Another Source

Jumat, 03 Februari 2012

Pengoprasian Modem IDR


2.2       ALAT DAN BAHAN

2.2.1    Peralatan yang Digunakan dalam Pengoperasian Modem IDR
a.       Modul modem IDR
b.      Spektrum Analyzer

Spektrum analyzer berfungsi untuk:
1.      Memonitor frekuensi carrier, untuk mengukur (mengetahui) C/N (amplitudo sinyal carrier) dan lebar band (span) carrier.
2.      Mengukur output modem IDR yang berupa sinyal IF.
Menghidupkan spektrum analyzer:
1.      On – kan spektrum Analyzer
2.      Tunggu beberapa saat sampai inisialisasi selesai
3.      Setting span, level amplitudo, BW, Video BW, time sweep, log/div, sampai muncul daerah frekuensi RF / IF.
4.      Setiap selesai memasukkan nilai parameter tersebut, tekan enter.
5.      Hubungkan kabel IF dari modem ke spektrum analyzer atau kabel RF ke spektrum analyzer.
6.      Setting frekuensi RF / IF yang akan diamati lalu tekan enter.
7.      Bila frekuensi yang diamati belum muncul, ubah parameter – parameter yang dimaksud, lalu tekan panah atas atau panah bawah.
Mematikan Spektrum analyzer :
1.      Cabut kabel RF / IF dari spektrum analyzer.
2.      Off – kan power spektrun analyzer.

2.2.2    Bahan yang Digunakan dalam Pengoperasian Modem IDR
v  Connector
Digunakan untuk menghubungkan modem IDR dengan coaxial cable (ketika mengadakan pengukuran).
v  PAD digunakan untuk meredam sinyal dari suatu perangkat yang terlalu besar.
v  Coaxial cable
Digunakan untuk menghubungkan modem IDR dengan spektrum analyzer.
v  Grounding tangan
      Digunakan sebagai pengaman oleh teknisi ketika memegang atau mengganti modul – modul dalam modem IDR.

2.3       GAMBAR KERJA

2.4       PROSES PENGERJAAN

2.4.1    Modem IDR

Modem IDR adalah perangkat yang berfungsi mengubah sinyal digital Baseband dari perangkat tail link ke dalam bentuk sinyal IF yang dapat di transmisikan melalui satelit, serta mengubah kembali sinyal IF dari transmisi satelit ke dalam bentuk sinyal digital baseband untuk dikirim ke perangkat tail link.
Berikut ini, secara singkat standar-standar dalam dokumen IESS – 308 yang berhubungan dengan Modem IDR adalah:
v  Jenis modulasi yang digunakan adalah QPSK.
v  Kecepatan informasi yang ditransmisikan mulai dari 64 Kbps – 44.376 Mbps.
v  Pada kecepatan informasi 1544, 2048, 6123, 8448, 20064, 34639, dan 44376 Kbps. Intelsat telah mendefinisikan suatu Overhead Framing yang akan memberikan fasilitas ESC (Enginering Service Circuit) dan Maintenance Alarm. Overhead Farming ini akan menambah kecepatan data sebesar 96 Kbps dari kecepatan informasi yang ditransmisikan (Dokumen – 308 rev.4)
v  FEC coding pada rate ¾ adalah jenis Punctur Type Convolution Encoder.
v  FEC decoding yang digunakan adalah dari jenis soft. Decision Viterbi Decoding yang harus mempunyai coding gain cukup besar untuk Eb/No yang dipersyaratkan.
v  Spektrum keluaran modulator QPSK harus berada dalam mask.
v  Demodulator dalam QPSK yang digunakan pada demodulator adalah jenis modulasi koheren dengan karakteristik filter demodulator masuk ke dalam mask.
v  Untuk mengurangi maksimum power flux density data transmisi, digunakan teknik scrambling sabagaimana dipersyaratkan dalam CCITT Rec.V.35. Jenis Scrambling ini adalah jenis Self Synchronizing Scrambler.
v  Demodulator yang digunakan dipersyaratkan harus memenuhi kriteria BER sebagai berikut:
Table 2.2  Kriteria BER
NO
BER lebih baik dari
Pada Eb/No (dB)
1
10-3
5,3
2
10-7
8,3
3
10-8
8,8

