SISTEM TRANSMISI DIGITAL
Pada pembahasan sebelumnya,
membicarakan tentang karakteristik pokok dari blok-blok digital link transmisi
fiber optik yang terdiri dari medium transmisi fiber optik, sumber optik,
photodetector, dan hal-hal yang berhubungan dengan receiver dan konektor serta
bagaimana bagian-bagian ini dipakai bersama-sama untuk membentuk digital link
transmisi fiber optik.
Pembahasan pertama tentang kasus yang
sederhanan yaitu link point to point. Komponen-komponen dan syarat-syarat dari
sistem ditetapkan melalui analisis pengaturan power apakah cocok dengan
syarat-syarat pelemahan atau diperlukan repeater untuk menaikkan level daya.
Langkah terakhir adalah menganalisis rise-time sistem untuk menguji bahwa semua
persyaratan sistem yang ada telah terpenuhi.
Berikut ini tentang line-coding scheme
dimana cocok untuk transmisi data digital melalui fiber optik. Scheme coding
digunakan untuk memperlihatkan ketidakteraturan dan kelebihan pada berkas
informasi digital untuk memastikan pendapatan timing yang efisien dan
memudahkan dalam memonitor kesalahan pada receiver.
Metode yang sederhana tetapi sangat
bermanfaat dalam pemasukan karakteristik transmisi data adalah teknik
eye-patern. Metode ini telah digunakan untuk sistem kabel.
8.1 Link
Point-To-Point
Transmisi paling sederhana adalah
garis point-to-point yang mempunyai sebuah pemancar di salah satu ujung dan
sebuah penerima di ujung yang lain, dapat dilihat pada Gambar 8-1. Tipe ini
merupakan dasar dari sistem yang lebih kompleks.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk
menganalisa link adalah :
1. Jarak transmisi yang
diinginkan (atau yang mungkin)
2. Rate data atau
bandwidth dari channel
3. Bit error rate (BER)
Gambar 8-1
Untuk memenuhi syarat-syarat ini, maka
karakteristik-karakteristik yang berhubungan dengan komponen-komponen yang
dipilih adalah sebagai berikut :
1. Multimode atau
single-mode fiber optik
(a) Ukuran dari core
(b) Profil indeks bias
dari core
(c) Bandwidth atau
dispersi
(d) Pelemahan
(e) Numerical aperture
atau diameter dari mode-field
2. Sumber optik LED atau
laser dioda
(a) Panjang gelombang
emisi
(b) Lebar garis spectral
(c) Power output
(d) Daerah radiasi yang
efektif
(e) Spektrum emisi
(f) Jumlah dari emitting
modes
3. PIN atau avalanche
photodiode
(a) Responsivity
(b) Operating wavelength
(c) Kecepatan
(d) Sensitivitas
Dua analisis yang biasanya digunakan
untuk memastikan bahwa sistem yang diinginkan telah terpenuhi adalah link
power budget dan rise-time budget sistem. Pada analisa link power
budget, mula-mula menentukan rentang power antara output optikal transmitter
dan sensitivitas minimum dari receiver sehingga sesuai dengan spesifikasi dari
BER. Kemudian batas ini dapat dialokasikan ke konektor, sambungan dan
kerugian-kerugian fiber, ditambah beberapa batasan lain yang diperlukan untuk
degradasi atau efek temperatur dari komponen-komponen yang dipakai.
Setelah analisa dengan link power
budget telah terbukti maka selanjutnya menggunakan analisa rise-time sistem
untuk memastikan bahwa sistem yang diinginkan telah terpenuhi.
8.1.1 Sistem
Pertimbangan
Pada link power budget, mula-mula kita
menentukan panjang gelombang yang akan ditransmit dan kemudian memilih
komponen-komponen yang beroperasi pada batas ini. Untuk jarak yang pendek maka
kita beroperasi pada panjang gelombang 800-900 nm sedangkan untuk jarak yang
relatif jauh maka kita beroperasi pada panjang gelombang 1300-1550 nm, hal ini
agar pelemahan dan dispersinya rendah.
Setelah kita menentukan panjang
gelombang maka kita menentukan karakteristik dari receiver, transmitter dan
fiber optik dengan cara memilih dua karakteristik diatas, kemudian untuk
karakteristik yang ketiga dihitung sehingga sesuai dengan sistem yang
dikehendaki. Setelah itu kita memilih photodetector dan kemudian sumber optik.
Dalam pemilihan photodetector maka
kita harus menentukan power minimum optikal yang hilang pada photodetector
untuk memenuhi syarat dari BER. Receiver pin photodiode lebih stabil pada
perubahan temperatur dan lebih murah dibandingkan dengan receiver avalanche
photodiode. Bias voltages dari photodiode lebih kecil dari 50 V, sedangkan
untuk avalanche mencapai beberapa ratus volt. Tetapi sensitifitas dari
avalanche jauh lebih baik daripada pin photodetector.
Parameter-parameter yang berhubungan
dengan penggunaan daripada LED atau laser diode adalah Dispersi signal, data
rate, jarak transmisi dan harga. LED mempunyai lebar spectral pada daerah
800-900 nm dan limit karakteristik dispersi dari fiber silica sekitar 150
(Mb/s) km. Untuk harga yang lebih tinggi [diatas 2500(Mb/s) km] maka harus
dipakai laser. Untuk laser InGaAsP dapat mencapai sampai 25 (Gb/s) km.
Laser mempunyai power 10 sampai 15 dB
lebih besar dibandingkan dengan LED, selain itu laser lebih memungkinkan jarak
pengulangan transmisi yang lebih besar. Hal ini menyebabkan harga laser diode
lebih mahal dan rangkaian transmitternya jauh lebih kompleks.
Untuk fiber optiknya kita dapat
memilih antara single-mode atau multimode dimana corenya juga terdiri dari step
atau graded indeks. Pemilihan ini tergantung dengan cahaya sumber yang
digunakan dan nilai dispersi yang dapat ditoleransi. LED biasanya digunakan
untuk multimode walaupun LED juga dapat digunakan untuk single-mode. Power
optikal dari LED dapat digabung, hal ini bergantung dengan perbedaan indeks
dari core-cladding D , dimana dapat direalisasikan menjadi numerical aperture
dari fiber (untuk D = 0,01 maka numerical aperture NA » 0,21). D bertambah maka
power dari fiber gabungan tersebut juga akan naik secara bersamaan dan dispersi
juga semakin besar.
