 75 Ω
Prosedur :
·
Pengukuran dilakukan
pada semua section, terminal ke terminal dan diutuhkan paling sedikit 2 team
pengukuran.
·
Pada arah E/O pada
station terminal yang bersangkutan dilakukan loop pada akses CMI.
·
Team pengukuran yang
pertama (team 1) mengukur BER dengan BER analyzer pada station arah O/E.
·
Team pengukuran yang ke
dua (team 2) bergerak dari satu station ke station lainnya untuk menyispkan
Variable Attenuator.
·
Pengetesan yang harus
dilakukan :
~ Tiap Hop (dua arah O/E
dan E/O)
~ Tiap
kanal (Bearer)
·
Kedua tem pengukuran
dapat berkomunikasi dengan menggunakan Order Wire.
2.5 Trouble
Shooting/Analisis Gangguan
Kegagalan yang biasa
terjadi di sisi tranmit yaitu antara lain :
·
Kecacatan pada
pengukuran Transmit IF Level.
·
Kecacatan pada
pengukuran daya keluaran pada Transmitter Unit.
·
Kecacatan pada pegukuran
Level Local Osilator.
·
Kecacatan pada
pengukuran Modulator.
Gangguan
–gangguan diatas dapat disebabkan antara lain oleh redaman yang terjadi pada
amplifier, redaman yang tinggi pada waveguide, dan pemasangan konektor yang
kurang kuat atau tepat.
Untuk mengetahui adanya
gangguan yang terjadi pada sisi transmit,dapat dilihat pada alarm panel.Jika
lampu alarm untukTx/Rx ataupun modulator menyala.Langkah pertama adalah
koordinasi dengan lawan untuk memindahkan ke kanal standby dan harus
diperhatikan selanjutnya adalah modul yang mengalami gangguan.Misalnya pada
bagian transmitter, langkah yang dapat ditempuh antara lain :
o Mengadakan pergantian modul
Bila setelah melakukan
pergantian modul sistemtelah dapat bekerja dengan baik, Jika sistemmasih
mengalami gangguan dapat dipastikan kerusakan bukan pada modul tersebut.
o Melakukan Loop Back
Selain cara pergantian
modul,penangan gangguan dapat pula dengan cra loop back.Cara ini dapat
dilakukan pada modul Tx/Rx Rack maupun modem.Setelah melakukan loop back
ternyata gangguan benar terjadi pada perangkat sendiri barulah kemudian
diadakan pemeriksaanmodul.
Jika pada saat pengukuran hasil yang diperoleh ada yang diluar
spesifikasi atau tolak ukur,perangkat yang mengalami kerusakan harus terlebih
dahulu diperiksa pada bagian mana dari perangkat tersebut yang mengalami
kerusakan dan apabila kerusakan tersebut tidak dapat lagi ditolelir,maka
perangkat tersebut harus segera diganti.
A.Loop Back
Loop Back merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
mengetahui letak gangguan pada suatu sistem di stasiun sendiri atau di stasiun
lawan
2.6 Trouble
Shooting Perangkat
Untuk
prosedur analisis alarm sistem transmisi GMD alcatel DM 46U6 seperti uraian di
bawah ini yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Alarm Loop Back Mode
Modul : Framing Unit
Sumber
Gangguan : Supervisory Interface
Arti
Gangguan : Distant Loop Back Alarm
Akibat :
·
Loop back sisi kirim
pada modul framing dan deframing.
·
Sinyal terputus pada
satu arah.
·
Terjadi error awal.
Penyebab :
·
Di terminal :
2. Local Loop Back Mode
Modul : Deframing Unit
Sumber Gangguan : Supervisory Interface
Arti Gangguan : Terminal : perintah operator dengan
menggunakan microterminal, framing unit diisolasi (loop framing unit ke
deframing)
Akibat :
Penyebab :
3. Stream Loss At Transmitter Input
Modul : BVK 301 transmitter
Sumber Gangguan : BVK 301 transmitter
Arti Gangguan : Setidaknya satu stream tidak ada, terjadi
clock loss atau laju yang tidak benar.