2.4.1.1 Parameter Sistem IDR
Ada beberapa parameter yang digunakan dalam sistem IDR, antara lain sebagai berikut.
v  Kecepatan bit data / informasi adalah antara 64 Kbps – 44.736 Mbps (pilihannya 64, 192, 384, 1544, 2048, 6312, 8448, 34368, 44736, Kbps).
v  Kecepatan bit tambahan untuk kecepatan 1544 Kbps adalah 96 Kbps.
v  Pengkodean FEC (Forward Error Correction) adalah ¾.
v  Energi Dispersial (Scrambling sesuai dengan CCITT V. 35).
v  Sistem modulasi menggunakan QPSK Ambigity resolution yang berupa kombinasi antara Diffrention Encoding (180O) dengan FEC.
v  Penerimaan clock dari penerimaan data.
v  Alokasi bandwidth carrier minimum sebesar :
§  BWC = 0,7 R atau                         
§  BWC = 0.933 (IR + overhead ) Hz
§  Dimana :
R = kecepatan bit pentransmisian dalam bit/s (bps)
R = (IR + OH) x 4/3 untuk (FEC ¾ )
v  Bandwidth noise adalah sebesar :
§  BWN = 0,6 R Hz
§  BWN = 0,8 (IR + OH)
v  Eb / No kecepatan dengan FEC ¾ sesuai dengan tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Kriteria Eb/No
Eb/No
BER
10-3
10-7
10-8
Modem Back to Back Channel
5,3 dB
8,3 dB
8,8 dB
Satelit
5,7 dB
8,7 dB
9,2 dB

v  Besarnya C/T pada titik operasi nominal dirumuskan sebagai berikut:
C/T = -219,9 + 10 log (IR + OH) dBW/°K
v  Besarnya C/N pada titik operasi nominal adalah sebesar 9,7 dB.
v  Besarnya Bir Error Rate (BER) titik nominal adalah 1. 10-7.
v  Besarnya C/N pada titik ambang (Threshold) adalah sebesar 6,7 dB.
v  Besarnya Bit Error Rate (BER) pada titik ambang adalah 1. 10-3.
2.4.1.2 Besaran Penting dalam Operasi Modem IDR
Besaran – besaran penting dalam operasi modem IDR adalah sebagai berikut.
§  C/N
Adalah perbandingan antara daya carrier dan daya noise. Besaran ini menunjukkan kualitas dari sinyal RF/IF yang diterima oleh modem.
§  Eb/No
Adalah perbandingan antara energi per bit (Watt/detik) dengan rapat daya noise (Watt/Hz). Besaran ini juga menunjukkan kualitas dari sinyal RF/IF yang diterima oleh modem, tetapi ada unsur lain yang mempengaruhi besaran Eb/No ini yaitu :
1.      Kecepatan transmisi data
2.      Noise Bandwidth dari modulator
§  Coding Gain
Adalah ukuran performansi FEC coding decoding yang akan menghasilkan besaran BER yang setara dengan sistem tanpa FEC coding decoding tetapi dinaikkan C/N-nya coding gain tersebut.
§  FEC Rate / Code Rate
Adalah perbandingan antara jumlah bit informasi dan bit yang  ditransmisikan sebagai contoh: FEC rate = ¾, berarti dalam 4 bit yang ditransmisikan mengandung 3 bit informasi.
§  BER (Bit Error Rate)
Adalah perbandingan antara banyaknya data salah yang diterima dengan jumlah data yang diterima seluruhnya. Sebagai contoh: BER 10-3 berarti terdapat 1 bit data yang salah dalam 1000 bit data yang diterima.
§  Information Rate
Adalah banyaknya bit informasi yang ditransmisikan dalam 1 detik. Misalnya: Information Rate dari satu sistem PCM orde 1.
                   