Baik single-mode atau multimode dapat
digunakan dengan laser diode. Single-mode dapat menghasilkan jarak bit-rate
dengan harga 30 (Gb/s) km. Tetapi single-mode mempunyai ukuran core yang kecil
(5 sampai 16 m m) sehingga ini lebih sulit dibandingkan dengan multimode yang
mempunyai diameter core 50 m m.
Dalam memilih karakteristik pelemahan
dari kabel fiber, perlu diperhatikan juga kerugian yang diakibatkan oleh proses
pengabelan karena menambah pelemahan pada fiber itu sendiri. Hal ini menyangkut
konektor dan rugi-rugi sambungan serta rugi-rugi induksi yang dapat disebabkan
oleh variasi temperatur, efek radiasi.
8.1.2 Kerangka Power
Link
Rugi-rugi power dari model
point-to-point terlihat pada gambar 8-2. Power receiver pada photodetector
bergantung dari jumlah gabungan sinar yang masuk ke fiber dan rugi-rugi yang
ada. Tiap rugi dari elemen dapat digambarkan dalam decibels (dB) seperti :
Pout
Loss = 10 log ¾ (8-1)
Pin
dimana Pin dan Pout
adalah power yang masuk dan keluar dari rugi-rugi elemen.
Gambar 8-2
Total rugi-rugi power optikal yang
diperbolehkan PT adalah rugi-rugi pada pelemahan kabel, rugi-rugi konektor,
rugi-rugi sambungan dan sistem batas. Apabila PS adalah power optikal
yang timbul pada saat akhir fiber menerima sumber cahaya.dan jika PR
adalah sensitivitas dari receiver, maka
PT = PS – PR = 2 lc + a f L +
sistem batas (8-2)
dimana lc adalah rugi-rugi
konektor, a f adalah pelemahan fiber (dB/km), L adalah jarak transmisi
dan harga sistem batas diambil pada 6 dB. Kita asumsikan bahwa panjang kabel L
mempunyai konektor hanya pada akhir (tidak diantaranya). Rugi-rugi sambungan
tidak dimasukkan untuk mempermudah perhitungan .
Data rate 20 Mb/s dan BER 1exp –9.
Receiver adalah silicon pin photodiode beroperasi pada 850 nm. Gambar 8-3
memperlihatkan input signal receiver adalah –42 dBm. Led GaAlAs 50 m W (-13
dBm) dimana diameter corenya 50 m m. Rugi-rugi power yang diperbolehkan 29 dB.
Diasumsikan rugi-rugi 1 dB terjadi ketika fiber dihubungkan
Gambar 8-3
dengan kabel dan rugi-rugi konektor
lainnya yang terjadi pada sambungan antara kabel dan photodetector adalah 1 dB.
Sistem margin 6 dB, jarak transmisi yang memungkinkan pada kabel dengan
pelemahan a f dB/km dapat ditemukan dari persamaan (8-2) :
PT = PS – PR = 29 dB
= 2 (1dB) + a f L + 6 dB
Jika a f = 3.5 dB/km maka jarak
transmisi yang mungkin adalah 6 km. Rancangan power link dapat dilihat secara
grafik pada gambar 8-4. Sumbu vertical menyatakan rugi-rugi power optikal yang
diperbolehkan antara transmitter dan receiver. Sedangkan sumbu horizontal
menyatakan jarak dari transmisi. Silicon pin receiver mempunyai sensitifitas
–42 dBm (pada 20 Mb/s) dan LED dengan output power –13 dBm. Kita mengurangi
rugi-rugi konektor setiap akhir dengan 1 dB dimana total batas 27 dB. Slope
pada gambar 8-4 adalah rugi-rugi kabel 3.5 dB/km. Garis ini mulai pada –14 dBm
dan berakhir pada –35 dBm. Titik potong D menyatakan maksimum dari jarak
transmisi yang memungkinkan
Gambar 8-4
8.1.3. Rise Time Budget
Analisa rise time budget merupakan
suatu metode yang mudah untuk mengurangi limitasi / batasan dispersi dari suatu
hubungan serat optik. Dalam pendekatan ini, total rise time tsys
dari suatu link adalah akar kuadrat dari rise time tiap-tiap kontributor ti
terhadap degradasi pulsa rise time :
( 8-3 )
Empat elemen dasar yang dapat secara
spesifik membatasi kecepatan adalah rise time transmitter ttx ,
rise time dispersi material tmat dari serat, rise time
dispersi modal tmod dari serat dan rise time receiver trx.
Pada umumnya, degradasi total transition-time dari suatu hubungan digital tidak
boleh lebih dari 70% dari NRZ
( non-return-to-zero ) periode bit
atau 35% dari data RZ ( return-to-zero ), dimana satu periode bit didefinisikan
sebagai resiprocal dari data rate.
Rise time transmitter dapat dianggap
berasal dari sumber cahaya dan rangkaian pembangkitnya. Hasil rise time
receiver diperoleh dari respons photodetector dan bandwidth elektrik 3-dB pada
ujung-ujung depan receiver. Respon dari ujung-ujung receiver dapat dirumuskan
oleh filter lowpass derajat satu yang memiliki fungsi step :
dimana Brx adalah
bandwidth elektrik 3-dB dan u(t) sebagai fungsi unit step yang harganya
1 untuk dan 0 untuk t < 0. Rise time trx
dari receiver biasanya didefinisikan sebagai interval waktu antara dan . Karena itu, jika Brx
diberikan dalam satuan megaHertz, maka rise time ujung depan receiver dalam
satuan nanodetik adalah :
(8-4 )
Untuk serat-serat multimode, rise
timenya tergantung pada dispersi modal dan material. Analisisnya lebih rumit,
karena merupakan fungsi dari panjang serat, tipe dari sumber optik yang
digunakan dan panjang gelombang yang beroperasi.
