KONSEP SPEKTRUM TERSEBAR
(SPREAD SPECTRUM)
1. Kinerja Spektrum Tersebar
Sistem
telekomunikasi dengan teknologi spektrum tersebar mula-mula dikembangkan di
kalangan militer karena memiliki sifat-sifat istimewa yang cocok diterapkan
pada bidang tersebut, yaitu tahan terhadap derau, mampu menembus jamming dan
kerahasiaan data yang tinggi.
Sekarang ini
teknologi spektrum tersebar sudah pula di-kembangkan di luar kalangan militer.
Pengembangan sistem ini terutama untuk sistem-sistem akses jamak.
Sistem spektrum tersebar memiliki keistimewaan yang khas,
yaitu sinyal yang ditransmisikan memiliki lebar pita yang jauh lebih besar dari
lebar pita informasi, dimana penyebaran spektrum tersebut dilakukan oleh fungsi
penyebar tersendiri, yang tidak
tergantung pada informasi yang disampaikan.
tergantung pada informasi yang disampaikan.
Konsep komunikasi
spektrum tersebar didasarkan pada teori C.E. Shannon untuk kapasitas
saluran, yaitu:
(.1)
dimana:
C = kapasitas kanal transmisi (bit/detik)
W = lebar pita frekuensi transmisi (Hz)
N = daya derau (watt)
S = daya sinyal (watt)
Dari teori tersebut terlihat bahwa untuk menyalurkan
informasi yang lebih besar pada saluran berderau dapat ditempuh dengan dua
cara, yaitu:
1.
Dengan cara
konvensional, dimana W kecil dan S/N besar.
2.
Cara penyebaran
spektrum, dimana W besar dan S/N kecil.
Sistem spektrum
tersebar yang paling banyak dipakai sekarang ini adalah Direct Sequence Spektrum
terbesar (DSSS). Pada sistem ini, sinyal pembawa dimodulasi secara langsung
(direct) oleh
data terkode. Sebagai pengkode data dipakai deret kode (code sequence) yang memiliki sifat random.
Pada pemancar DSSS,
data dikodekan dengan deret kode berkecepatan tinggi. Pada proses pengkodean
inilah terjadi penyebaran spektrum. Sinyal spektrum tersebar ini kemudian
dimodulasi BPSK dan ditransmisikan.
Penerima DSSS
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian sinkronisasi deret kode dan demodulator
BPSK. Ketika sinkronisasi deret telah tercapai, akan terjadi peristiwa
pemampatan spektrum sinyal DSSS ke data base band semula. Sinyal hasil
pemampatan spektrum ini adalah sinyal BPSK yang siap untuk didemodulasikan.
Teknik dasar spektrum tersebar ini ditunjukkan oleh gambar 3.1.
Gambar 1 Teknik dasar spektrum tersebar
Parameter-parameter
yang dipakai untuk
mengukur kinerja sistem spektrum
tersebar adalah:
1. Probability of error
3.
Jamming Margin
Kemampuan sistem
spektrum tersebar untuk mengantisipasi adanya interferensi dengan intensitas
tinggi atau jammer ditentukan oleh kriteria jamming margin.
JM= G - [Lsys
+ (S/N)out] (5)
dimana:
JM = jamming margin (10 log JM dB)
Lsys = rugi-rugi
implementasi sistem
(S / N)out = S / N keluaran penerima
yang disyarat-kan/diijinkan
1.1 Konfigurasi DSSS dan Pembangkitan Deretan Pseudonoise
Pada direct
seguence sinyal pembawa yang telah termodulasi digital dimodulasi lagi oleh
deretan kode biner dengan kecepatan tinggi yang dibangkitkan oleh PRG (Pseudo
Random Ge-nerator). PRG tersebut dibangkitkan sedemikian rupa sehingga
menyerupai sinyal random.
Penyebaran BPSK
diperoleh dengan mengalikan hasil modulasi digital Sd(t) = cos[W0t + qd(t)] dengan PN NRZ, c(t). Laju bit dari c(t) yang
disebut laju chip, jauh lebih besar dari laju bit dari data d(t). Lebar
pita frekuensi sinyal BPSK adalah 2Rb.
Sinyal yang ditransmisikan:
St(t) = akar (2P) * c(t)cos[W0t + qd(t)] (6)
mempunyai kecepatan yang sama dengan kecepatan kode dari
PRG, BWS = 2Rc. Pada proses spreading ini terjadi
penyebaran daya sinyal yang disebar pada 10 - 1000 kali lebar pita frekuensi
asli dimana rapat spektral dayanya berkurang 10 - 1000 kali pula.
Gambar 4 Spektrum
sinyalsebelum dan sesudahpenyebaran
Despreading dilakukan dengan memodulasi sinyal yang diterima penerima
dengan replika kode spreading yang cocok, yaitu yang sama dengan kode spreading.
Pada proses despreading ini harus digenerasi sinyal pembawa dengan
frekuensi yang sama seperti pada modulator dan replika kode spreading yang sama frekuensi dan
fasanya (sinkronisasi). Sinyal yang diterima pada demodulator:
Sr(t) = C(t - Td)cos[W0t + qd(t - Td) + j] (7)
keluaran dari mixer adalah:
Sm(t) = C(t - Td) C(t - Td)cos[W0t +
qd(t - Td) + j] (8)
C’(t) = C(t-Td) adalah
replika urutan kode pada PRG lokal. Jika sinkronisasi tercapai, maka C(t) =
C’ (t), sehingga C(t)C’(t) = C2(t) = 1. Keluaran mixer
menjadi:
Sm(t) = cos[W0t + qd(t)] (9)
Setelah itu informasi diperoleh kembali dengan demodulasi
fasa.