2.4.2    SOP & SMP Perangkat Modem IDR
2.4.2.1 SOP Perangkat Modem IDR
v  Menghidupkan
ü  On-kan power modem tunggu beberpa saat sampai proses instalasi selesai.
ü  Ubah parameter modem sesuai dengan mode operasi yang diinginkan (ubah menu tree).
ü  Setelah seluruh parameter sesuai untuk mengaktifkan output modem, ubah parameter RF-Out dari Off menjadi On (indikator transmitter On menyala).
ü  Amati level carrier kirim, perubahan level dapat dilakukan dengan merubah nilai parameter Tx Power.
ü  Lakukan loopback untuk memungkinkan status perangkat siap operasi.
ü  Amati level terima, jika akan melakukan perubahan koordinasikan dengan stasiun bumi lawan.
v  Mematikan
ü  Off-kan output modem dengan merubah parameter RF-Out dari On menjadi Off dan indikator Transmitter On tidak menyala.
ü  Kemudian off-kan Power Modem.

2.4.2.2 SMP Perangkat Modem IDR
v  Harian
ü Pengecekan kondisi BIR (Bersih, Indah & Rapi).
ü Pengecekan alarm indikator.
ü Pengecekan lampu indikator.
ü Pengamatan display: Tx Frequency, RF Out, Tx Power, Rx Frequency, RF Loopback, Raw Ber, Correction Ber, Eb/No, Rx Signal, Monitor Fault / Menu Fault.
ü Untuk pengamatan Tx Frequency, Tx Power, BER & Eb/No dituangkan dalam check list.
v  Tahunan
ü Pengecekan 70 MHz (CW) dan spurious dengan spectrum analyzer.

2.4.3    Modul dalam Modem IDR

Modul – Modul dalam Modem IDR

 
Gambar 2.2 Modem IDR SDM – 308 B EF Data dengan Front Panel dibuka
Modem SDM – 308 EF DATA terdiri dari :
v  Modul Modulator
v  Modul Viterbi Decoder dan Demod Processor
v  Modul Demodulator
v  Modul Monitor dan  Control
v  Drop / Insert atau Channel Interface
v  Power Supply

 
Gambar 2.3 Front Panel Modem IDR SDM – 308 EF Data
Pada bagian Front panel terdapat :
v  LCD Display
v  6 Tombol keypad
v  4 LED indikator STATUS
v  4 LED indikator FAULTS


a.       LCD Display
Berguna untuk menampilkan parameter – parameter yang ada dalam modem IDR. LCD Display ini juga menampilkan karakter sebanyak 2 baris, masing-masing berisi 16 kolom karakter.
b.      Tombol Keypad
Berguna untuk melakukan perubahan / melihat parameter – parameter modem yang diinginkan. 
c.       Indikator Status
Berguna untuk menunjukkan kondisi operasi peralatan modem. Indikator Status ini terdiri dari 4 buah LED (Light Emiting Diode) yaitu:
§  Power ON (hijau): menandakan modem dalam keadaan hidup.
§  Transmitter ON (hijau): jika LED menyala, berarti bagian modulator modem mengeluarkan sinyal IF QPSK.
§  Carrier Detect (hijau): Menyatakan kondisi penerimaan sinyal IF QPSK. Jika LED menyala, berarti demodulator mendeteksi sinyal QPSK dengan format yang benar.
§  Test Mode (kuning): Menyatakan modem tidak berada dalam kondisi operasi jika LED menyala berkedip, yaitu dalam kondisi “Loopback”, ”2047 PRG ON”, dan “CW mode”.
d.      Indikator Fault
Berguna untuk menunjukkan kondisi fault modem. Indikator fault  ini terdiri dari 4 buah LED (Light Emitting  Diode) yaitu:
§  Transmit (merah): Menyatakan ada sesuatu kesalahan pada bagian demodulator, Viterbi decoder atau pada Receiver Interface.
§  Common (merah): Menyatakan ada sesuatu kesalahan pada perangkat Common Equipment, termasuk baterai back-up, supply -12V, +12V,+ 15V, M dan C atau Interface Module.
Stored (kuning): Ada kesalahan yang pernah terjadi dan tersimpan dalam memori modem, ditandai dengan LED yang menyala berkedip.