Dalam prakteknya, hubungan serat optik
jarang terdiri dari suatu serat yang kontinu dan terpisah. Kesulitan dalam
memperkirakan bandwidth dari suatu seri dari serat-serat yang dihubungkan dalam
satu rangkaian muncul dari observasi bahwa total rute bandwidth dapat merupakan
fungsi dari derajat dimana serat-serat digabungkan.
Dari pengalaman lapangan praktek telah
ditemukan bahwa bandwidth BM dalam suatu hubungan dengan
panjang L dapat dinyatakan dalam suatu perkiraan yang masuk akal oleh
hubungan empiris :
( 8-5 )
dimana parameter q memiliki
range antara 0.5 dan 1, dan B0 adalah bandwidth dari panjang
kabel 1-km. Harga q = 0.5 menandakan percampuran mode kecil. Berdasarkan
percobaan, perkiraan masuk akal adalah q = 0.7.
Pernyataan lain untuk BM berdasarkan
pembentukan kurva dari data eksperimental adalah :
( 8-6 )
dimana parameter q memiliki
range antara 0.5 ( penambahan secara kuadrat ) dan 1 ( penambahan secara linier
) dan Bn adalah bandwidth pada bagian serat ke-n. Oleh karena
itu, persamaan ( 8-6 ) dapat dituliskan :
( 8-7 )
dimana adalah pelebaran pulsa yang terjadi melalui
bagian N kabel dimana pelebaran pulsa individual diberikan oleh tn.
Pernyataan empiris ketiga diberikan
oleh Eve untuk pelebaran pulsa dalam hubungan yang terikat dengan N serat
adalah :
( 8-8 )
dimana rpk adalah
koefisien korelasi antara serat ke-p dan ke-k. Magnitudenya diharapkan berada
pada range antara 0 dan 1 untuk percampuran mode kecil dan kuat.
Kini kita perlu mencari hubungan
antara rise time dari serat dan bandwidth 3-dB. Untuk itu kita menggunakan
variasi pernyataan yang diturunkan dari Midwinter. Kita misalkan daya optik muncul
dari serat memiliki respon gaussian sementara dengan persamaan :
( 8-9 )
dimana s adalah lebar pulsa rms /
rata-rata.
Transformasi Fourier dari fungsi
diatas adalah :
( 8-10 )
Dari persamaan ( 8-9 ) waktu dibutuhkan agar pulsa dapat mencapai setengah
nilai maksimumnya, yang mana, waktu yang dibutuhkan untuk memiliki :
( 8-11 )
diberikan oleh :
( 8-12 )
Jika kita mendefinisikan waktu sebagai lebar penuh dari pulsa pada setengah
nilai maksimumnya, maka :
( 8-13 )
Bandwidth optik 3-dB B3-dB
didefinisikan sebagai frekuensi modulasi pada saat tenaga optik yang diterima turun
sampai 0.5 dari nilai frekuensi zero. Karena itu, dari persamaan ( 8-10 ) dan (
8-13 ) dapat kita simpulkan bahwa hubungan antara rise time lebar penuh pada
setengah maksimum dan bandwidth optik 3-dB sebagai :
( 8-14 )
Dengan menggunakan persamaan ( 8-5 )
untuk bandwidth optik 3-dB dari hubungan serat dan membiarkan menjadi rise time yang dihasilkan dari
dispersi modal, maka dari persamaan ( 8-14 ) :
( 8-15 )
Jika tmod dinyatakan
dalam satuan nanodetik dan BM dalam satuan megaHertz, maka :
( 8-16 )
Dengan mensubstitusikan persamaan (
3-20 ), ( 8-4 ) dan ( 8-16 ) ke persamaan ( 8-3 ) maka didapatkan :
( 8-17 )
dimana semua waktu dalam satuan
nanodetik, s l adalah lebar spektral dari sumber optik dan Dmat
adalah faktor dispersi material dari serat dalam satuan nanodetik per nanometer
per kilometer. Dalam daerah 800 – 900 nm, harga Dmat sekitar
0.07 ns/(nm.km), sedangkan untuk daerah 1300 nm dapat diabaikan.
8.1.4. Jarak Transmisi First-Window
Gambar 8-5 menunjukkan limitasi /
batasan atenuasi dan dispersi dalam jarak transmisi secara berulang-ulang
sebagai suatu fungsi data rate untuk kombinasi pin / LED dengan panjang
gelombang pendek ( 800 sampai 900 nm ). BER diambil sebesar untuk semua data rate. Daya output LED
fiber-coupled diasumsikan sebagai konstanta -13 dBm untuk semua data rate
diatas 200 Mb/s. Kurva batas atenuasi kemudian diturunkan dengan menggunakan
fiber loss pada 3.5 dB/km dan sensitivitas receiver seperti pada gambar 8-3.
Gambar 8-5
Batas dispersi tergantung pada
dispersi material dan modal. Dispersi material pada 800 nm sebesar 0.07
ns/(nm.km) atau 3.5 ns/km untuk LED dengan lebar spektral 50 nm. Kurva diatas
menunjukkan batas dispersi material tanpa dispersi modal. Batas ini diambil
pada jarak dimana tmat adalah 70% dari periode bit. Dispersi
modal diturunkan dari persamaan ( 8-15 ) untuk serat dengan produk
bandwidth-distance 800 MHz.km dan dengan q = 0.7. Batas dispersi modal kemudian
diambil pada jarak dimana tmod adalah 70% dari periode bit.
Jarak transmisi yang semakin besar
adalah mungkin jika dioda laser digunakan dalam konjungsi dengan sebuah
photodioda avalanche.
8.1.5. Jarak Transmisi untuk Hubungan
Single-Mode
Dalam hubungan single-mode yang
beroperasi pada 1550 nm, dispersi dari serat adalah mengenai efek-efek material
dan waveguide, karena tidak adanya dispersi modal. Kita ambil dispersi dengan D
= 2.5 ps/(nm.km) dan atenuasinya 0.3 dB/km pada 1550 nm. Sebagai sumbernya kita
pilih sebuah laser feedback terdistribusi ( DFB ) yang mengkopel 0 dBm dari
daya optik ke serat dan yang memiliki lebar spektral s l = 3.5 nm. Receivernya
dapat menggunakan InGaAs avalanche-photodiode ( APD ) dengan sensitivitas Pr
= 11.5 log B – 71 dBm atau pin InGaAs….