Penolakan jamming
atau interferensi pada DSSS dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misalkan sinyal jamming : j cos[W0t + y] (10)
Pada masukan penerima selain sinyal yang diinginkan juga
terdapat sinyal Jamming /
interferensi:
Sr(t) = C(t)cos[W0t + qd(t)] + j cos[W0t + y] (11)
Apabila C’(t) pada PRG lokal sinkron dengan C(t),
maka keluaran mixer menjadi:
Sm(t) = cos[W0t + qd(t)] + j C(t)cos[W0t + y] (12)
Sinyal informasi mengalami despreading dan
kerapatan spektral dayanya naik kembali, sedangkan jamming tidak
mengalami des-preading sehingga pita frekuensinya melebar dan spektral
daya-nya menurun. Sesudah melalui BPF, daya jamming yang masuk dalam
sinyal sudah sangat kecil dan tidak berarti lagi.
Deretan pseudonoise
sesuai dengan namanya, adalah deret-an kode biner yang menunjukkan sifat-sifat
random yang mirip dengan derau. Deretan pseudonoise ini dihasilkan oleh
PRG yang pada umumnya dibentuk dari susunan resister geser (shift re-gister)
dimana beberapa keluaran register geser tersebut diumpan-balikkan ke
masukan register geser pertama melalui sebuah parity generator (berupa
gerbang EXOR) sedemikian rupa sehingga ke-luaran register geser terakhir
menghasilkan deretan kode dengan panjang perioda deretan maksimal dan bersifat
'random' (pseudorandom). Hubungan umpan balik yang berbeda akan
meng-hasilkan keluaran kode yang berbeda pula. Periode kode yang dibentuk oleh
generator PN adalah:
Tpn
= LTc (13)
dimana Tc adalah durasi chip dan L
adalah jumlah chip dalam suatu perioda
L=2m - 1 (14)
Alasan penting digunakannya deretan kode semacam ini
adalah karakteristik otokorelasinya yang hampir menyerupai derau.
2. PENGERTIAN DAN
KONSEP CDMA
Masalah yang
dihadapi dunia komunikasi selular saat .ini adalah makin meningkatnya jumlah
pengguna yang menggunakan pita frekuensi yang terbatas secara bersama-sama.
Untuk mengatasi masalah ini harus dicari cara bagaimana meningkatkan kapasitas
tanpa harus mengurangi kualitas pelayanan secara berlebihan.
Sistem selular
sekarang ini menggunakan sistem pengkanalan dengan pita 30 khz setiap kanalnya,
sistem ini dikenal sebagai sistem FDMA (Freguency Division Multiple Access).
Untuk memaksimalkan kapasitas, sistem selular FDMA menggunakan antena
berarah dan sistem reuse frequency yang rumit.
Untuk lebih
meningkatkan kapasitas, digunakan sistem akses jamak digital yang disebut TDMA
(Time Division Multiple Access). Sistem ini menggunakan pengkanalan dan reuse
frequency yang sama dengan sistem FDMA dengan tambahan elemen time
sharing. Setiap kanal dipakai bersama oleh beberapa pengguna menurut slot
waktunya masing-masing.
Code Division
Multiple Access (CDMA) adalah
teknik akses jamak berdasarkan teknik komunikasi spektrum tersebar, pada kanal
frekuensi yang sama dan dalam waktu yang sama digunakan kode-kode yang unik
untuk mengidentifikasi masing-masing pengguna. Hal ini diilustrasikan oleh
gambar 5.
CDMA menggunakan
kode-kode korelatif untuk membeda-kan satu pengguna dengan pengguna yang lain.
Sinyal-sinyal CDMA itu pada penerima dipisahkan dengan menggunakan sebuah
korelator yang hanya melakukan proses despreading spektrum pada sinyal yang
sesuai. Sinyal-sinyal lain yang kodenya tidak cocok, tidak di-despread dan
sebagai hasilnya sinyal-sinyal lain itu hanya menjadi noise interferensi.
Perbandingan antara FDMA, TDMA dan CDMA dapat
ditunjukkan dengan gambar 6.
Gambar 6 Skema perbandingan FDMA, TDMA dan CDMA dalam
domain frekuensi dan waktu
Operasi ujung ke
ujung pada CDMA dapat dijelaskan sebagai berikut: pada sisi pancar, sinyal
dengan bit laju rendah (misal 9,6 kbps) disebar dengan mengalikannya dengan
deretan kode PN yang memiliki bit laju tinggi (misal 1,2288 Mbps). Pada proses ini
terjadi penyebaran energi pada pita frekuensi yang besar. Sinyal tersebar ini
kemudian dimodulasi dengan pembawa RF tertentu dan kemudian dipancarkan.
Pada
sisi terima, sinyal terima didemodulasi dengan mengalikannya dengan pembawa RF
yang sama. Kemudian sinyal ini di-despread dengan mengalikannya dengan
deretan kode PN yang sama seperti pada sisi kirim. Sinyal yang telah di-despread
ini kemudian dilewatkan pada detektor bit untuk memperoleh speechdigital asal.
ini kemudian dilewatkan pada detektor bit untuk memperoleh speechdigital asal.