 
Gambar 2.4 Tampak Belakang Modem IDR
Keterangan :
§  IF Out       : (BNC) di hubungkan dengan Up Converter
§  IF IN         : (BNC) di hubungkan dengan Down Converter
§  Fault          : DBR (J7) menyatakan sinyal – sinyal Fault untuk :
MODULATOR
DEMODULATOR
COMMON EQUIPMENT
§  Remote      :  DB9 (J0) saluran untuk mengatur modem secara remote.
§  Data          :  DB50 port untuk berhubungan dengan perangkat   teresterial.
                           Modem IDR menerima sinyal dari perangkat teresterial misalnya Echo Canceller atau Multiplication Equipment, jika jarak antara modem dan perangkat teresterial cukup jauh, maka diperlukan repeater.



2.4.4    Parameter Operasi Modem IDR
Seluruh pengaturan parameter-parameter operasi dilakukan dengan tombol-tombol yang ada di panel depan, tidak ada setting yang dilakukan dengan alignment atau pemutaran-pemutaran secara manual terhadap komponen.
Menu-menu pengaturan parameter operasi modem semua dapat dilihat pada Display yang terletak di depan panel, menu – menu tersebut dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu:
v  Menu pengubah parameter (programmable), yaitu:
a.       Menu CONFIG
b.      Menu UTILITY
v  Menu-menu yang dapat dilihat saja (View Only), yaitu:
a.       Menu MONITOR
b.      Menu FAULTS
Menu STORED FAULTS

2.4.5    Mengoperasikan Tombol Front Panel
Tombol – tombol yang ada pada panel depan terdiri dari 6 tombol yang masing – masing memiliki fungsi sebagai berikut :
Tombol Enter              :     Dipergunakan untuk memilih display menu, mengubah parameter lama dengan parameter yang tertera di display.
Tombol Clear              :    Digunakan untuk membatalkan parameter operasi sebelum ditekan tombol ENTER, pindah ke menu di atasnya (induk menu dari menu yang tertera di LCD display.
Tombol Kanan Kiri     :     Untuk pindah pada pilihan menu yang setingkat, dan menggerakkan posisi cursor untuk tujuan tertentu.
Tombol Atas Bawah   :     Untuk mengubah angka parameter konfigurasi, juga untuk pindah ke menu pilihan yang lain.

Pengubahan parameter operasi dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
§  Mencari menu yang akan diubah sampai muncul di display (lihat menu tree).
§  Periksa apakah menu yang akan diset berbeda dengan apa yang diinginkan.
§  Kalau sudah sesuai (parameter tidak jadi diubah), tekan CLEAR (tidak jadi melakukan perubahan).
§  Kalau berbeda tekan tombol ENTER. Cursor akan berkedip
§  Gerakkan tombol kiri, kanan atau tombol atas, bawah. Sampai parameter yang diinginkan muncul di display.
§  Tekan tombol ENTER sampai cursor kedipnya berhenti.
§  Pindah ke menu yang lain bila ada yang ingin diubah dengan jalan menekan tombol CLEAR.


2.4.6    Mode Operasi yang Penting
a.       CW Mode (Continous Wave Mode)
Memiliki 3 Mode :
1.      Center Mode
2.      Dual Mode
3.      Offset Mode

CENTER MODE    :  Membangkitkan Clean Carrier di IF OUT pada frekuensi modulator yang dipilih, dapat dipergunakan untuk pengukuran level daya keluaran modulator dan ketetapan frekuensinya.
DUAL MODE         :  Membangkitkan sinyal carrier di dua side band yang jaraknya ½ Symbol Rate dari Carrier Frekuensi. Mode ini dipergunakan untuk pengetesan keseimbangan kanal dan carrier Null.
OFFSET MODE      :  Membangkitkan sinyal Carrier yang jaraknya ¼ symbol rate dari frekuensi setting. Dipakai untuk memeriksa ketetapan Quadrature Carrier dari modulator.

b.      Loop Back Mode
Digunakan untuk melakukan pengecekan pada perangkat apabila terjadi trouble (gangguan) yaitu dengan cara mengembalikan sinyal dari sisi up link ke sisi downlink.