Gambar 8-6
8.2 Pengkodean jalur (Line Koding)
Pembuatan jalur fiber optik harus
memperhatikan format dari sinyal yang akan dikirim.Hal ini penting karena dalam
praktek pelaksanaan hubungan data fiber optik, sirkuit pemberi keputusan pada
penerima harus bisa memberikan informasi penghitungan waktu yang tepat dari
sinyal optik yang datang .Tiga tujuan utama penghitungan waktu adalah supaya
sinyal dapat di-sampling oleh penerima pada saat signal-to-noise
ratio pada keadaan maksimum, untuk mempertahankan jarak pulsa yang
diperlukan, untuk memberi tanda mulai dan akhir dari interval waktu. Sebagai
tambahan, meskipun kesalahan yang dihasilkan channel noise dan mekanisme
distorsi dapat mempengaruhi proses pendeteksian sinyal, diharapkan sinyal optik
dapat meningkatkan kemampuan deteksi kesalahan. Bentuk ini dapat dihubungkan
dengan jalannya data dengan merestrukturisasi atau encoding.
Pe-encoding-an sinyal
menggunakan suatu set peraturan untuk menyusun simbol-simbol sinyal dalam pola
tertentu. Proses ini disebut channel atau pengkodean hubungan.Tujuannya adalah
untuk memeriksa bermacam-macam tipe kode jalur yang cocok untuk transmisi
digital pada jalur fiber optik. Kode-kode yang dimaksud di sini dibatasi pada
kode biner karena paling banyak digunakan pada kode-kode elektris dan paling
menguntungkan pada untuk sistem optik.
Salah satu fungsi yang paling
prinsipil dari kode jalur adalah untuk memperkenalkan redundansi pada aliran
data yang bertujuan untuk meminimalkan kesalahan yang dihasilkan efek pengaruh
channel. berdasarkan jumlah redundansi yang yang diperkenalkan, setiap derajat
transmisi yang bebas kesalahan dari data digital yang dihasilkan, diperlihatkan
bahwa jumlah rata-rata data sudah termasuk redundansi adalah lebih kecil dari
kapasitas channel. Hasil tersebut dikenal dengan nama teori Shannon
channel-coding.
Meskipun sistem dengan bandwidth yang
besar dapat digunakan pada fiber optik, semakin besar bandwidth dapat
mengakibatkan kesalahan yang semakin besar, sehingga dalam pertimbangan
kesalahan ini, yang diinginkan adalah bandwidth minimum. Namun, bandwidth yang
besar dibutuhkan supaya data penghitungan waktu tersedia pada aliran data.
Pemilihan kode jalur tertentu dibutuhkan pertukaran antara pengukuran waktu dan
kesalahan bandwidth, yang ditentukan oleh karakteristik jenis aliran data.
Tiga tipe dasar kode jalur biner dua
level yang dapat digunakan pada transmisi fiber optik adalah format non-return-to-zero
(NRZ), format return-to-zero (FRZ), format phase-encoded (PE).
8.2.2 Kode NRZ
Bandwith kode NRZ sering digunakan
sebagai referensi untuk kode grup2 lainnya. Kode NRZ yang paling sederhana
adalah NRZ-Level (NRZ-L). Pada sebuah serial aliran data, sebuah sinyal hidup
mati (unipolar) direpresentasikan sebagai 1 jika melewati sebuah tegangan pulsa
atau cahaya yang dimasukkan pada seluruh periode bit, dan 0 dimana tidak ada
pulsa yang ditransmisikan. Kode-kode itu mudah dihasilkan dan dikoding tetapi
mereka tidak mempunyai pencari kesalahan yang baik atau kemampuan mengkoreksi
dan tidak mempunyai penghitung waktu sendiri.
Pengkodean NRZ membutuhkan bandwith
yang minimum tetapi daya input rata-rata pada penerima tergantung pada pola
data.Gambar 8-8 menunjukkan efek base line wander yaitu daya yang diterima
mempunyai level yang tinggi terjadi pada jalur panjang yang terdiri dari 1 bit.
Efek ini disebabkan karena akumulasi ekor pulsa yang meningkat dari
karakteristik frekuensi rendah dari filter ac-capling pada penerima.
Apabila penerima mengembalikan nilai
sebenarnya setelah 16 bit selesai, kesalahan akan terjadi apabila 1 bit
selanjutnya, kode NRZ 1 atau 0 tidak memiliki informasi penghitungan waktu.
Meskipun waktu dalam system cenderung stabil, N bits bisa salah
direpresentasikan menjadi N-1 atau N+1 bit, meskipun system yang stabil memakan
ongkos yang tinggi dan lambat mencapai sinkronisasi. Dua teknik yang sering
digunakan untuk mengurangi interval waktu yang panjang yang disebabkan tidak
ada transisi level adalah kode blok dan pengacakan. Pengacakan menghasilkan
pola data acak dengan penambahan modulo-z dari sequence bit dengan aliran data.
Pada penerima bit tersebut juga dilakukan penambahan modulo-z dan bit asal
dikembalikan seperti semula. Kode NRZ dalam eksperimen dapat ditransmisikan
pada 11Gb/detik melewati 81 km.
(Gb 8-7)
(Gb 8-8)
8.2.2 Kode RZ
Pada kode RZ, untuk mencukupi bandwith
margin yang ada, setiap data bit dapat encoding sebagai dua jalur kode bit
optik. Kode ini melakukan transisi level sinyal pada periode bit untuk
meneyediakan informasi pengukuran waktu. Pada data RZ, unipolar data bit 1
direpresentasikan pada setengah periode pulsa optik yang dapat terjadi pada
setengah di depan ataupun setengah di belakang. Nol direpresentasikan dengan
tidak adanya sinyal pada periode bit.