2.1 Multiuser pada Arah Forward (Base Station ke Mobile
Station)
Pada operasi
forward, base station membangkitkan aliran data untuk masing-masing mobil b1,
kemudian aliran data ini dikalikan dengan deretan kode direc-sequence-nya masing-masing c1(t).
Kemudian semua data terkode itu dijumlahkan. Contoh untuk mobile station pada arah forward dapat
ditunjukkan pada gambar untuk tiga mobil.
, kemudian hasil
penjumlahan dari sinyal tersebar ini dimodulasi dengan sebuah
pembawa, sehingga diperoleh cos wct, kemudian sinyal ini dipancarkan;
Sinyal tersebar pada penerima mobil, i, adalah zi(t) + noise,
dimana:
(15)
yang terdiri dari sinyal yang diinginkan ditambah dengan
sinyal dari pengguna lain. Setelah perkalian dengan pembawa yang koheren (phasa
fi diperkirakan oleh penerima) kemudian dengan deretan kode
direct-sequence lokal yang dibangkitkan yang merupakan replika dari sinyal yang
diinginkan dengan sinkronisasi yang sempuma (penerima memperkirakan delay ti)
maka akan diperoleh sinyal bi (t-ti).
ci(t-ti).ci(t-ti)
= ci2(t-ti) = l (16)
Hasil keluaran multiplier adalah sinyal yang
diinginkan bi(t-ti) ditambah interferensi yang berasal
dari pengguna lain. Idealnya, integrator, sebuah integrate-and-dump dengan
waktu Tb detik, akan menghasilkan cross correlation antara sinyal yang
diinginkan dan interferensi sama dengan nol. Sehingga output dari mobile
station i adalah proporsional dengan aliran data yang dipancarkan, bi(t-ti).
IS-95 menggunakan
deretakn kode yang berbeda-beda un-tuk mengidentifikasi panggilan. Ada deretan
yang dipakai untuk mengjdentifikasi base station yang sedang melayani
dan ada juga deretan yang digunakan untuk mengidentifikasi panggilan yang ditangani
oleh base station. Identifikasi base station dilakukan de-ngan menggunakan
deretan pseudo noise yang berbeda offsetnya saru sama lain (PN-1, PN-2,
PN-3, ...). Pada IS-95 deretan kode ini disebut Pilot PN Sequence. Base
station yang berbeda ditandai dengan offset Pilot PN sequence yang
berbeda. Panggilan pada for-ward pada suatu sel ditandai dengan deretan kode
yang disebut fungsi Walsh (Wi, W2, W3,....) yang masing-masing unik dan diulang dari sel ke
sel. Urutan perlakuan sinyal adalah sebagai berikut:
•
Data pelanggan berupa
speech digital dikalikan dengan fungsi Walsh ortogonal. IS-95 menyarankan pengguna 64 fungsi Walsh
ortogonal pertama.
•
Data pelanggan ini
disebar oleh kode PN dari base station {Pilot PN Sequence) kemudian
dipancarkan dengan gelom-bang pembawa tertentu.
•
Pada penerima
mobile station, dilakukan perkalian dengan kode PN yang telah disinkronisasi
(setelah gelombang pembawa koheren dihilangkan), akan mengubah sinyal dari sel
lain menjadi interferensi.
•
Perkalian dengan
fungsi Walsh yang sudah disinkronkan untuk pengguna-i akan menghilangkan
interferensi dari peng-guna lain yang berasal dari sel yang sama.
Pada arah reverse
fungsi Walsh tidak digunakan untuk identifikasi panggilan karena setiap mobile
station pada sel yang sama akan mengalami delay yang berbeda-beda dan fungsi
Walsh yang diterima tidak akan tersinkronisasi. Fungsi Walsh yang sudah
mengalami pergeseran waktu satu dengan yang lain tidak akan menghasilkan korelasi
sama dengan nol. Gambar 7 menunjukkan bagaimana penggunaan deretan kode PN dan
fungsi Walsh untuk identifikasi pada arah forward.
Gambar 7 Fungsi walsh dan kode offset pada sisi kirim dan terima
2.2 Multiuser pada
Arah Reverse {Mobile Station ke BaseStation)
Mobile station
membangkitkan source data dan kode DS, yang masing-masing dikalikan
dengan deretan datanya masing-masing (bi). Masing-masjng data
yang sudah terkode itu (yi), dikalikan dengan pembawa untuk
memperoleh bi(t)ci(t) cos(Wct + ai).
Sinyal tersebar ini tiba pada base station sebagai jumlah
dari sinyal-sinyal tersebar dari masing-masing mobile station ditambah noise,
atau dapat dituliskan untuk contoh tiga mobile station:
Gambar 8 Multiuser pada sistem reverse
Phasa fi, adalah phasa ai yang berubah di base station
akibat delay ti. Diasumsikan bahwa base station mengetahui phasa fi (demodulasi koheren) dan sinkronisasi waktu untuk
masing-masing pengguna sempurna (ti diketahui).