Loop Back Mode memiliki 4 mode, yaitu:
§  Base Band Loopback
      Yaitu pengetesan yang dilakukan pada titik antara modem dan taillink. Dalam hal ini sinyal baseband dari arah sentral dengan baseband sisi lawan.
§  Interface Loopback
      Yaitu pengetesan yang dilakukan pada perangkat modem IDR itu sendiri untuk memeriksa ada tidaknya kerusakan pada interface.
§  IF Loopback
      Yaitu pengetesan yang dilakukan pada titik antara Up Converter dan Down Converter dengan modem, dengan tujuan untuk melihat keadaan atau kondisi Up / Down Coverter dan modem itu sendiri, apakah terjadi gangguan atau tidak.
§  RF Loopback
      Yaitu memiliki fungsi pengetes semua yang ada stasiun bumi dan sentral trunk dengan mengembalikan sinyal transmisi yang di pancarkan ke stasiun bumi. Syaratnya adalah, modem memiliki frekuensi transmit dan receive yang sama. Oleh sebab itu transponder yang sama di satelit dengan polarisasi yang sama pula.

2.4.7    Pemeliharaan
Parameter – parameter operasi transmisi IDR perlu mendapat pemeriksaan secara rutin sebagai langkah pemeliharaannya, supaya gangguan terhadap sistem yang dapat mengurangi performansi operasi  IDR dapat terdeteksi secara dini. Gangguan terhadap sistem dapat berupa :
v  Tambahan gangguan pada sistem operasi misalkan adanya carrier liar yang menimbulkan tambahan Noise pada carrier IDR, sehingga Eb/No di sisi penerima akan menurun.
v  Karena berjalannya waktu ada kemungkinan pergeseran frekuensi kerja dari Common RF Equipment. Pada modem sudah disediakan fasilitas untuk dapat mengantisipasi masalah ini. Tetapi jika pergeseran tersebut sudah terlalu maka modem sudah tidak dapat lagi mengatsinya. Langkah sementara yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggeser frequensi kerja demodulator beberapa KHz sebelum Common RF Equipment yang mengalami gangguan tersebut diperbaiki.
v  Cuaca buruk yang terjadi di lokasi biasa juga menurunkan performansi IDR, selama beberapa saat yang harus kita lakukan, C/N yang turun di luar spesifikasi apakah bisa dikompensi.

Agar gangguan – ganggusan tersebut dapat terdeteksi secara dini, maka harus dilakukan pemeriksaan secara rutin. Pemeriksaan yang dilakukan haruslah tidak mengganggu sistem yang sedang beroperasi. Untuk itu telah disediakan fasilitas monitor. Fasilitas monitor itu berada pada:
§  RF Patch – Panel
§  IF Patch – Panel
§  Baseband Patch – Panel



Susunan Patch - Panel diperlihatkan pada gambar berikut:
Gambar 2.5 Tempat Monitor Tx dan Rx – Patch Panel

2.4.7.1 Memonitor Level Tx
Spesifikasi modem dapat menghasilkan level output IF sebesar -30 dBm sampai –5 dBm. Pengamatan Level Tx modem IDR, diharapkan tidak menganggu operasi sistem yang sudah terkonfigurasi, sehingga pada sistem IDR mendatang disediakan fasilitas Monitor yaitu pada IF Patch – Panel Monitor. Pengamatan Level Tx dapat dialkukan dengan menggunakan Spektrum Analyzer.
Setting Level Tx di IF Patch Panel sama dengan Level Tx yang keluar dari IF out modem dikurangi loss kabel penghubung dan dikurangi loss di splitter, jika panjang kabelnya kurang dari 1 meter, loss yang terjadi sekitar 6 dB. Apabila Level Modem di set sebesar –12 dBm, yang termonitor di IF PP kira-kira –18 dBm.
Catatan:  Besarnya level di sisi modem sangat tergantung pada perangkat RF Common Equipment, tetapi yang paling penting adalah bisa menghasilkan Eb/No > 8,7 di sisi lawan. Stasiun Bumi besar bisa saja mengeset Level Tx Modem sampai sekecil –25 dBm, C/N-nya bisa besar dan mampu menghasilkan Eb/No di sisi lawan sampai 16. Pada sistem pertama di pasang sebaiknya diberi catatan stiker pada bagian panel depannya, untuk memudahkan pemberian petunjuk pada proses pemeliharaan.
Penaikan Level Tx pada Modem tidak mengganggu operasi, tetapi mempengaruhi performansi dan dapat membuat RF Equipment / Transponder di satelit menjadi saturasi.