Kerugian format RZ unipolar adalah bit
0 yang panjang dapat menyebabkan kerugian pada waktu sinkronisasi format data.
Yang tidak mempunyai batasan ini adalah biphase atau kode optik manchester.
Pada kode ini transisi terjadi di tengah tengah interval bit. Transisi negatif
menghasilkan bit 1, transisi positif menghasilkan bit 0.
8.2.3 Kode Blok
katagori yang efesien dari kode biner
redundant adalah mBnB kelas kode blok. Dalam kelas kode-kode ini, blok dari m
bit biner dikonversi menjadi blok yang lebih panjang dari n>m bit biner.
Blok baru tersebut ditransmisikan dalam bentuk NRZ atau RZ. Penambahan bit
redundant menghasilkan penambahan bandwith sebesar rasio n/m. Dengan penambahan
bandwith kode blok mBnB menyediakan cukup waktu dan informasi kesalahan, dan
tidak dapat masalah baseline wander.Konsep yang digunakan pada kode blok adalah
akumulasi atau pelaksanaan disparity, yaitu perbedaan kumulatif antara bit 1
dan 0.Perbedaan beberapa kode mBnB dapat dilihat pada tabel 8-1.
Parameter-parameternya adalah :
1. Rasio n/m, menghasilkan penambahan
bandwith
2. N max dari synbol
konsekutif yang identik
3. Akumulasi disparity D
4. Persentase W dari n-bit
word yang tidak terpakai.
(tabel 8-1)
8.3. Pola Mata
Teknik pola mata merupakan metode
untuk kemampuan memperlakukan data dari system transmisi digital. Pengukuran
pola mata dilakukan pada domain waktu dan mengijinkan efek bentuk distorsi
gelombangterlihat pada osiloskop.
Output dari pseudo random pola data generator
diaplikasikan dengan input vertikal dari osiloskop dan data digunakan untuk
melakukan trigger horizontal. Hasil pola ini disebut pla mata karena membentuk
pola mata manusia.
(Gb 8-10 : equipment dasar yang
digunakan untuk menghasilkan pola mata)
(Gb 8-11 : contoh diagram pola mata)
Untuk mengukur kinerja metode pola
mata dapat dilakukan dengan pendekatan sinyal data random. Sinyal tipe ini
menghasilkan 1 dan 0 dalam bentuk uniform tetapi dengan cara random.
Bermacam-macam pola pseudo random pola generator disediakan untuk tujuan ini.
(Gb 8-13)
Suatu sistem yang mempunyai kemampuan
dalam mengirim informasi dapat dilihat pada eye-pattern display. Untuk
menggambarkan eye-pattern maka pada gambar 8-13 terdapat suatu bentuk sederhana
dari eye-pattern. Untuk mengetahui tentang signal amplitudo distortion, timming
jitter, dan sistem rise time dapat dijelaskan sebagai berikut:
Lebar dari eye opening
didefinisikan sebagai interval waktu lebih yang diterima signal. Hal ini dapat
disampling tanpa error dari intersymbol interference. Waktu terbaik untuk
sampling bentuk gelombng yang diterima adalah ketika tinggi dari eye opening
lebar.
Tinggi dari eye opening
mengakibatkan terjadinya amplitudo distortion pada signal data. Distorsi
maximum terjadi saat posisi vertikal antara puncak dari eye openning dan signal
pada level maximum. Besar dari eye closure sulit untuk dideteksi oleh signal.
Tinggi dari eye openning
pada spesifikasi time sampling menunjukkan batas adanya noise atau kemampun
signal terhadap noise. Noise margin adalah persentasi ratio dari puncak
tegangan signal V1 dibagi tegangan signal maximum V2 .
Puncak tegangan signal V1 untuk pergantian bit sequence ( membatasi
dengan tinggi dari eye openning ), sedang untuk tegangan signal maximum V2
diukur dari level thershold, seperti ditunjukkan pada gambar 8-13.
Noise margin ( persent ) =
V1 x 100 %
V2
Waktu rata – rata dari eye
closes beragam, hal ini merupakan faktor yang mentukan sensitifitas dari sistem
terhadap terjadinya error. Terjadinya error kemungkinan pada saat terjadi
transisi turun dari signal.
Timing jitter ( merupakan acuan untuk edge
jitter atau phase distortion ) pada sistem fiber optic timbul dari
noise pada penerima dan pulse distortion pada fiber optic. Jika signal sampling
pada level sedang dari interval waktu ( hal ini merupakan setengah dari waktu
ketika signal menyilang pada level threshold ), kemudian terjadi distortion D T
pada level threshold hal ini menunjukkan terjadinya jitter. Timing jitter
ditunjukkan sebagai berikut :
Timming jitter ( percent )
= D T X 100 %
Tb
dimana Tb adalah satu
interval bit.
10 sampai 90 persen waktu
naik dan turun dari signal dapat dengan mudah diukur dengan menggunakan
referensi 0 dan 100 persen level yang dihasilkan dengan panjang string masing –
masing dari nol dan satu.
Ketidak linearan dari
pengiriman cahrakteristik pada suatu chanel akan menyebabkan terjadinya
asymmetry di dalam eye pattern.
8.4 Pengaruh Noise Terhadap Kemampuan
System
Pada bab 8.1 kita mengasumsikan bahwa
daya optic tergantung pada photodetector. Pada kenyataanya interaksi yang
terjadi antara spectral imperfection pada penyebaran daya optic dan
penghamburan waveguide menimbulkan variasi pada level daya optic. Yang
mempengaruhi daya optic adalah modal noise, wavelength chirp, spectral
broadening induced by optical reflection back into laser, dan mode-partition
noise.
8.4.1 Modal Noise
Modal noise timbul ketika cahaya dari
laser yang coherent menyatu didalam suatu multimode fiber. Hal ini tidak
menjadi suatu masalah untuk operasi sekitar 100 Mb/s tetapi akan berpengaruh
pada kecepatan sekitar 400 Mb/s dan lebih tinggi. Faktor- faktor yang dapat
menimbulkan noise pada sambungan fiber optic :
Kerusakan mekanik selama
penyambungan, seperti vibration conector, splice, microbend, dan sumber atau
detector coupling, dapat berakibat pada perbedaan moda delay atau modal dan
spatial filter pada daya optic. Hasil ini mengakibatkan fluktuasi pada specle
pattern pada saat selesai menerima signal, sehingga menyebabkan modal noise
pada penerima.