Jika dimisalkan ada M mobile station, maka akan
diperoleh z(t) :
Z(t) = Aici(t-ti)bi(t-ti)cos(vct + fi) + (M – l) interferensi + noise (17)
Perkalian dengan cos(vct + fi) menghasilkan (Ai / 2)ci(t-ti)bi(t-ti). Setelah itu dilakukan proses despreading dengan ci(t-ti) dimana ci(t-ti).ci(t-ti)
= l. Keluaran dari multiplier adalah sinyal
data bi(t-ti)
ditambah dengan interferensi oleh pengguna lain. Integrator akan
menghasilkan cross-correlation ahtara sinyal yang di-inginkan dengan
interferensi sama dengan nol. Panggilan pada arah reverse diindentifikasikan
oleh deretan kode PN yang unik untuk masing-masing pelanggan.
2.3 Perfomansi
Teoritis Kanal Reverse CDMA
Sepanjang
perbandingan sinyal terhadap interferensi untuk masing-masing pengguna cukup,
para pengguna akan mempunyai kualitas suara yang baik, tetapi kualitas suara
itu akan menurun apabila jumlah pengguna ditambahkan pada kanal, jadi
penambahan pengguna akan menurunkan perbandingan sinyal terhadap noise untuk
semua pemakai. Analisis kasus terbaik dapat dilakukan dengan asumsi hanya ada
satu sel, dan power conrrol bekerja dengan ideal sehingga semua sinyal tiba di
base station dengan kuat yang sama. Dapat ditentukan perbandingan smyal
terhadap noise sebagai fungsi jumlah pengguna.
1.
Perbandingan sinyal
terhadap noise, Eb / Nb berhubungan dengan
perbandingan sinyal terhadap interferensi keluaran. Jika Ai adalah
amplitudo sinyal yang diinginkan, Ai adalah amplitudo dari
sinyal interferensi dari pengguna i, Eb adalah energi bit
terima, dan NT adalah kerapatan spektral noise total.
Dalam sistem digital, seperti TDMA maupun CDMA, speech dikodekan menjadi data digital yang disebut frame, durasi
frame ini 20 ms. Frame ini dipancarkan dan kemudian didekodekan
kembali menjadi sinyal speech pada penerima. Kualitas dari pro-ses
dekode merupakan fungsi perbandingan sinyal terhadap interferensi dari frame
yang diterima, apabila perbandingan sinyal terhadap interferensi menurun,
kemungkinan untuk memperoleh frameyang salah meningkat. Pada prakteknya,
unruk perbandingan sinyal terhadap interferensi sekitar 6 dB akan diperoleh FER
(frame error rate) sekitar 1%, dan untuk perbandingan sinyal ter-hadap
interferensi sekitar 2-3 dB, akan diperoleh FER sekitar 70%.
Kualitas suara yang diperoleh berhubungan langsung dengan
FER ini. Dalam prakteknya perbandingan sinyal terhadap noise yang lebih besar
dari 6 dB sudah dapat diterima pengguna.
2,3 Masalah-masalah
Penerapan CDMA
dalam Komunikasi Selular
1. Masalah Near-Far
Masalah utama dalam
implernentasi direct-sequence CDMA adalah masalah 'near-far'.
Masalah ini terjadi karena semua sinyal dipancarkan pada pita frekuensi
yang sama dan dalam waktu yang sama, sehingga daya dari mobile station yang
lebih kuat akan menutupi daya dari mobile station yang lebih lemah.
Jika dimisalkan ada
M mobile station dalam suatu lingkungan akses jamak yang masing-masing
berbeda jaraknya terhadap penerima, misalkan penerima mencoba untuk mendeteksi
sinyal dari mobil-i yang berjarak lebih jauh dari mobile station-j maka
untuk daya pancar yang sama sinyal-j akan tiba di penerima lebih kuat dan akan
menutupi sinyal-i.
Pembatas dari
performansi sistem dan jumlah mobilestation yang dapat berbicara secara
bersama-sama adalah fungsi dari kemampuan sistem untuk mengatasi masalah near-far
ini. Level daya semua sinyal yang sampai pada penerima harus sama (atau
berbeda antara 1 sampai 2 dB).
Masalah ini dapat
diatasi dengan penggunaan powercontrol dinamis untuk menyamakan level
sinyal terima. Jadi untuk sistem selular CDMA daya pancar masing-masing mobile station harus dapat
dikontrol (dapat berubah-ubah). Apabila semua sinyal tiba dengan level daya
yang sama maka akan diperoleh kapasitas sistem maksimum untuk perbandingan
sinyal terhadap interferensi tertentu.
Daya pancar dari mobile station didasarkan pada daya yang
diterima. Daya terima ini tergantung pada redaman propagasi dan shadowing.
Gambar 10
Kontrol daya CDMA
Gambar 3.10 menunjukkan daya pancar mobile station naik
atau rurun secara proporsional dengan daya terima. Akibarnya daya yang diterima
pada base station relatif konstan.
1.
Multipath Fading
Dalam komunikasi
selular, pada umumnya sinyal yang sampai ke antena penerima mobile station
tidak hanya berasal dari sinyal lintasan langsung tetapi juga dari lintasan
pantul. Jadi sinyal yang sampai itu menipakan penjumlahan dari banyak sinyal.
Karena panjang setiap lintasan tidak sama maka masing-masing sinyal mengalami
delay yang berbeda-beda sehingga informasi akan mengalami delay spread (Tm). Nilai tipikal dari delay spread
untuk daerah urban berkisar 2-5 ms dan dapat menyebabkan interferensi intersimbol (ISI).