2.4.7.2 Memonitor Spektrum Tx
Tempat monitor sama seperti pada pengukuran Level, pengamatan bentuk spektrum Tx memiliki karakteristik yang harus masuk ke dalam Maks, tetapi Double Side Simetric dari frekuensi center, dengan C/N 40 dB minimum, Allocated bandwidth (30 dB) = 0,7 R pada Data Rate (Composite Rate atau ada yang menyebut dengan Modem Rate) = 2144 Kbps. Kalau operasi Information Rate (IR) = 2048 Kbps, bandwidth transmisi adalah 2002 KHz. Spurious harus lebih kecil dari 40 dBc. Periksalah bentuk spektrum keluaran IF OUT apakah mengalami gangguan, kalau-kalau Modem mengalami kerusakan.

2.4.7.3 Memonitor Level Rx
Spesifikasi modem dapat menerima sinyal QPSK dengan level –60 dBm to –30 dBm. Pemeriksaan Level yang masuk ke dalam Modem dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.       Mengukur dengan spektrum di IF Patch Panel monitor Rx dengan Spektrum Analyzer.
b.      Melihat langsung di display LCD pada menu MONITOR : Rx Signal angkanya akan terlihat secara langsung.
Angka yang ditunjukkan pada Display merupakan angka yang ditunjukkan di Spektrum Analyzer dikurangi dengan loss Splitter dan kabel coaxial. Usahakan sinyal yang diterima modem berada pada level di antara –42 dBm sampai –37 dBm.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatur besarnya Rx Signal adalah sebagai berikut.
a.       Mengatur Attenuator Down Converter dari panel depan Down Converter.
b.      Menambah atau mengurangi pad attenuator external jika pengaturan Attenuator di Down Converter sudah tidak memberikan pengaruh lagi.
c.       Mengganti/memeriksa kabel-kabel penghubung yang diperkirakan memiliki loss berlebihan atau menambah noise yang mengurangi performansi kerja Modem IDR.
2.4.7.4 Memonitor Spektrum Rx
Bentuk spektrum yang teramati diperlihatkan pada gambar berikut.







Gambar 2.6 Bentuk Spektrum Rx
Khusus untuk Decoder yang mempergunakan Code Rate ¾ dengan menggunakan tabel korelasi antara C/N terhadap Eb/No dapat diperiksa besarnya Eb/No. Sistem IDR bekerja pada BER lebih kecil dari 10 dan untuk mendapatkan BER tersebut pada komunikasi yang melalui satelit diperlukan Eb/No > 5,7.
Untuk mendapatkan BER yang baik dari tabel berikut dapat diperhitungkan beberapa C/N yang diperlukan.

Tabel 2.4 Nilai C/N dan Eb/No
C/N
Eb/No
C/N
Eb/No
1,8
0,0
11,7
10,0
2,6
0,8
12,2
10,5
3,3
1,6
12,8
11,0
4,1
3,0
13,3
11,5
5,4
3,6
13,8
12,1
6,0
4,3
14,3
12,6
6,6
4,9
14,9
13,1
7,3
5,5
15,4
13,6
7,8
6,1
15,9
14,1
8,4
6,7
16,4
14,6
9,0
7,3
16,9
15,2
9,5
7,8
17,4
15,7
10,1
8,3
17,9
16,2
10,6
8,9
18,4
16,7
11,2
9,4
18,9
17,2