Fluktuasi pada frekewensi
yang terjadi pada optical source dapat juga timbul pada intermodal delay. Pada
waktu yang choherent suatu sumber choherent berbentuk speckle pattern lebih
besar daripada intermodal dispersion d T pada fiber, jika sumber frekwensi
mempunyai lebar d f, kemudian dengan waktu choherent adalah 1/ d f. Modal noise
terjadi ketika speckle pattern berfluktuasi, hal ini terjadi ketika sumber
waktu choherent menjadi lebih kecil daripada intermodal dispersion time. Modal
distortion terjadi dari interferensi diantara suatu single pair dari mode
ketika timbul suatu rippel sinusoidal pada frekwensi.
f = d T df source
dt
dimana dfsource / dt adalah
rata – rata dari frekwensi optic.
Beberapa penemuan menyelidiki
bagaimana kemampuan modal noise mengatasi bit error rate ( BER ) pada saluran
digital. Sebagai contoh pada gambaar 8-14 digambarkan error rata- rata dengan
penambahan pada modal noise untuk sistem penerima avalanche-photodiode. Dari
analisa didapat untuk 280 Mb/s pada 1200nm dengan suatu penerima pulsa
gaussian-shaped. Faktor M’ pada gambar ini relatif untuk angka oada speckles
pada photodetector. Untuk angka yang sangat luas pada speckles ( M’ = 2910 ),
kurva error rata- rata sangat menutup. Hal ini terjadi ketika tidak ada modal
noise. Ketika M’= 50 , ada penambahan sebesar 1.0 dB pada penerima daya optic
untuk menjaga error rata – rata pada 10-6. Ketika M’=20 terjadi satu
penambahan lagi menjadi 2.0 dB pada daya optic untuk menjaga pada 10-6
BER , hal ini terjadi pada kejadian tanpa modal noise. Angka ini akan menjadi
4,9 dB ketika M’ = 4.
Kemampuan dari high-speed,
laser-basedmultimode pada saluran fiber sulit untuk diprediksi, karena pengaruh
noise yang timbul dapat mempengruhi hal tersebut. Keamanan yang paling baik
adalah melakukan tahap menjauhkan diri dari noise. Untuk itu dapat dilakukan
hal-hal berikut :
Gunakan LEDs ( yang
mempunyai dumber inchoherent ). Hal ini menjauhkan dari modal noise.
Gunakan laser yang
mempunyai large number pada mode longitudinal ( 10 atau lebih). Tambahkan
graininess pada speckle patern, kemudian kurangi intensits fluktuasi pada
mechanichal distruption pada saluran.
Gunakan fiber dengan large
numerical aperture.
Gunakan suatu single-mode
fiber. Hal ini mencegah terjadinya modal interferensi karena hanya ada satu
moda.
(Gb 8-15)
Gambar 8-15 menggambarkan
suatu conector atau splice point bergabung
bersama pada daya optic dari mode
dasar didalam higer-order pertama ( LP11 mode ). Pada sistem single-mode moddal
noise terjadi pada short connectorized patch-cord, didalam laser diode
flyleads, atau ketika dua high-loss splices berada pada jarak terpendek.Sedang
mode coupling tidak mempunyai masalah didalam saluran yang mempunyai long fiber
length diantara conector dan splice.
8.4.2 Mode-Partition Noise.
Noise-partition adalah kumpulan moda
dengan intensitas fluktuasi didalam moda longitudinal pada laser diode.Hal ini
sangat dominan pada single mode fiber. Intensitas fluktuasi dapat terjadi
diantara beberapa mode pada multimode laser ketika sekuruh output optic konstant
seperti ditampilkan gambar 8-16. Distribusi daya dapat sangat significant
keduanya dalam pulsa dan dari pulsa untuk pulsa.
(Gb 8-16)
Karena output pattern pada laser diode
adalah hihly directional maka sinar dari mode yang berfluktuasi dapat di couple
didalam single-mode fiber dengan efisiensi yang tinggi. Beberapa mode
longitudinal didalam fiber yaitu perbedaan attenuasi dan time delay dicouple
menjadi satu.
Signal to noise ratio yang terjadi
pada mode-partiiton noise adalah berdirisendiri pada signal daya, sehingga
rata-rata error seluruh sistem tidak dapat di perbaiki diluar dari limit set
dari noise ini. Hal ini sangat penting selain dari degradasi dari sensitivitas
penerima dengan dispersi chromatik.
Mode-partition noise menjadi pasti
untuk rata- rata bit tinggi. Error untuk mode-partittion noise dapat di kurangi
dan dieliminasi dengan setting pada bias point pada laser diatas thershold.
Biasanya timbulnya level daya output berkurang akibat adanya daya dari
signal-pulse.
Oleh karena adresses two-mode laser
yang lain, terletak disamping mode, dibawah lasing threshold. Dua hal tersebut
menarik untuk dipraktekkan, karena penyebaran dari mode-partition fluctuation
adalah penguraian dari gaussian. Maksudnya bahwa fluktuasi dapat mengakibatkan
tingkat kesalahan sangat tinggi pada sluruh laser kecuali yang terletak pada
non lasing mode adalah tertutup dengan baik.
Gambar 8-17 memperlihatkan hasil dari
sebuah analisis tradeoff diantara mode-partition-noise BER dan sistem dari BER
yang tidak terdapat pada mode-partition-noise. Garis membelok tersebut mewakili
penampilan keseluruhan sistem untuk kemungkinkan terjadi kesalahan pada 10-9
dan 10-12. Sebagai contoh, untuk memperlihatkan keseluruhan sistem
BER dari 10-9 dan juga mempunyai penerima error probability 10-12,
ukuran kesalahan yang dikehendaki untuk mode partitioning adalah lebih sedikit
dari 10-12, seperti terlihat pada point A. Perbandingan ini untuk
sebuah rasio mode-intensity dari Io/Jo @ 50, dimana Io adalah rata-rata
intensity dari lasing mode utama dan Jo adalah rata-rata intensity dari mode
nonlasing yang paling kuat.