Multipath fading ini dapat pula menyebabkan variasi sinyal terima yang
sangat besar karena sinyal-sinyal tersebut dapat saling menguatkan maupun
saling melemahkan. Variasi sinyal ini disebut sebagai Rayleigh fading. Secara
statistik, sinyal terima akan berada 10 dB dibawah local - mean dalam 10%
lokasi dan 20 dB di bawah local mean untuk 1% lokasi. Hal ini dapat
meng-akibatkan rusaknya sebagian besar informasi.
Efek lain dari multipath
ini adalah akibat dari pergerakan mobile station yang menyebabkan frekuensi
sinyal terima bergeser dari frekuensi asal (efek Dopler). Besarnya pergeseran
nilai frekuensi ini merupakan fungsi dari arah gerak dan kecepatan mobile
station.
Gambar 11
Sinyal Multipath
Efek dari deJay spread teihadap performasi CDMA dapat di-tunjukkan dengan contoh berikut. Ada dua lintasan
masing-ma-sing lintasan -a dan lintasan -b. Misalkan penerima disinkronkan
dengan delay waktu {ta) dan phasa lintasan-a. Akan ditinjau pengaruhnya apabila delay waktu kedua
lintasan lebih besar atau lebih kecil
dari waktu chip (Tc).
Delay
spreadlebih besar dari waktu chip (D > Tc)
Fungsi
korelasi dari kode PN, jika delay waktu antar lintasan lebih besar dari Tc adalah
mendekati nol. Maka, jika perbeda-an delay dari dua lintasan melebihi
waktu chip, sinyal dari lintasan-b hanya akan berfungsi sebagai interferensi
biasa dan akan ditekan oleh processing gain, G = Tb / Tc
seperti ditun-jukkan oleh persamaan 3.20.
dimana: M = jumlah pengguna
Aj = amplitudo
terima lintasan - a
Bj = amplitudo
terima lintasan - b (versi delay)
Eb
= energi
per bit terima
Nt = rapat
spektral noise total
G = processing
gain (G = Tb / Tc)
Delay spread lebih kecil dari waktu chip (D < Tc)
Apabila lintasan - b
memiliki delay'yang lebih kecil dari Tc maka lintasan - b
ini tidak ditekan oleh processing gain dan dapat mengakibatkan
interferensi yang sangat merusak. Waktu chip apabila bit laju 1,23 Mbps
adalah 1 / 1,23 ms » 1 ms.
Jadi sinyal yang berasal dari lintasan lain akan membahayakan jika delay
spreadnya lebih kecil dari 1 ms, tetapi dalam komunikasi selular biasanya nilai delay spread sinyal
lebih besar dari 1 ms.
1.1
Rake Receiver untuk Peningkatan Performansi
Karena adanya multipath
maka akan diperoleh tambahan noise pada sistem apabila delay spread lebih
besar dari waktu chip. Peningkatan performansi dapat dilakukan apabila lintasan-lintasan
yang tiba pada penerima dapat dideteksi secara terpisah dan kemudian
digabungkan secara koheren (disamakan phasanya). Penerima seperti ini disebut
sebagai rake receiver.
Cara kerja rake receiver ditunjukkan oleh gambar
12. Misalkan sinyal yang sampai pada mobile station 1, z(t) merupakan
penjumlahan dari N lintasan sinyal. Untuk lintasan 2 perkali-an z(t) dengan
cj(t-D2),
kemudian integrasi dimulai pada 2, selama Tb detik akan menghasilkah respon untuk
lintasan 2. Hal yang sama
dilakukan untuk semua lintasan kemudian respon semua lintasan dijumlahkan
setelah phasanya disamakan. Rake receiver
ini akan menghasilkan sinyal yang lebih kuat untuk proses demodulasi
1. SIFAT-SIFAT CDMA
1. Multi Diversitas
Pada sistem pita sempit seperti modulasi analog FM yang digunakan dalam generasi pertama dalam sistem selular,
adanya muitipath fading akan menghasilkan fading yang sangat
besar. Dengan modulasi CDMA yang merupakan modulasi pita lebar. Sinyal-sinyal yang berbeda lintasan (multipath)
dapat diterima secara terpisah dengan rake receiver hal ini
menyebabkan berkurangnya efek dari multipath fading. Meskipun demikian
multipath fading ini tidak benar-benar dapat dihilangkan karena ada multipath
yang tidak dapat diproses oleh demodulator, multipath seperti ini
kadang-kadang dapat muncul dan menghasilkan fading.
Diversitas adalah usaha untuk
mengurangi fading. Ada tiga tipe diversitas yang sering digunakan
y'aitu diversitas waktu, frekuensi, dan ruang. Diversitas waktu dapat dilakukan
dengan jalan interleaving dan koreksi kesalahan. Dalam sistem CDMA diversitas frekuensi dilakukan dengan
menyebar spektrum pada pita frekuensi yang jauh lebih besar. Efek dari fading
pada spektrum frekuensi biasanya hanya mempengaruhi 200-300 Khz bagian dari
sinyal. Diversitas ruang dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu:
•
Multiple sinyal
dari dua atau lebih sel site (soft handoff)
•
Dengan menggunakan
penerima rake yang memungkinkan sinyal yang tiba dengan delay propagasi yang
berbeda diterima secara terpisah kemudian digabungkan
•
Multiple antena
pada sel site
Tipe diversitas yang berbeda yang digunakan pada CDMA
meningkatkan performansi sistem seperti diperlihatkan pada gam-bar 3.13 dapat
disimpulkan:
•
Diversitas waktu: interleaving
simbol, deteksi dan koreksi kesalahan
•
Diversitas
frekuensi: sinyal dengan pita frekuensi yang lebar 1,25 Mhz
•
Diversitas ruang:
antena penerima lebih dari satu, penerima rake dan multiple sel site (handoff)
Diversitas pada CDMA ditunjukkan oleh gambar 13
Gambar 13 Diversitas
pada CDMA
1.