2.4.8    Gangguan yang Sering Terjadi  pada Modem IDR
Adapun gangguan-gangguan yang sering terjadi pada Modem IDR adalah
ü  Interferensi Radio FM
ü  Retransmit

2.4.8.1  Interferensi Radio FM
Interferensi Radio FM dimunculkan oleh stasiun bumi yang terinduksi oleh frekuensi FM (88-108), dan dipancarkan ke satelit. Induksi frekuensi FM melalui kabel IF – Up/Down Converter – Outdoor Unit. Sumber gangguannya adalah stasiun pemancar radio FM yang menggunakan frekuensi (88-108 MHz) dan lokasinya dekat dengan stasiun bumi (remote station).
§  Analisa penyebab interferensi
ü  Konektor di outdoor unit tidak terpasang dengan baik.
ü  IF Filter > 40 MHz
ü  Grounding yang tidak baik (shielding)
ü  Remote station yang berdekatan dengan pemancar.
ü  Kondisi kabel IF yang kurang baik.
§  Dampak interferensi
Menimbulkan berbagai macam gangguan, misalnya beban yang berlebihan pada SSPA dan transponder, munculnya intermodulasi, degradasi carrier yang dipancarkan, over saturasi pada transponder dan noise floor sinyal di transponder akan naik.
§  Solusi perbaikan
ü  Periksa dan perbaiki / ganti konektor IF.
ü  Memasang IF Filter < 40 MHz.
ü  Mengganti kabel IF dengan kualitas standar.
ü  Memperbaiki grounding.

2.4.8.2  Retransmit
Retransmit adalah salah satu jenis gangguan satelit yang terjadi karena adanya carrier receive yang ditransmisikan kembali di tingkat IF.
§  Analisa penyebab retransmit
ü  Switching – switching IF / RF yang tidak baik.
ü  Grounding yang tidak baik
ü  Harness dan konektor yang tidak terpasang dengan baik
ü  Terminasi yang tidak terpasang
§  Dampak retransmit
Menimbulkan berbagai macam gangguan, misalnya beban yang berlebihan pada SSPA dan transponder, munculnya intermodulasi, BER naik, Eb/No turun, over saturasi pada transponder dan noise floor sinyal di transponder akan naik.
§  Solusi perbaikan
ü  Kencangkan semua konektor IF / RF
ü  Mengganti / perbaikan perkabelan
ü  Perbaikan sistem Grounding
ü  Check kondisi switching – switching IF / RF
ü  IF filter yang terpasang memiliki lebar badwidth 40 Mhz.

2.4.8.3 Prosedur Penanggulangan Gangguan
ü Apabila terjadi indikasi alarm (LED menyala merah/kuning), catat semua indikasi alarm yang terjadi.
ü Lakukan analisa letak gangguan dan penyebab terjadinya gangguan.
ü Berdasarkan analisa di atas lakukan penanggulangan.
ü Koordinasikan dengan stasiun bumi terkait jika indikasi gangguan berasal dari stasiun bumi lawan.
ü Koordinasikan dengan OCA (OPHAR CENTRUM AREA) jika gangguan tidak dapat ditanggulangi atau dibutuhkan material pengganti.
ü Catat semua kejadian dan aksi di Log Book.




2.5       Hasil yang dicapai
Dengan pelacakan secara dini terhadap kemungkinan penyebab gangguan pada Modem IDR, kita bisa mendeteksi dan segera mengambil tindakan yang tepat sebagai langkah penanggulangannya.
Pada interferensi radio FM dan retransmit, dengan memasang IF filter yang kurang dari 40 MHz dapat memotong band frekuensi yang dilewatkan masuk ke Modem, sehingga sinyal IF yang frekuensinya berdekatan atau sama dengan sinyal radio FM atau sinyal retransmit, dapat ditekan levelnya, sehingga tidak menimbulkan interferensi yang berakibat beban yang bertambah pada sistem.
Dengan antisipasi dan perbaikan terhadap gangguan dan penstandaran parameter operasi, kita bisa meningkatkan performansi kinerja sistem, sehingga berpengaruh pula terhadap life time perangkat. Kontinuitas pelayanan dan kehandalan dapat lebih terjamin