Akibat :
·
Interupsi sisi terima.
·
Bit Error Rate (BER)
·
Terjadi ALPEM, ALPRE,
ALRYT, ALPOR.
Penyebab :
·
Framing Unit abnormal.
·
Gangguan framing Unit.
·
Gangguan pada modul
transmitter.
Tindakan :
·
Check kondisi framing
unit.
·
Check adanya stream pada
input transmitter dengan :
~ Apabila hilang clock, ganti framing unit, atau check clock
pada input
Buffer.
·
Ganti transmitter.
4. Transmission TLO Alarm
Modul : BVK 301 transmitter
Sumber Gangguan : BVK 402 local oscilator
Arti Gangguan : Local Oscillator sync loss
Akibat : Alarm ini langsung memutuskan daya
(untuk keamanan) pada penguat daya, dengan akibatnya terjadi loss pada sinyal
penerima (terjadinya reaksi sekitar 10 ms)è ALPEM
Penyebab :
·
Kerusakan komponen dalam
sirkit loop.
·
Kerusakan kabel
fleksibel TLO.
·
Posisi Thumbwheel.
Tindakan :
·
Ganti TLO.
·
Check sambungan kabel.
·
Check posisi thumbwheel
dan pengaturan kembali piston.
·
Check koheren antara
tampilan microterminal posisi dan posisi thumbwheel, ganti TLO.
Lain-lain : Atur oscillator dengan hati-hati, jalankan
prosedur yang telah ditentukan, untuk menghindari resiko kerusakan cavity
transistor.
5. Transmitted Power Alarm
Modul : Amplifier
Sumber Gangguan : Amplifier
Arti Gangguan : Output power ≤ +24 dBm ± 1 dB.
Akibat :
·
Lihat ALOLE.
·
Interupsi (P, juga
berpengaruh) atau BER.
·
Kemungkinan Interupsi
(P, juga berpengaruh) atau BER, dan peningkatan
sensitifitas propagasi (koefisien).
Penyebab :
·
BVK 492 transmisi TLO.
·
Coaxial pada output LO
cavity ke modulator.
·
Transmitter.
·
Semi-rigid cable antara
output transmitter dan amplifier.
·
Amplifier stages
(penguat bertingkat)
Tindakan :
·
Periksa oscillator
(adanya ALOLE alarm).
·
Periksa oscillator pada
output LO cavity.
·
Periksa level output
transmitter (khususnya – 14 dBm)
·
Periksa semi-rigid kabel
antara output transmitter dan amplifier.
·
Ganti amplifier.
6. Carrier Alarm
Modul : BVA 101 equalizer-regenerator
Sumber Gangguan : BVA 101 equalizer-regenerator
Arti Gangguan : Signal loss
Akibat :
·
Penerimaan
penginstruksian sirkuit pada semua kasus.
·
ALPRE.
·
Kemungkinan ALPRE.
·
Interupsi.
·
BER atau interupsi.
Penyebab :
·
Semi-rigid kabel pada
output amplifier menuju transmisi.
·
Semi-rigid kabel antara
penerima dan sambungan dari filter.
·
RLO fault.
·
Coaxial dari receiver
diputus dari panel depan atau coax cadangan.
·
Equalizer.
·
Masalah transmisi :
~ Unit framing
~ Modulator
(Daya output sufficient untuk menghindari triggering amplifier alarm)
~ Transmisi
digital filter
Tindakan :
·
Periksa semi-rigid kabel
pada output amplifier menuju transmisi.
·
Periksa semi-rigid kabel
antara penerima dan sambungan dari filter.
·
Periksa RLO.
·
Periksa coaxial dari
receiver.
·
Ganti equalizer.
·
Periksa sirkuit
transmisi.