Daya
Pancar yang Rendah
Disamping
peningkatan kapasitas secara langsung, hal lain yang penting adalah menurunnya
Eb/N0 yang dibutuhkan untuk mengatasi derau dan
interferensi. Ini berarti penurunan level daya pancar yang dibutuhkan.
Penurunan ini menyebabkan berkurang-nya biaya dan memungkinkan mobile station
dengan daya yang rendah beroperasi pada jarak yang lebih jauh dibanding pada analog
atau TDMA untuk level daya yang sama. Lebih jauh lagi, pengurangan persyarntan
daya pancar akan meningkatkan kemampuan pencakupan sel dan berarti pengurangan
jumlah sel yang dibutuhkan untuk mencakup wilayah tertentu.
Keuntungan lain
yang diperoleh adalah pengurangan daya rata-rata yang dipancarkan sebagai
akibat realisasi kontrol daya pada CDMA. Pada sistem pita sempit, harus selalu
dipancarkan daya yang cukup untuk mengatasi fading yang muncul tiba-tiba. CDMA
menggunakan kontrol daya untuk menyediakan daya yang dibutuhkan hanya pada
waktu dibutuhkan, level daya yang tinggi dipancarkan hanya pada saat ada
fading, sehingga mengurangi daya rata-rata yang ditransmisikan.
Daya pancar yang
rendah itu disebabkan pula karena adanya pemanfaatan deteksi aktivitas suara,
dimana data informasi dipancarkan dengan laju yang tinggi hanya pada saat ada
pem-bicaraan sedangkan pada saat jedah laju data yang dipakai rendah.
i.
Keamanan
(Privacy)
Bentuk pengacakan
sinyal pada sistem CDMA memungkinkan tingkat privacy yang tinggi dan
membuat sistem digital ini kebal terhadap cross-talk. Meskipun sistem
CDMA sudah me-miliki tingkat privacy yang tinggi, sistem ini masih tetap
mungkin untuk dikembangkan dengan menggunakan teknik pengacakan {encryptiori)
yang ada.
ii.
SoftHandoff
Soft handoft'memungkinkan kedua sel, baik sei asal ataupun sel baru
untuk melayani mobile station secara bersama-sama selama transisi handoff. Transisinya
adalah ketika mobile station bergerak dari sel asal ke sel baru dan akhirnya
berada di sel baru.
Hal ini dimungkinkan karena semua sel memakai frekuensi
kerja yang sama. Soft handoff selain mengurangi kemungkirtan putus-nya
pembicaraan juga menyebabkan proses handoff berjalan dengan halus
sehingga tidak menganggu pengguna. Dalam sistem analog dan digital TDMA
dilakukan pemutusan hubungan se-belum fungsi switching berhasil dilakukan
{break - before-make switching function) sementara pada CDMA
hubungan dengan sel lama tidak diputuskan sampai mobile station benar-benar
mantap dilayani oleh sel yang baru {make - before - break switching
function).
Setelah sebuah
panggilan dilakukan, mobile station selalu mencek sel-sel tetangga untuk
menentukan apakah sinyal dari sel yang lain cukup besar jika dibandingkan
dengan sinyal dari sel asal. Jika hal ini terjadi, ini merupakan indikasi bahwa
mobile station telah memasuki daerah cakupan sel yang baru dan handoff dapat
mulai dilakukan. Mobile station mengirim pesan {control message) ke MTSO
yang menunjukkan sinyal dari sel baru semakin menguat. MTSO melakukan handoff
dengan menyediakan sebuah link kepada mobile station melalui sel
baru tetapi Link yang lama tetap dipertahankan. Sementara mobile station
berada pada daerah perbatasan antara kedua sel, panggilan dilayani oleh kedua
sel site, hal ini menyebabkan berkurangnya efek ping -pong atau
mengulang permohonan untuk menangani kembali panggilan diantara kedua sel site.
Sel asal akan memutuskan hubungan jika
mobile station sudah sungguh-sungguh mantap dilayani oleh sel yang baru.
iii.
Kapasitas
Pada pengulangan frekuensi selular, interferensi dapat
diterima dengan tujuan meningkatkan kapasitas tetapi interferensi ini harus
dikendalikan. Sifat CDMA yang lebih mentolerir interferensi membuat pengulangan
frekuensi dilakukan dengan efektif. Pada modulasi pita sempit, pengulangan
frekuensinya tidak efektif karena persyaratan untuk memperoleh C/I sekitar 18
dB. Hal ini membutuhkan kanal yang dipakai dalam satu sel tidak boleh dipakai
oleh sel yang berdekatan. Pada CDMA kapasitas yang besar diperoleh terutama
karena frekuensi yang sama dapat dipakai oleh semua sel.
iv.