B. Temuan Pelaksanaan



3.1       KETERLAKSANAAN
3.1.1        Faktor Pendukung
Keterlaksanaan proses pengerjaan proyek ini didukung oleh beberapa faktor baik ekstern maupun intern, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
v  Pelaksanaan praktek di stasiun bumi yang menyediakan perangkat Modem IDR guna mempermudah pengerjaan laporan.
v  Referensi yang di dapat dari beberapa buku dan sumber data-data lainnya.
v  Dasar-dasar teori yang diajarkan di sekolah (pra praktek) membantu pemahaman saat proses pengerjaan.
v  Komunikasi berbentuk arahan, bimbingan dan latihan yang berlangsung antara peserta dengan pembimbing sekolah maupun pembimbing industri.

3.1.2        Faktor Penghambat
Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam pengerjaan laporan ini:
v  Waktu yang tidak memadai untuk melaksanakan praktikum dikarenakan faktor kesibukan internal intra sekolah.
v  Tidak tersedianya perangkat-perangkat praktikum untuk menunjang pemahaman materi lebih lanjut.
v  Kurangnya pengetahuan kami mengenai proses pengoperasian Modem IDR.
v  Kurangnya pengetahuan kami mengenai proses pemeliharaan dan penanggulangan gangguan pada Modem IDR
v  Kurangnya pengetahuan kami tentang alat ukur dan pengoperasiannya.


3.2              MANFAAT YANG DIRASAKAN
Setelah mengerjakan proyek tugas akhir ini, manfaat yang kami peroleh yaitu:
ü  Dapat mengetahui proses instalasi perangkat Modem IDR ke dalam sistem melalui Rear Panel, antara lain:
§  Pengintegrasian perangkat dengan power supply melalui port AC Power Supply.
§  Pengintegrasian perangkat dengan subsistem Up / Down Converter melalui port IF Out dan IF In.
§  Pengintergrasian perangkat dengan perangkat teresterial melalui port Data.
ü  Dapat mengetahui parameter operasi Modem melalui Front Panel sesuai ketentuan atau standar yang digunakan, meliputi:
§  Dapat membaca indikator-indikator yang terdapat di front panel, meliputi pembacaan kondisi operasi perangkat dari indikator status dan pembacaan kondisi fault perangkat atau kesalahan yang terjadi dari indikator fault.
§  Dapat menggunakan tombol-tombol pada front panel, meliputi penggunaan tombol enter, clear, dan tombol-tombol navigasi.
§  Pengaturan parameter-parameter pancar melalui menu Config dan Utility, beberapa yang penting adalah:
·         Frekuensi Tx dan Rx dari 50 ~ 90 MHz, namun secara riilnya yaitu 70 + 18 MHz.
·         Level Tx (IF Out) antara -30 ~ -5 dBm, dengan pertimbangan bisa menghasilkan Eb/No > 8,7 di sisi lawan.
·         Level Rx (IF In) antara  -60 ~ -30 dBm, diusahakan sinyal berada pada level antara –42 ~ -37 dBm agar performansi penerimaan optimal.
§  Aktivasi RF Output dari Off menjadi On setelah seluruh parameter disesuaikan.
ü  Mengetahui mode-mode continuous wave, metode-metode loopback dan penggunaannya. Mode loopback yang penting diantaranya baseband loopback, IF Loopback dan RF Loopback.
ü  Dapat memonitor parameter-parameter input dan output melalui Patch Panel.



3.3              PENGEMBANGAN TINGKAT LANJUT
Dengan mengetahui tentang pengoperasian dan pemeliharaan serta pananggulangan gangguan pada sistem IDR, maka dapat pula diterapkan pada sistem lainnya seperti:

ü  Sistem VSAT
ü  Sistem TV Up Link
ü  Sistem Teresterial
Di mana sistem-sistem tersebut di atas memilih prinsip kerja dan pengoperasian yang hampir sama.





0 komentar:

Posting Komentar