Untuk mencegah terjadi sebuah sistem
yang tinggi pada bit error rate perlu pembagian kekuatan diantara keterbatasan
tekanan pada side mode, salah satunya harus menyeleksi laser dengan teliti.
Untuk mengevaluasi dinamika dari side mode, dapat mengukur time-resolved photo
statistic yang lain dari laser out[ut atau karakteristik ukuran kesalahan yang
sedikit dibawah kondisi biasyang realitas.
8.4.3 Chirping
Suatu laser yang berisolasi dengan
cara longitudinal tunggal dibawah operasi CW mungkin akan mengalami pelebaran
garis yang dinamis pada waktu arus injeksi dimodulasi secara langsung.
Pelebaran garis ini adalah suatu frekuensi "Chirp" dengan modulasi
yang diinduksi berubah-ubah dalam kepadatan frekuensi pembawanya (carrier).
Laser chirping dapat menunjukkan pengaruh dispersi yang penting untuk pulsa
dari intensitas modulasi pada waktu panjang gelombang dari emisi laser tidak
ditempatkan pada panjang gelombang zero-dispersion dari fiber. Hal ini
merupakan suatu kenyataan yang benar dalan operasi sistem pada 1550 nm, dimana
dispersi fiber jauh lebih besar daripada 1300 nm.
Supaya perkiraan kita baik, maka
perubahan frekuensi time-dependent dari lase dapat diberikan denga syarat
output dari daya optik P(t) sebagai:
dimana a adalah faktor peningkatan
dari pelebaran garis dan ... adalah faktor frequency-independent yang mana
tergantung dari struktur laser. Faktor a mempunyai range dari -3,5 sampai -5,5
untuk AlGaAs laser dan dari -6 sampai -8 untuk laser InGaAsP.
Salah satu jalan untuk meminimumkan
chirp adalah dengan menaikkan level bias dari laser, maka kemudian arus
modulasi tidak dapat dikendalikan hingga dibawah ambang batas dimana InP dan P
berubah dengan cepat. Tetapi hasil ini berada dalam perbandingan yang rendah
(perbandingan dari on-state power ke off-state power) yang menuju ke penalty
daya extinction-ratio pada peneriima karena mengurangi rasio signal-tobackground.
Penalty ini satuannya biasanya dalam decibell. Gambar 8-18 memberi contoh dua
buah tipe struktur laser. Untuk extinction-ratio (rasio pelemahan) yang lebih
besar, daya penalty extinction-ratio diturunkan. Tetapi daya penalty
chirping-induced dinaikkan denga level bias yang lebih rendah.
(Gb 8-18)
Cara terbaik untuk meminimalkan
pengaruh chirp adalah memilih panjang gelombang emisi laser yang mendekati
panjang gelombang zero-dispersion dari fiber. Percobaan denga cara ini tidak
ditunjukkannya penurunan pada sensitivitas laser yang disebabkan oleh dispersi
chromatic.
(Gb 8-19)
Gambar 8-19 menggambarkan efek dari
chirping pada kecepatan transmisi 5 Gb/s yang perbedaannyaberhubungan dengan fiber
single-mode. Disini laser side-mode lebih besar dari 30 dB, daya umpan balik
refleksi dari optik lebih besar dari 30 dB yang berada dibawah sinyal
transmisi, dan rasio extinction 8 dB. Pada 1576 nm standart fiber mempunyai
dispersi D= 17,3 ps/(nm x km) dan pergeseran dispersi dari fiber adalah D= 10
ps/(nm x km). Kombinasi rangkaian fiber terdiri dari rangkaian optik standart
positive-dispersion dan dispersi negativ. Ini merupakan petunjuk tekanan
spektral dari sinyal yang kemudian terjadi perubahan dispersi. jadi gambar 8-19
menunjukkan aksi reduksi dalam chirping penalty pada waktu menggunakan
pergeseran dispersi optik, atau pada waktu menggabungkan fiber dengan dispersi
positiv dan negativ.
8.4.4 Reflection Noise
Pada saat cahaya melewati fiber, beberapa
daya optik yang mendapat pembelokan pada index-pembiasan tidak diteruskan
seperti pada splias, couplers, dan filter atau pada hubungan interface udara ke
gelas. Pembelokan sinyal dapat menurunkan performa kedua transmitter dan
receiver. Daya pembelokan ini disebabkan umpan balikoptik yang dapat
menyebabkan laser tidak stabil pada kecepatan sistem yang tinggi.
ketidakstabilan ini dapat berbentukseperti ketidaktepatan daya output, filter
(penurunan pulsa), atau fasa noise dalam laser, dan semua ini dapat merubah
panjang gelombang, lebar garis, dan arus batas. Karena dapat memperkecil rasio
signal-to-noise, semua ini menyebabkan dua tipe dari power penaltis pada
sensitivitas receiver . Petama, sebagaimana yang telah ditunujukkan pada gambar
8-20a, perkalian titi-titik refleksi membuat suatu rongga interferometric yang
mempunyai daya umpan balik ke rongga laser, karena itu terjadi perubahan
tingkatan dari noise ke intensity noise. Yang kedua, diciptakan dari perkalian
optical path adalah wujud dari sinyal palsu yang datang pada penerima dengan
variabel delay, karena itu terjadi percampuran intersimbol. Gambar 8-20b proses
ilistrasi.
Celakanya efek ini adalah sinyal yang
bersifat tergantung, maka diterima atau dikirim optical power yang tidak
memperbaiki penampilankecepatan bit error. Cara yang dapat ditemukan untuk
eliminate reflection. Mari kita lihat yang pertama pada magnitudenya.