Deteksi
Aktivitas Suara
Pada komunikasi full
duplex dua arah, aktivitas percakapan {duty cycle) biasanya hanya
sekitar 40%, sisa waktu lainnya dipakai untuk mendengar. Hal ini ditunjukkan
oleh gambar 14. Karena pada CDMA semua pengguna memakai kanal yang sama, maka
bila ada pengguna-pengguna yang tidak sedang berbicara akan menyebabkan
berkurangnya interferensi total kira-kira 60%. Penurunan interferensi itu
terjadi karena dimungkinkannya mengurangi laju transmisi ketika tidak ada
percakapan sehingga mengurangi
interferensi yang secara langsung meningkatkan kapasitas. Hal ini juga
berakibat berkurangnya daya rata-rata yang dipancarkan oleh mobile station.
Gambar 14 Rata-rata
siklus pembicaraan (spurt) dan jeda (pause)
i.
Peningkatan
Kapasitas dengan Sektorisasi
Pada FDMA dan TDMA
sektorisasi dilakukan untuk mendapatkan
persyaratan C / I (mengurangi interfernsi). Sebagai akibatnya efisiensi trunking
dari kanal-kanal yang dibagi-bagi pada setiap sektor menurun. Pada CDMA
sektorisas; digunakan untuk meningkatkan kapasitas. Dengan membagi sel menjadi
tiga sektor maka diperoleh kapasitas hampir tiga kalinya.
ii.
Soft Capasity
Pada sistem selular
sekarang, spektrum yang ada dibagi-bagi oleh sel-sel, misalkan pada sistem FM
analog tiga sektor terdapat maksimum 57 kanal. Apabila
permintaan akan pelayanan meningkat, pemanggil ke-58 harus diberikan sinyal
sibuk. Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk menambah satu sinyalpun pada
kondisi semua kanal terpakai. Pada sistem CDMA, hubung-an antara jumlah
pengguna dengan tingkat pelayanan (grade of service) tidak begitu tajam,
sebagai contoh, operator dari sistem dapat mengijinkan meningkatnya bit
error rate sampai batas toleransi tertentu dengan demikian terjadi
peningkatan jumlali pelanggan yang dapat dilayani selama jam tersibuk. Kemampuan
ini sangat berguna khususnya untuk mencegah terjadinya pemutusan pembicaraan
pada proses handoff karena kekurangan kanal. Pada CDMA, panggilan tetap dapat dilayani dengan
peningkatan bit error rate yang masih dapat diterima sampai panggilan
lain berakhir.
b.
KAPASITAS RADIO SELULAR CDMA
Dalam selular CDMA
ada dua buah nilai CIRF (Co-channel interference reduction factor) masing-masing
disebut adjacent CIRF, qa = direct-sequence / R = 2, ini
berarti kanal radio yang sama dapat digunakan pada sel-sel bertetangga secara langsung. CIRF yang lain
disebut self-CIKF, qs = 1, ini berarti deretan kode yang berbeda menggunakan
kanal radio yang sama untuk membawa kanal trafik yang berbeda. Kedua nilai CIRF
ditunjukkan oleh gambar 15. Karena harga CIRF yang rendah, sistem CDMA ini
memiliki efisiensi frekuensi yang paling baik dibandingkan sistem yang lain.
Gambar 15 Ilustrasi dari dua harga CIRF.
C / I yang
diterima pada penerima berhubungan dengan Eb/I0 baseband.
(21)
dimana : Eb = laju bit per detik
Io = daya interferensi per Hertz
Rb = laju bit per detik
Bc = bandwidth kanal
radio dalam Hertz
Pada CDMA semua deretan kode, misalkan N buah, akan
me-makai satu kanal yang sama. Di dalam satu kanal radio, satu deretan kode
akan mengalami interferensi dari N-1 deretan kode lainnya. Sebagai
hasilnya level interferensi selalu lebih tinggi dari level sinyal (C / I lebih
kecil dari 1).
(C / I), yang
dibutuhkan pada selular CDMA dapat diperoleh dari persamaan 21 jika digunakan:
Bc = 1,25 MHz, Rb - 8
kbps
Eb/Io = 7
dB diperoleh (C / I)s = 0,032 = -15 dB
Eb /I0 = 4,5 dB diperoleh (C /I)s = 0,01792 =
-17,5 dB
Selanjutnya akan diturunkan kapasitas radio dari sistem,
dengan perhitungan berdasarkan kanal forward, kapasitas radio itu dapat
ditingkatkan dengan power control.
Kapasitas Radio tanpa Power Control
Kapasitas radio
dihitung dari perbandingan C//kanal for-ward (C / I)s yang
diterima oleh mobile station pada lingkaran terluar sel seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 16 adalah (interferensi dari sel lain yang sangat jauh
dan oleh sumber lain diabaikan).