7. Received Power Alarm.
Modul : BVK 101 receiver atau BVK 102 diversity
receiver
Sumber Gangguan : BVK 101 atau 102 baseband circuit
Arti Gangguan : Received power drop dengan error rate 10-3
Akibat : Error rate yang tinggi atau interupsi dari
transmisi
Penyebab :
·
Propagasi.
·
Masalah pada sirkuit
transmisi (ALPEM atau ALOLE alarm) atau kabel semi-rigid antara output
amplifier dan sambungan filter.
·
Semi-rigid kabel antara
sambungan filter dan receiver.
·
Frekuensi RLO tidak
cocok dengan kanal.
·
Receiver : sambungan
internal.
·
Receiver : Unit
Diversity Combiner.
·
Receiver : Unit
fungsi lainnya.
Tindakan :
·
Periksa sirkuit
transmisi (kabel semi-rigid).
·
Periksa semi-rigid kabel
antara sambungan filter dan penerima.
·
Periksa frekuensi RLO.
·
Periksa sambungan
internal receiver.
·
Periksa operasi dari
diversity combiner (dengan memasukkan sinyal secara langsung pada channel input
yang normal).
·
Ganti Receiver.
Lain-lain :
·
Alarmnya dapat ditrigger
ketika putus, jika RLO benar-benar diatur (>40 MHz).
·
Suatu hysteresis sirkuit
diberikan untuk alarmnya, untuk menghindari berbagai fluktuasi di sekitar
threshold 10-3.
8. Dejustification Rate Alarm
Modul : Deframing Unit
Sumber Gangguan : Deframing Unit
Arti Gangguan : Dejustification laju alarm
Akibat : Interupsi di segala hal
Penyebab :
·
ALTJ alarm.
·
Error rate yang sangat
tinggi.
·
Deframing unit.
Tindakan :
·
Lihat ALTJ.
·
Lihat propagasi atau
alarm lain.
·
Ganti deframing unit.
Hal lain : Alarm harus ada di atas 500 ms untuk
supervision interface untuk mengirim alarm pada supervision system.
9. Justification Rate Alarm
Modul : Framing Unit
Sumber Gangguan : Framing Unit
Arti Gangguan : Justification rate alarm
Akibat :
·
Interupsi sinyal dari
pelanggan dan BER.
·
Error.
Penyebab :
·
Kesalahan utama dari
laju frekuensi.
·
Micro-interruption
(konektor atau sinyal pelanggan).
·
Board fault.
Tindakan :
·
Periksa sinyal dari AS.
·
Periksa sambungan dengan
AS dan sinyal dari pelanggan.
·
Ganti board.
Lain-lain : Alarm harus ada di atas 500 ms untuk
supervision interface untuk mengirim alarm pada supervision system.
10. 2 Mbps Transmission Alarm
Modul : 2 Mbps interface atau EOW extension
Sumber Gangguan : 2 Mbps interface atau EOW extension
Arti Gangguan : 2 Mbps transmission loss
Akibat :
Penyebab :
·
HDB3 signal loss.
·
Loss of clock dari
framing unit.
Tindakan :
·
Periksa keberadaan dari
sinyal HDB3.
·
Ganti interface 2 Mbit/s
atau EOW extension.
·
Periksa hubungan antara
X 215 (E/R rack) dan BEAO30 subrack jika EOW extension digunakan.
11. Transmission Power Supply Alarm
Modul : Power Supply
Sumber Gangguan : Supervision Interface : Alarm
ditrigger dengan deviasi 20 % dari harga nominal
Arti Gangguan : Transmission power supply alarm
Akibat : Pengintrupsian transmisi
Penyebab :
·
Hilangnya satu atau
lebih tegangan sekunder.
·
Satu atau lebih tegangan
sekunder bergeser dari toleransi yang diijinkan.
Tindakan :
·
Ganti power suplly.
·
Periksa secondary
voltage, ganti power supply.
0 komentar:
Posting Komentar