Sebagaimana kita lihat dari Eq.(5-10) sebuah penyediaan silica-fiber end face
in air typically akan memantulkan kira-kira
1,47 – 1.0
R =
1.47 + 1.0
Kesesuaian untuk sebuah optical return
loss dari 14,4 dB turun dari incident sinyal. Aturan fibers ends dapat membuat
sebuah permukaan layer yang tipis dengan sebuah peningkatan refractive index
tentang 1.6. Peningkatan reflectance tersebut mencapai 5,3%. Peningkatan
berikutnya pada optical feedback level terjadi ketika jarak antara perkalian
titik-titik refleksi sama dengan sebuah integral number dari setengan panjang
gelombang dari pengiriman panjang gelombang. Oleh karena itu semua roundtrip
jaraknya sama dnegan sebuah integral number dari in-phase wavelength, maka
timbul constructive interference. Reflection bercabang empat mencapai 14% atau
8,5dB untuk unpolished end faces dan mencapai lebih dari 22% untuk polished end
faces.
Power penalties tersebut dapat
mengurangi beberapa dari 10 DB, melalui penyimpanan kembali nilai baris bawah
yang hilang dari -15 sampai -32dB untuk ukuran data yang bervariasi dari 500
Mb/s ke 4 Gb/s. Teknik untuk memperkecil optical feedback adalah sebagai berikut
:
Menyiapkan fiber end faces
dengan permukaan yang berbentuk kurva atau bersudut terserah untuk memancarkan
laser. Sinar direfleksikan secara langsung jauh dari pusat fiber, sehingga
tidak bisa memasukkan kembali waveguide.
Kembali kehilangan dari 45
dB atau lebih dapat tercapai dengan sudut end face sebesar 5 sampai 15 derajat.
Bagaimanapun juga, ini menambah kedua penyelipan kehilangan dan kekomplekan
dari konektor.
Menggunakan sejumlah
mminyak atau gel yang sesuai pada sambungan udara ke gelas. Pengembalian
kehilangan dengan teknik ini selalu lebih baik dari 30dB. Hal Ini tidak
direkomendasikan jika konektor selalu membutuhkan untuk dihubungkan lagi sejak
yang tercampur terkumpul dalam interface.
Menggunakan konektor pada
end face yang membuat kontak physical (disebut PC konektor). Mengembalikan
lossesdari 25 sampai 40 dB yang sudah teratur dengan konektor.
Menggunakan isolator optik
dengan modul transmitter laser. Device ini mudah mencapai 25 dB return losses,
tetapi mereka juga bisa mengawali sampai 1 dB dari kehilangan awal di link.
8.5 Pemodelan dengan bantuan komputer
Dengan mendesain hubungan fiber optik,
diharapkan jarak transmisi dapat dimaksimumkan dengan mempertahankan bit
rata-rata kesalahan tertentu dan menyimpan daya yang cukup untuk mengatasi efek
degradasi.
Hal ini berkaitan dengan perencanaan
daya optik dengan mengasumsikan nilai terburuk dari kerugian fiber, daya output
laser, sensitivitas penerima, dan degadrasi berkaitan dengan efek umur dan
temperatur.
Kerugian dalam perencanaan daya optik
yaitu tidak memperlihatkan hubungan antara kerugian dan penanggulangannya. Hal
ini bisa diatasi dengan model simulasi komputer yang dapat menghitung ukuran
kinerja keseluruhan seperti rata-rata kesalahan, daya margin, daya penalti yang
dibutuhkan untuk menanggulangi dispersi dan noise, teknik modulasi, dan level
noise.
Untuk menunjang kinerjanya, model
tersebut harus bisa mengukur pada sistem yang sebenarnya dimana
parameter-parameter komponen dapat berubah-ubah. Seluruh komponen-komponen
tidak akan bekerja pada nilai terburuk mereka, tetapi akan bekerja di daerah
nilai rata-rata mereka sehingga perencanaan dengan nilai terburuk akan
mempengaruhi perencanaan. Para insinyur dapat menghemat ongkos pada peralatan
transmisi dengan mendesain penambahan daya beberapa persen menurut waktunya.
Dengan metode ini repeater pada hubungan jarak jauh dapat ditingkatkan diatas
nilai terburuk, meskipun dapat mengurangi margin sistem dimana beberapa
repeater mengalami kegagalan. Pendekatan ini disebut desain secara statistik.
Gambar blok diagram simulasi komputer
terdapat pada gambar 8-21. Input untuk sumber optik dipilih seperti kode output
pada pseudorandom data generator. Datanya adalah biner sequence random dengan
panjang word yang mencukupi untuk efek individual maupun kombinasi. Contoh
perhitungan
M bits : jumlah kombinasi yang
dimungkinkan pada pola bit input
M è panjang memori pada sistem.
Panjang maksimal sequence pseudorandom
dari N=2 berisi seluruh kombinasi dari panjang M. Untuk melakukan karakteristik
grup delay atau efek dispersif pada fiber single moda dan filter setempat
sekuensial bit 64-1024 (M=6 s/d 10) mencukupi.
Pengkodean jalur dapat digunakan untuk
meminimalkan jarak sequence 1 dan 0, dan untuk membentuk densitas spektral dari
bentuk gelombang yang ditransmisikan, sekaligus menyederhanakan sirkuit
pengirim dan penerima. Output sumber dikopel oleh komponen optik seperti
konektor, kepler, atau filter.
Karakteristik yang penting dari
pengirim adalah spektrum optik dan bentuk gelombang output.
Pada blok selanjutnya, dispersi dan
kerugian karakteristik dari fiber mempengaruhi sinyal fiber dapat dibentuk
menjadi domain daya optik atau domain medan optik. Model pertama diasumsikan
bahwa fiber merupakan sistem linier pada domain daya optik. Asumsi ini valid
dengan range dari input bit rata-rata dan panjang fiber sistem deteksi
langsung. Model domain daya menjadi tidak akurat pada saat lebar sumber
spektral bila dibandingkan dengan bandwith sinyal modulasi. Pada model domain
medan optik, fiber dideskripsikan sebagai bandpass filter dengan amplitudo yang
lurus dan linier group delay melewati bandwith sinyal modulasi base band.
Pada penerima terdapat cermin dari
komponen optik yang terdapat pada transmitter.
0 komentar:
Posting Komentar