Dimana : A
= interferensi dari pemakai
lain dalam sel yang sama
B = interferensi dari dua sel tetangga terdekat
C = interferensi
dari 3 sel intermediate range
D = interferensi
dari 6 sel jauh (distant cells)
dan α adalah faktor konstanta, M adalah jumlah dari kanal
trafik. (C / I)s dapat diperoleh dari persamaan 2.1 sedangkan M
diperoleh dari persamaan.22:
= 0,032 M
= 9,736
= 0,01792 M
= 17,15
kapasitas
radio m, adalah :
jumlah kanal trafik per sel (23)
Dalam hal ini K
= /3 = 4/3=
1,33 sehingga akan diperoleh nilai m:
m = 9,736 / 1,33 =
7,32 kanal trafik per sel untuk Eb/N0=7 dB
= 17,15 / 1,33 = 12,9 kanai trafik per sel untuk = 4,5dB
Kapasitas dengan Power Control
Kapasitas dari
sistem CDMA itu dapat ditingkatkan dengan menggunakan power control yang seeuai
baik pada kanal reverse maupun pada kanal forward. Pada kanal forward,
power control akan menyebabkan interferensi antara sel-sel yang berdekatan
berkurang. Makin kecil interferensi yang terdapat pada suatu sel, makin besar
nilai Myang diperbleh. Dari persamaan 22 apabila interferensi dari sel
lain tidak ada (sel tunggal) maka (C/I)s yang diperoleh adalah:
(24)
untuk
:
= 0,032 M
= 30,25
= 0,01792 M
= 54,8
dengan membandingkan persamaan 22 dan 24 dapat dilihat
bahwa total kapasitas trafik M menurun drastis dengan adanya
interferensi dari sel lain. Interferensi dari sel lain tidak dapat dihindari,
kita hanya dapat menguranginya dengan menggunakan power control. Power
control diperlukan untuk menentukan berapa daya yang diperlukan bagi mobile
station yang dekat dan berapa daya yang diperlukan untuk mobile station yang
jauh.
Misalkan daya pancar pada sel site untuk mobile station
ke-j adalah Pj yang proporsional dengan :
(25)
dimana rj adalah jarak antara sel site dengan mobile station
ke-j dan n adalah suatu
bilangan. Dengan menguji nilai dari n pada persamaan 3.25, diperoleh bentuk
power control dengan n = 2 akan memberi kapasitas optimum 'tetapi masih
memenuhi per-syaratan sinyal kanal. forward yang masih dapat menjangkau mobile station pada near-end yang
berjarak rj dari sel site dengan pe-ngurangan
daya.
(26)
dengan PR adalah daya yang dibutuhkan
untuk mencapai mobile station yang berada pada Iingkaran terluar R. Jika
M buah mobile station dilayani oleh M kanal trafik dari semua mobile station
diasumsikan teridistribusi merata pada sebuah sel. Maka:
(27)
dimana . Ada L grup mobilestation; masing-masing L adalah daerah-daerah lingkaran yang mengelilingi sel site
dalam sebuah sel. M1 adalah jumlah dari mobile station yang berada
pada grup ke-1 yang tergantung pada lokasinya dan k adalah konstanta. Daya
pancar total dari sel site adalah:
(28)
karena rL adalah jarak dari sel site ke
lingkaran luar sel, rL = R maka persamaan 28 menjadi:
(29)
Jumlah total dari mobile station M dapat diperoleh
sebagai:
(30)
Dengan
subtitusi 3.29 ke 3.30 diperoleh :
(31)
Jika daya sebesar /^diterapkan pada kanal sebanyak M maka :
Pt
= M.PR (32)
Dengan membandingkan persamaan 31 dan 32 diperoleh daya pancar total berkurang
setengahnya apabila digunakan power control.
(C/I)s dari mobile station yang berjarak ro dan dekat sel site adalah:
(33)
dalam hal ini interferensi dari sel yang lain diabaikan.
(C / I)s dari
mobile station yang berjarak R
(terletak pada lingkaran terluar) adalah:
(34)
Nilai M dan m dapat dicari dari persamaan 34 dengan memakai kontrol daya:
M = 18,87 m = 14,19 untukC/I = 0,032 (-15 dB)
M = 23,7 m = 28,33 untuk C/I = 0,01792 (-17 dB) (35)
Nilai dari (C/I), yang diterima pada mobile station pada
jarak ro dapat dihitung dari persamaan 33, nilai ini harus memenuhi
persamaan 3.34:
(36)
Ratio pengurangan daya (ro / R)2
pada persamaan 36 tidak dapat kurang dari 0,302 untuk mobile station yang
berlokasi kurang dari ro = 0,55 R. Jika diset daya terendah pada
0,302 Pr, daya total menjadi:
(37)
untuk
ro/R = 0,55, maka (ro/R)4 = 0,0913
daya
pancar Pt pada persamaan 37 harus diatur sebagai :
(38)
Persamaan 38 menunjukkan bila daya terendah per kanal
trafik dibuat 0,302 Pr untuk
melayani mobile station dengan jarak lebih kecil atau sama dengan ro,
ro = 0,55R, maka daya total pada sel site meningkat dengan
faktor 1,0913 jika dibandingkan dengan pada persamaan 29. Dengan daya yang
terukur Pt pada persamaan 29 maka harga M dan m yang sebenarnya
berkurang menjadi:
m = 13 untuk C/I = 0,032
m = 125,96 untuk C/I = 0,01792 (39)
Dengan membandingkan persamaan 35 dengan 39 diperoleh
perbedaan yang tidak berbeda jauh. Jadi bila pengaturan daya pancar minimal
dilakukan hasilnya tidak berbeda jauh. Semua kapasitas radio yang didapat belum
memanfaatkan deteksi akti-vitas suara dan sektorisasi yang umum dilakukan pada
penerapan secara komersial.
0 komentar:
Posting Komentar